Rumah Bersejarah Inggit Garnasih: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Rumah Bersejarah Inggit Garnasih''' adalah rumah yang berada di Jalan Ciateul No. 8, Bandung (saat ini Jalan Inggit Garnasih) yang merupakan wujud penghormatan kepa...' |
|||
Baris 1:
'''Rumah Bersejarah Inggit Garnasih''' adalah rumah yang berada di Jalan Ciateul No. 8, Bandung (saat ini Jalan Inggit Garnasih) yang merupakan wujud penghormatan kepada seorang perempuan yang ikut merintis kemerdekaan Indonesia, yaitu [[Inggit Garnasih]]. Beliau adalah salah satu istri dari presiden pertama Republik Indonesia, yaitu [[Soekarno]]. Rumah Bersejarah Inggit Garnasih menjadi bangunan cagar budaya sesuai Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Rumah bersejarah ini terletak kurang lebih tiga kilometer dari
== Nilai Sejarah ==
Rumah Bersejarah Inggit Garnasih bertempat di Jalan Ciateul sebelum berubah nama menjadi Jalan Inggit Garnasih. Penggantian nama jalan tersebut bertepatan dengan pemberian Tanda Kehormatan '[[Bintang Mahaputera Utama]]' kepada Inggit Garnasih berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 073/TK/1997 tanggal 11 Agustus 1997 pada tanggal 10 November 1997<ref name=":0" />.
Rumah ini menjadi saksi perjuangan Soekarno untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia sebelum Soekarno dan Inggit Garnasih dibuang ke [[Kabupaten Ende|Ende]], [[Flores (disambiguasi)|Flores]], maupun [[Bengkulu]]. Soekarno sering melakukan pertemuan dan diskusi dengan kawan-kawannya di rumah ini dan berhasil membentuk [[Partai Nasional Indonesia]] (PNI) pada 4 Juli 1927, [[Sumpah Pemuda]] pada 28 Oktober 1928 dan sebagai ganti dari PNI terbentuklah [[Partai Indonesia|PARTINDO]] pada 29 April 1931. Tempat ini pernah menjadi tempat berkumpulnya para pelopor kemerdekaan antara lain, Suyudi, [[Agus Salim]], [[Ki Hadjar Dewantara|Ki Hajar Dewantoro]], [[Umar Said Cokroaminoto|HOS Tjokroaminoto]], [[Kiai Haji Mas Mansur|Kyai Haji Mas Mansur]], [[Sartono (politikus)|Sartono]], [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Mohammad Yamin|Moh. Yamin]], [[Ali Sastroamidjojo|Ali Sastro]], [[Asmara Hadi]], Ibu Trimurti, [[Oto Iskandar di Nata|Otto Iskandardinata]], [[Dr. Soetomo]], M.H. Thamrin, Abdoel Muis, [[Sosrokartono|Sosro Kartono]] (kakak dari Ibu Kartini) dan lain-lain<ref name=":0" />.
Ketika Soekarno dimasukkan ke dalam [[penjara Banceuy]] dan [[Sukamiskin, Arcamanik, Bandung|Sukamiskin]], Inggit Garnasih berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan Soekarno di penjara. Saat Agresi Militer Belanda I dan II (1946-1949) dan terjadi Bandung Lautan Api, Inggit beserta anak cucunya mula-mula mengungsi ke Banjaran, kemudian ke Garut di sebuah desa dekat Leles. Pada akhir tahun 1949, Inggit kembali ke Bandung dan menetap di rumah H. Doerrasjid di Gedung Bapa Rapi dan mengutarakan ingin memiliki rumah sendiri seperti dulu<ref name=":0" />.
|