Suku Melanau: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Triplex8503 (bicara | kontrib) |
Triplex8503 (bicara | kontrib) |
||
Baris 7:
== Budaya ==
Majoriti suku Melanau mengamalkan budaya seharian seperti suku Melayu. Namun, suku Melanau dari beberapa daerah tertentu seperti Mukah dan Balingian masih mengamalkan sedikit sebanyak tradisi Melanau berbanding suku Melanau dari daerah seperti Rajang, Belawai dan Bintulu yang telah sepenuhnya memeluk agama Islam dan berbudayakan Melayu. Cuma yang membezakan ialah bahasa Melanau itu sendiri digunakan untuk seharian. Ini berikutan kolonialisasi 600 tahun Brunei ke atas daerah-daerah orang Melanau. Perayaan Kaul disambut oleh orang Melanau dengan meriah pada bulan April setiap tahun. Perayaan ini diadakan untuk menjamu ipok yang mengawal laut. Tujuannya untuk memperoleh tangkapan yang memuaskan dan selamat selama berada di laut serta mengelakkan berbagai wabah penyakit. Perayaan ini melambangkan berakhirnya musim hujan dan kedatangan atau permulaan musim menangkap ikan. Dalam hari ini, serahang akan disediakan untuk menjamu ipok. Serahang dibuat dari daun buluh dan daun nipah dengan memasukkan bertih, telur ayam, pulut kuning, kirai atau rokok daun, dan sirih ke dalamnya. Bagaimanapun, perayaan ini datang dengan kemeriahan dan kegembiraan.
Selain Pesta Kaul yang disambut meriah setiap tahun, terdapat budaya yang masih utuh dilakukan oleh masyarakat Melanau, khususnya yang melibatkan peristiwa kematian keluarga. Walaupun begitu, adat tersebut berbeda-beda menurut daerah dan kampung. Bagi masyarakat Melanau yang mendiami daerah Matu, adat yang berkaitan dengan kematian sudah banyak dipengaruhi oleh agama Islam. Setelah acara pemakaman, ahli keluarga akan mengadakan upacara "sare" yaitu dibukanya rumah selama 7 malam berturut-turut. Rumah keluarga si mati akan dikunjungi oleh sanak saudara dan masyarakat setempat. Akan tetapi, sudah dipengaruhi oleh agama Islam secara dengan majelis tahlil, bacaan yassin, sembahyang berjemaah, dan kenduri arwah.
|