Tahu kuning: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
menambah keterangan lokasi
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
perbaikan pada bagian sejarah
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 23:
 
 
Pada tahun [[1900]], terdapat ribuan warga [[Tiongkok]] yang [[Migrasi|bermigrasi]] ke [[Indonesia]].<ref name="kediri"/> Sebagian dari mereka kemudian memasuki wilayah Kediri.<ref name="kediri"/> Tiga orang dari beberapa imigran tadi merupakan pelopor pembuatan tahu kuning.<ref name="kediri"/> Mereka adalah [[Lauw Soe Hoek]] (lebih dikenal dengan [[Bah Kacung]]), [[Liem Ga Moy]], dan [[Kaou Loung]].<ref name="kediri"/> Hingga saat ini, keturunan dari mereka tetap melestarikan dan melanjutkan usaha dari para [[leluhur]] mereka, kecuali keturunan dari Kaou Loung.<ref name="kediri"/>
 
Faktor utama yang mendorong para imigran Tiongkok memilih lokasi pembuatan tahu di Kediri, karena terdapat kesamaan karakteristik air dengan yang terdapat di Tiongkok.<ref name="kediri"/> Hal tersebut dikarenakan, proses pembuatan tahu ini tidak mudah dan harus menyesuaikan dengan jenis air, yang nantinya akan mempengaruhi pada hasil akhirnya.<ref name="kediri"/>
 
<br />
Pada tahun [[1912]], Lauw Soe Hoek (Bah Kacung) mulai mendirikan usaha tahu.<ref name="kediri"/> Sedangkan Liem Ga Moy mengawali usahanya pada tahun [[1948]], tetapi usahanya baru dikenal oleh masyarakat pada tahun [[1950]].<ref name="kediri"/> Saat ini usaha tahu Bah Kacung dilanjutkan oleh cucunya A. Herman Budiono putra dari Yosef Seger Budi Santoso (Lauw Sing Hian) yang meninggal pada bulan Mei [[2008]].<ref name="kediri"/>
 
== Kandungan nutrisi ==