Kedurai agung: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi '''Kedurai agung'' (alternatif pengejaan: kêdurai agung, pengucapan dalam bahasa Rejang: [kəduraj aguŋ) adalah upacara adat atau ritual yang turun-temurun dilaku...' |
k menghapus referensi yang sama |
||
Baris 2:
== Etimologi ==
Istilah kedurai agung berasal dari [[bahasa Rejang]], ''kedurai'' yang artinya kenduri, hajatan, atau perjamuan, dan ''agung'' yang artinya besar, mulia, atau luhur. Secara bahasa kedurai agung bermakna kenduri atau hajatan besar nan luhur. Dalam konteks masyarakat Rejang pra-Islam, leluhur dipuja dan dimintai pertolongan agar melindungi masyarakat dari berbagai macam bencana. Baik bencana alam, penyakit, serangan hama, maupun penyakit hewan ternak. Khususnya di daerah [[Kecamatan Bingin Kuning, Lebong|Bingin Kuning]], kedurai agung dikenal pula dengan istilah ''muang apêm''.<ref name=":0">[hhttp://www.rmolbengkulu.com/read/2018/03/15/7223/Tangkal-Bencana,-Puluhan-Warga-Lebong-Gelar-Ritual-Adat- Tangkal Bencana, Puluhan Warga Lebong Gelar Ritual Adat]</ref>
== Ritual Upacara ==
Terdapat variasi-variasi dalam pelaksanaan ritual kedurai agung. Variasi ini muncul sebagai adaptasi masing-masing masyarakat terhadap wilayah kediamannya yang dulu terisolasi satu sama lain. Di daerah Bingin Kuning masyarakat akan membentuk barisan dan arak-arakan. Setiap peserta upacara membawa [[apem]] untuk dipersembahkan. Para pengantar sesembahan terdiri dari anak-anak usia sebelum akil baligh yang disebut sebagai ''anok diwo'' (anak dewa).<ref
== Waktu dan Tempat Pelaksanaan ==
|