Njai Dasima (film 1932): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bagus
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bagus
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 28:
 
== Alur ==
Dasima (Nurhani) adalah nyai (selir) warga Inggris Edward William. Bersama putri mereka, Nancy, keduanya tinggal di sebuah rumah dekat [[Medan Merdeka|Lapangan Gambir]] di Batavia (sekarang [[Jakarta]]). Kehidupan bahagia mereka terusik setelah kusir [[delman]] Samioen jatuh cinta dengan Dasima meski sudah menikah dengan Hajati. Ia memakai guna-guna untuk mendapatkan cintanya dan meminta seorang pedagang telur, Mak Boejoeng, untuk menakut-nakuti Dasima dengan cara memberitahunya bahwa ia telah melakukan [[zina]].
 
Samioen akhirnya berhasil dan Dasima tinggal bersamanya dan Hajati. Emas dan perhiasannya ikut dibawa serta. Hajati setuju Samioen [[Poligami dalam Islam|berpoligami]] karena ia pun menginginkan hartanya Dasima sehingga bisa dipakai berjudi. Setelah Dasima sadar telah dipermainkan, ia mulai menjaga sisa kekayaannya. Agar Samioen bisa menguasai sisa kekayaan Dasima, ia pun mempekerjakan preman bernama Poeasa dan bersama-sama berencana membunuh Dasima. Pada suatu malam, ketika Dasima sedang mendengarkan cerita, kedua pria tersebut menggerebek dan membunuhnya. Mereka melempar jasadnya ke sungai. Samioen dan Poeasa kemudian ditangkap dan [[Hukuman gantung|dihukum gantung]] atas kejahatan mereka.
 
== Produksi ==
[[Berkas:Bachtiar Effendi p104.JPG|jmpl|alt=A grey image of a man looking forward|[[Bachtiar Effendi]], sutradara]]
''Njai Dasima'' disutradarai [[Bachtiar Effendi]] untuk [[Tan's Film]], rumah produksi yang dimiliki Tan bersaudara. Melalui film ini, Effendi menjadi sutradara [[pribumi Indonesia]] pertama di Hindia Belanda.{{sfn|Said|1982|p=138}} Film ini dibintangi Momo dan Oesman.{{sfn|Filmindonesia.or.id, Njai Dasima}} Alurnya diadaptasi daari novel ''Tjerita Njai Dasima'' karya G. Francis tahun 1896 dan pernah diadaptasi Tan's pada [[Njai Dasima (film 1929)|tahun 1929]] dengan judul yang sama. Ceritanya sudah dikenal luas di Batavia (sekarang [[Jakarta]]), sebagian karena sering dipentaskan di panggung.{{sfn|Biran|2009|pp=99-100}} Untuk menjamin kualitas ceritanya, Effendi bekerja menggunakan naskah dan skenario syuting, dua barang yang sampai saat itu belum pernah digunakan dalam film dalam negeri.{{sfn|Biran|2009|p=139}}
 
Ini adalah [[film suara]] pertama yang dirilis Tan's,{{sfn|Filmindonesia.or.id, Njai Dasima}} tetapi bukan film suara pertama di Hindia Belanda. Film suara pertama yang dirilis di Hindia Belanda, ''[[Fox Movietone Follies of 1929]]'' dan ''[[The Rainbow Man]]'', dirilis tahun 1929.{{sfn|Biran|2009|pp=131–132}} Pada tahun berikutnya, [[film setengah suara]] besutan [[G. Krugers]], ''[[Karnadi Anemer Bangkong]]'', juga dirilis dan menjadi film suara domestik pertama.{{sfn|Biran|2009|p=137}} Dua sutradara lainnya membesut film suara pada tahun 1931: [[The Teng Chun]] di ''[[Boenga Roos dari Tjikembang (film 1931)|Boenga Roos dari Tjikembang]]'' dan [[Wong Bersaudara]] di ''[[Indonesia Malaise]]''.{{sfn|Biran|2009|p=137}} Demi menjamin kualitas suaranya, Tan's mempekerjakan Krugers beserta kamera sistem tunggalnya sebagai pengarah sinematografi dan suara untuk film [[hitam putih]] ini.{{sfn|Biran|2009|p=139}}
 
== Rilis dan tanggapan ==
''Njai Dasima'' dirilis bulan Januari 1932 dan dipasarkan sebagai "film suara penuh percakapan, nyanyian, tarian, dan musik".{{efn|Teks asli: "Sprekende – Zingende – Dansende en Musicerende talkie"}}{{sfn|De Indische Courant 1932, (untitled)}} Film ini boleh ditonton oleh semua umur, termasuk anak-anak.{{sfn|De Indische Courant 1932, (untitled)}} Tanggapan kritisnya beragam. [[Armijn Pane]], dalam ulasan tahun 1950, menulis bahwa secara keseluruhan kualitas karyanya lumayan bagus.{{sfn|Biran|2009|p=139}} Menganggap pamflet yang menyebut film ini "seratus kali lebih baik daripada [film kontemporer] ''[[Huwen op Bevel]]''",{{efn|Teks asli: "... ''honderd maal veel beter dan „Huwen op bevel"''".}} terdengar mengejek, sebuah editorial surat kabar menyatakan bahwa klaim seperti itu tidak sepenuhnya benar karena "kualitas film-film pribumi sejauh ini seperti sampah".{{efn|Teks asli: "... ''de kwaliteit van het kunststuk daar de inlandsche films tot nu toe prullen zijn.''".}} Ulasan tersebut juga menyebutkan sejumlah kekurangan dalam pemilihan musik, sinematografi, tetapi menyimpulkan bahwa film ini secara keseluruhan menunjukkan adanya kemajuan. Ulasan ini memuji aktor yang memerankan Puasa dan nihilnya adegan-adegan yang tidak berhubungan dengan alur.{{sfn|De Sumatra Post 1932, Over Inlandsche films}}
 
Effendi tidak menyutradarai film lagi sampai 1951, ketika ia membesut ''Djiwa Pemuda'',{{sfn|Filmindonesia.or.id, Bachtiar Effendy}} dan sutradara film pribumi kedua setelah Effendi, [[Andjar Asmara]], baru memulai kariernya pada tahun 1940 dengan film ''[[Kartinah]]''. Tan's berhenti memproduksi film sesaat setelah ''Njai Dasima'' dirilis, namun dilanjutkan kembali pada tahun 1938. Setelah meluncurkan film-film yang sukses di pasaran, termasuk ''[[Fatima (film 1938)|Fatima]]'' (1938), Tan's ditutup secara permanen tahun 1942 ketika [[Sejarah Nusantara (1942-1945)|pendudukan Jepang di Hindia Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=174}}
 
Film ini bisa jadi tergolong [[film hilang]]. Antropolog visual Amerika Serikat [[Karl G. Heider]] menulis bahwa semua film Indonesia yang dibuat sebelum 1950 tidak diketahui lagi keberadaan salinannya.{{sfn|Heider|1991|p=14}} Akan tetapi, ''Katalog Film Indonesia'' yang disusun JB Kristanto menyebutkan beberapa film masih disimpan di [[Sinematek Indonesia]] dan Biran menulis bahwa sejumlah film propaganda Jepang masih ada di [[Dinas Informasi Pemerintah Belanda]].{{sfn|Biran|2009|p=351}}
 
== Catatan penjelas ==
hapus semua pengganggu
{{notelist}}
 
== Referensi ==