Masjid Agung Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arisdp (bicara | kontrib)
Arisdp (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2:
|image = Palembang Grand Mosque.jpg
|caption = Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I
|building_name = Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo
|location = [[Palembang]], [[Sumatra Selatan]], [[Indonesia]]
|religious_affiliation = [[Islam]]
Baris 16:
|dome_height_outer =
|dome_dia_outer =
|minaret_quantity =2
|minaret_height =20 meter dan 45 meter
}}
[[Berkas:Masjid Agung Palembang.jpg|kiri|jmpl|298x298px]]
'''Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikramo'''<ref>{{Cite news|url=http://www.mediasriwijaya.com/masjid-agung-palembang-resmi-berubah-nama|title=Masjid Agung Palembang Resmi Berubah Nama|last=|first=|date=2 Februari 2019|work=mediasriwijaya.com|access-date=}}</ref> atau biasa disebut '''Masjid Agung Palembang''' adalah sebuah masjid paling besar di [[Kota Palembang]], [[Sumatra Selatan]]. Masjid ini didirikan pada abad ke-18 oleh Sultan Mahmud Badaruddin I JayaJayo WikramaWikramo. Saat ini, Masjid Agung Palembang telah menjadi Masjid regional di kawasan [[ASEAN]]. Masjid ini menempati kompleks seluas 15.400 meter persegi, di kawasan 19 Ilir, di mana merupakan salah satu Kampung Asli Palembang dan Arab yang telah lama didiami.
 
== Arsitektur ==
Masjid ini dipengaruhi oleh 3 arsitektur yakni [[Indonesia]], [[China]] dan [[Eropa]]. BentukGaya khas arsitektur EropaNusantara terlihatadalah daripola pintustruktur masukbangunan diutama berundak tiga dengan puncaknya berbentuk limas. Undakan ketiga yang menjadi puncak masjid atau mustaka memiliki jenjang berukiran bunga tropis. Pada bagian ujung mustaka terdapat mustika berpola bunga merekah. Bentuk undakan bangunan masjid dipengaruhi bangunan dasar candi Hindu-Jawa, yang kemudian diserap Masjid Agung Demak. Ciri khas arsitektur Eropa terdapat pada gedungrupa barujendela masjid yang besar dan tinggi. Pilar masjid berukuran besar dan memberi kesan kokoh. Material bangunan seperti marmer dan kaca diimpor langsung dari Eropa. Sedangkan arsitektur China dilihat dari masjid utama yang atapnya sepertiberbentuk limas, terdiri dari tiga tingkat. Pada bagian atas sisi limas atap terdapat jurai daun simbar menyerupai tanduk kambing yang melengkung. Setiap sisi limas memiliki 13 jurai. Bentuk jurai melengkung dan lancip. Rupa ini merupakan bentuk atap [[kelenteng]].<ref name=":2">{{Cite web|url=http://pelajaran-dunia.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-berdirinya-masjid-agung.html|title=Sejarah Berdirinya Masjid Agung Palembang|last=|first=|date=7 November 2012|website=|archive-url=https://web.archive.org/web/20151112114335/http://pelajaran-dunia.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-berdirinya-masjid-agung.html|archive-date=12 November 2015|access-date=}}</ref> Masjid ini dulunya adalah masjid terbesar di [[Indonesia]] selama beberapa tahun.<ref name=":0" /> Bentuk masjid yang ada sekarang adalah hasil renovasi tahun 2000 dan selesai tahun 2003. [[Megawati Soekarnoputri]] adalah orang yang meresmikan masjid raksasa Sumatra Selatan modern ini.
 
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Veel mensen op het plein voor de Moskee Palembang TMnr 60033705.jpg|kiri|jmpl|Masjid Agung Palembang di tahun 1930-an]]
Saat terjadi perang antara masyarakat Palembang dengan Belanda di tahun 1659 M, sebuah masjid terbakar. Masjid tersebut merupakan masjid yang dibangun oleh [[Kesultanan Palembang|Sultan Palembang]] kala itu, [[Ki Gede Ing Suro]], yang berlokasi di Keraton Kuto Gawang. Beberapa tahun kemudian, tepatnya di tahun 1738 M, Sultan Mahmud Badaruddin I JayaJayo WikramaWikramo membangun kembali masjid tepat di lokasi berdirinya masjid yang terbakar.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masjid-agung-palembang-masjid-sultan-perpaduan-tiga-kebudayaan|title=Masjid Agung Palembang, Masjid Sultan Perpaduan Tiga Kebudayaan|last=|first=|date=|website=indonesiakaya.com|access-date=}}</ref>
 
Pembangunan masjid yang baru memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun Hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin I JayaJayo WikramaWikramo.
 
