Satyaki: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 36:
Warsini memberi nama putranya yang sudah dewasa dalam waktu singkat itu dengan nama Satyaki. Kresna pun menemukan mereka berdua. Bersama mereka menyerang dan membunuh Satyasa sebagai sumber masalah. Satyaki kemudian menduduki Kerajaan Swalabumi sebagai daerah kekuasaannya.
==Sayembara untuk Satyaboma==
Dalam pewayangan [[Jawa]] dikisahkan Satyaboma dilamar oleh [[Drona]] dengan dukungan para [[Korawa]]. Tujuan lamaran ini hanya sekadar untuk menjadikan Kerajaan Lesanpura sebagai sekutu [[Kerajaan Hastina]]. Satyaki segera mengumumkan sayembara bahwa jika ingin menikahi kakaknya harus bisa mengalahkan dirinya terlebih dulu.
Satu per satu para Korawa maju namun tidak ada yang mampu mengalahkan Satyaki. Bahkan, Drona sekalipun dikalahkannya. [[Arjuna]] selaku murid Drona maju atas nama gurunya. Satyaki yang gentar meminta bantuan [[Kresna]]. Maka, Kresna pun meminjamkan Kembang Wijayakusuma kepada Satyaki.
Dengan berbekal bunga pusaka milik Kresna, Satyaki dapat menahan serangan Arjuna, bahkan berhasil mengalahkan [[Pandawa]] nomor tiga tersebut. Ternyata Kresna juga melamar Satyaboma untuk dirinya sendiri. Dalam pertarungan adu kesaktian, Kresna berhasil mengalahkan Satyaki dan mempersunting Satyaboma.
Dari perkawinan antara Kresna dan Satyaboma lahir seorang putra bernama Satyaka.
==Keluarga==
Menurut versi ''[[Mahabharata]]'' Satyaki memiliki sepuluh orang putra yang semuanya mati di tangan [[Burisrawa]] dalam perang [[Baratayuda]].
Sementara itu, menurut versi [[Jawa]], Satyaki hanya memiliki seorang putra saja bernama Sangasanga yang tetap hidup sampai perang berakhir. Sangasanga kemudian menjadi raja Kerajaan Lesanpura sepeninggal [[Satyajit]] dan Satyaki. Meskipun demikian, ia tetap mengabdi sebagai panglima [[Kerajaan Hastina]] pada masa pemerintahan [[Parikesit]] cucu [[Arjuna]].
Sangasanga merupakan putra Satyaki dari perkawinannya dengan Trirasa.
==Peran dalam Baratayuda==
Dalam perang [[Baratayuda]] yang meletus di [[Kuruksetra]], Satyaki memihak para [[Pandawa]]. Ia bahkan dipercaya memimpin salah satu di antara tujuh ''[[aksohini]]'' pasukan Pandawa.
Peran Satyaki tampak menonjol pada hari ke-14 di mana ia ditugasi [[Arjuna]] untuk menjaga [[Yudistira]] dari serangan [[Drona]]. Menurut versi ''[[Mahabharata]]'', Arjuna merupakan guru Satyaki dalam ilmu memanah. Sementara itu menurut versi [[Jawa]], murid Arjuna adalah [[Srikandi]] yang kemudian menjadi istrinya.
Pada hari tersebut Arjuna bergerak mencari [[Jayadrata]] yang telah menyebabkan putranya, yaitu [[Abimanyu]] tewas. Satyaki sendiri mati-matian melindungi Yudistira yang hendak ditangkap hidup-hidup oleh Drona sebagai sandera.
Drona adalah guru Arjuna, sedangkan Satyaki adalah murid Arjuna. Namun, dalam pertempuran itu Drona memuji kesaktian Satyaki setara dengan [[Parasurama]], yaitu guru Drona sendiri.
Setelah keadaan aman, Yudistira memaksa Satyaki pergi membantu Arjuna. Dalam keadaan letih, Satyaki menerobos barisan sekutu [[Korawa]] yang menghadangnya. Tidak terhitung jumlahnya yang mati. Namun ia sendiri bertambah letih.
[[Burisrawa]] maju menghadang Satyaki. Pertarungan tersebut akhirnya dimenangkan Burisrawa. Dengan pedang di tangan ia siap membunuh Satyaki yang sudah jatuh pingsan. Adapun Burisrawa merupakan putra Somadatta yang dulu dikalahkan Sini kakek Satyaki sewaktu melamar [[Dewaki]].
Arjuna yang mengendarai kereta dengan [[Kresna]] sebagai kusir sudah mendekati tempat persembunyian Jayadrata. Kresna memintanya untuk berbalik membantu Satyaki. Mula-mula Arjuna menolak karena hal itu melanggar peraturan. Namun, Kresna berhasil meyakinkan Arjuna bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk menolong Satyaki yang sudah bersusah payah datang membantunya.
Arjuna akhirnya memanah lengan Burisrawa sampai putus. Burisrawa terkejut dan menuduh Arjuna berbuat curang. Arjuna membantah karena Burisrawa sendiri hendak membunuh Satyaki yang sudah pingsan serta kemarin ikut serta mengeroyok [[Abimanyu]].
Burisrawa sadar atas kesalahannya. Ia pun duduk bermeditasi. Tiba-tiba Satyaki sadar dari pingsan dan langsung memungut potongan lengan Burisrawa yang masih memegang pedang. Dengan menggunakan pedang itu ia membunuh Burisrawa.
Menurut versi ''[[Kakawin Bharatayuddha]]'', Satyaki membunuh Burisrawa menggunakan pedang Mangekabhama, menurut versi ''[[Serat Bratayuda]]'' menggunakan panah Nagabanda, sedangkan menurut versi pewayangan menggunakan gada Wesikuning.
== Kematian ==
Kematian Satyaki terdapat dalam ''[[Mahabharata]]'' bagian ke-16 berjudul ''[[Mausalaparwa]]''. Dikisahkan selang 36 tahun setelah [[Perang di Kurukshetra|pertempuran di Kurukshetra]] berakhir, bangsa [[Wresni]] dan [[Yadawa]] mengadakan upacara di tepi pantai Pramanakoti. Meskipun ada larangan untuk tidak membawa minuman keras, namun tetap saja ada yang melanggar.
Akibatnya, mereka pun berpesta mabuk-mabukan. Dalam keadaan tidak sadar, Satyaki mengejek[[Kretawarma]] yang dulu memihak [[Korawa]] sebagai pengecut karena menyerang perkemahan [[Pandawa]] pada waktu malam. Sebaliknya, Kretawarma juga mengejek Satyaki yang membunuh Burisrawa secara licik.
Satyaki yang sudah sangat mabuk segera membunuh Kretawarma. Akibatnya, orang-orang pun terbagi menjadi dua,sebagian membela Satyaki, sebagian membela Kretawarma. Mereka semua akhirnya saling bunuh dan semua tumpas.
== Lihat pula ==
* [[
* [[
{{Tokoh Mahabharata}}
[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
|