Masjid Agung Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
OrophinBot (bicara | kontrib)
Arisdp (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 12:
|year_completed =
|construction_cost =
|capacity =15.000
|dome_quantity =
|dome_height_outer =
Baris 20:
}}
[[Berkas:Masjid Agung Palembang.jpg|kiri|jmpl|298x298px]]
'''Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I''' atau biasa disebut '''Masjid Agung Palembang''' adalah sebuah masjid paling besar di [[Kota Palembang]], [[Sumatra Selatan]]. Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan [[ASEAN]]. Terletak di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang telah lama didiami.
 
== Arsitektur ==
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni [[Indonesia]], [[China]] dan [[Eropa]]. Bentuk arsitektur Eropa terlihat dari pintu masuk di gedung baru masjid yang besar dan tinggi. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya seperti [[kelenteng]]. Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di [[Indonesia]] selama beberapa tahun. Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. [[Megawati Soekarnoputri]] adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatra Selatan modern ini.
 
== Sejarah<ref>{{Cite web|url=http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/30/|title=Masjid Agung Palembang|last=|first=|date=|website=SIMAS - SISTEM INFORMASI MASJID|access-date=}}</ref> ==
Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan [[ASEAN]]. Terletak di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang telah lama didiami.
Masjid Agung Palembang merupakan salah satu warisan Kesultanan Palembang. Masjid ini dikenal sebagai pusat kota Palembang. Dibangun 1738-1748 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I yang juga dikenal sebagai Sultan Mahmud Badaruddin I Jaya Wikrama. Menurut beberapa orang masjid ini merupakan masjid terbesar di Indonesia pada zamannya.
 
Ketika pertama kali dibangun, istana ini meliputi lahan seluas 1.080 meter persegi (sekitar 0,26 hektar) dengan kapasitas 1.200 orang. Lahan kemudian diperluas oleh Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.
{{Masjid di Indonesia}}
 
Dari 1819-1821, renovasi dilakukan oleh [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial Belanda]]. Setelah itu, ekspansi lebih lanjut dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, 1970, dan terakhir di tahun 1990-an. Selama ekspansi pada 1966-1969 oleh Yayasan Masjid Agung, lantai kedua dibangun dengan luas tanah 5.520 meter persegi dengan kapasitas 7.750 orang. Selama renovasi dan pembangunan di tahun 1970-an oleh [[Pertamina (Persero)|Pertamina]], menara masjid pun dibangun. Menara dengan gaya asli Cina tersebut masih dipertahankan sampai sekarang. Masjid ini sangat khas dengan tradisi Palembangnya. Sebagian besar kayu yang terdapat di arsitektur masjid memiliki ukiran khas Palembang yang disebut Lekeur.
 
Saat ini, bangunan asli masjid ini terletak di tengah bangunan baru, diresmikan oleh [[Presiden Indonesia|Presiden kelima Indonesia]], Megawati Soekarnoputri.
 
== Referensi ==
<references />{{Masjid di Indonesia}}
 
{{DEFAULTSORT:Agung Palembang}}