Ketika pertama kali dibangun,masjid ini meliputi lahan seluas 1.080 meter persegi (sekitar 0,26 hektar) dengan kapasitas 1.200 orang. Lahan kemudian diperluas oleh Sayid Umar bin Muhammad Assegaf Altoha dan Sayid Achmad bin Syech Sahab dibawah pimpinan Pangeran Nataagama Karta Mangala Mustafa Ibnu Raden Kamaluddin.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/30/|title=Masjid Agung Palembang|last=|first=|date=|website=SIMAS - SISTEM INFORMASI MASJID|access-date=}}</ref>
 
Awalnya masjid ini belum memiliki menara.. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Najamudin (masa pemerintahan 1758–1774) menara masjid dibangun. Lokasi menara masjid terpisah dari bangunan utama, dan berada di bagian barat. Pola menara masjid berbentuk segi enam setinggi 20 meter. Rupa menara masjid menyerupai menara kelenteng. Bentuk atap menara melengkung pada bagian ujungnya, dan beratap genteng. Menara masjid memiliki teras berpagar yang mengelilingi bangunan menara.<ref name=":2" />
 
Masjid Agung Palembang sebagai salah satu masjid tertua yang ada di nusantara sudah mengalami berbagai renovasi.
 
Dari 1819-1821, renovasi dilakukan oleh [[Hindia Belanda|pemerintah kolonial Belanda]]. Setelah itu, ekspansi lebih lanjut dilakukan pada tahun 1893, 1916, 1950, 1970, dan terakhir di tahun 1990-an. Selama ekspansi pada 1966-1969 oleh Yayasan Masjid Agung, lantai kedua dibangun dengan luas tanah 5.520 meter persegi dengan kapasitas 7.750 orang.<ref Selamaname=":0" renovasi/> danPada pembangunantanggal di22 tahunJanuari 1970-an dimulai pembangunan menara baru yang disponsori oleh [[Pertamina (Persero)|Pertamina]],. menaraMenara masjidbaru punini dibangun.setinggi Menara45 denganmeter, gayamendampingi menara asli bergaya Cina, tersebutdiresmikan masihpada dipertahankantanggal sampai1 sekarangFebruari 1971.<ref name=":2" /> Masjid ini sangat khas dengan tradisi Palembangnya. Sebagian besar kayu yang terdapat di arsitektur masjid memiliki ukiran khas Palembang yang disebut Lekeur.<ref name=":0" />
 
Salah satu renovasi terbesar terjadi pada tahun 1999. Renovasi yang dilakukan oleh [[Gubernur Sumatera Selatan|Gubernur]] [[Rosihan Arsyad|Laksamana Muda H Rosihan Arsyad]] tidak hanya memperbaiki bagian yang rusak, tetapi juga merestorasi bangunan masjid dengan menambahkan tiga bangunan baru. Ketiga bangunan tersebut antara lain, bangunan di bagian selatan masjid, di bagian utara, dan bagian timur. Pada renovasi dan restorasi ini, kubah masjid juga mengalami perbaikan di berbagai sisinya.
Baris 42 ⟶ 44:
 
== Cagar Budaya ==
Mengingat Masjid Agung Palembang merupakan salah satu peninggalan sultan, maka berdasarkan Keputusan [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Menteri Agama Republik Indonesia]] MA/233/2003 tertanggal 23 Juli 2003, masjid ini ditetapkan sebagai salah satu masjid nasional. Kemudian pada 2009, berdasarkan UU No 5 tahun 1992 tentang bangunan cagar budaya,  serta Surat Peraturan Menteri No PM19/UM.101/MKP/2009, Masjid Agung Palembang juga menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi pemerintah.<ref name=":1" />
 
== Referensi ==