Saracen (Indonesia): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: VisualEditor menghilangkan referensi [ * ]
k ←Suntingan 36.69.198.104 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot
Tag: Pengembalian SWViewer [1.3]
Baris 15:
}}
 
'''Saracen''' merupakan sindikat penyedia jasa konten kebencian berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dan memiliki keahlian untuk mencaplok akun media sosial hingga membaca situasi pemberitaan yang beroperasi di Indonesia. Nama Saracen sendiri terinspirasi dari istilah ''saracen'' yang digunakan oleh orang Kristen Eropa terutama pada [[Abad Pertengahan]] untuk merujuk kepada orang yang memeluk [[Islam]] tanpa memandang ras atau sukunya.<ref name="Britannica">[http://concise.britannica.com/ebc/article-9377754/Saracens "Saracen." Encyclopædia Britannica. 2007. Britannica Concise Encyclopedia. 23 Sept. 2007].</ref> Saracen menggunakan lebih dari 2000 akun media untuk menyebarkan konten kebencian. Rilis resmi dari kepolisian menyebutkan bahwa akun yang tergabung dalam jaringan kelompok Saracen berjumlah lebih dari 800.000 akun.<ref>{{cite web |url=http://www.tribunnews.com/nasional/2017/08/27/ini-fakta-sindikat-saracen-pelaku-punya-kecerdasan-di-atas-rata-rata-sampai-miliki-800-ribu-akun|title=Ini Fakta Sindikat Saracen: Pelaku Punya Kecerdasan di Atas Rata-rata Sampai Miliki 800 Ribu Akun|publisher=''[[Tribunnews]] |date=27 Agustus 2017 |accessdate=26 September 2017}}</ref> Konten sebaran semata bertujuan ekonomi. Media-media yang mereka miliki menyajikan berita atau konten yang tidak sesuai dengan kebenaran sesuai selera pemesan, salah satunya kritik terhadap pemerintahan [[Joko Widodo]]. Saracen menetapkan tarif puluhan juta dalam proposal yang ditawarkan ke sejumlah pihak. Sejauh ini, para petinggi Saracen telah ditangkap pihak kepolisian yaitu dua orang laki-laki, Jasriadi (32) ditangkap di Pekanbaru, Riau pada 7 Agustus 2017, Muhammad Faizal Tanong (43) ditangkap di Koja, Jakarta Utara pada 21 Juli 2017, dan satu orang perempuan, Sri Rahayu Ningsih (32) ditangkap di Cianjur, Jawa Barat pada 5 Agustus 2017.<ref>{{cite web |url=https://news.detik.com/kolom/3619894/fenomena-apakah-saracen-itu|title=Fenomena Apakah Saracen Itu? |publisher=''[[Detik]] |date=29 Agustus 2017 |accessdate=26 September 2017}}</ref>
'''Saracen''' was a term widely used among Christian writers in Europe during the Middle Ages to refer to Arab Muslims. The term's meaning evolved during its history. In the early centuries of the Common Era, Greek and Latin writings used this term to refer to the people who lived in desert areas in and near the Roman province of Arabia Petraea, and in Arabia Deserta. In Europe during the Early Middle Ages, the term came to be associated with tribes of Arabia. The oldest source mentioning the term ''Saracen'' dates back to the 7th century. It was found in Doctrina Jacobi, a commentary that discussed the event of the Arab conquests on Palestine. By the 12th century, ''Saracen'' had become synonymous with ''Muslim'' in Medieval Latin literature. Such expansion in the meaning of the term had begun centuries earlier among the Byzantine Greeks, as evidenced in documents from the 8th century. In the Western languages before the 16th century, ''Saracen'' was commonly used to refer to Muslim Arabs, and the words ''Muslim'' and ''Islam'' were generally not used (with a few isolated exceptions). The term became gradually obsolete following the Age of
 
== Referensi ==