Yahudi Kaifeng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 14:
Ricci mendapatkan kunjungan dari seorang Yahudi Tionghoa muda bernama Ai Tian (艾田) pada 1605, yang menjelaskan bahwa ia menyembah satu Allah. Tertulis dalam catatan bahwa ketika ia melihat sebuah gambar [[Kristen]] tentang Maria dengan Yesus yang masih kanak-kanak, ia percaya bahwa itu adalah gambar Ribka dengan Esau atau Yakub, tokoh-tokoh dari [[Perjanjian Lama]]. Ai menyatakan bahwa ia berasal dari [[Kaifeng]], dan di sana ada banyak orang Yahudi. Ricci mengutus seorang [[Yesuit]] Tiongkok untuk mengunjungi Kaifeng. Belakangan orang-orang Yesuit lainnya juga mengunjungi kota itu. Belakangan ditemukan bahwa komunitas Yahudi itu mempunyai sebuah [[sinagoga]] ("''Libai si'', 禮拜寺"), yang menghadap ke [[timur]], dan memiliki banyak bahan tertulis dan buku-buku.
 
Orang Yahudi di Tiongkok tampaknya "sangat menderita" dan tercerai-berai pada masa [[pemberontakan Taiping]] pada tahun 1850-an. Tercatat bahwa setelah tersebar ke mana-mana, mereka kembali ke [[Kaifeng]], namun jumlah mereka tetap kecil dan menghadapi banyak kesulitan. <!--
 
Tiga prasasti Yahudi yang bertulis ditemukan di Kaifeng. Seorang peneliti [[Katolik]] pada awal abad ke-20 memperlihatkan bahwa manuskrip-manuskrip Ricci menunjukkan bahwa hanya ada sekitar 10-12 keluarga Yahudi di Kaifeng pada akhir abad ke-16 hingga awal abad ke-17, dan bahwa mereka konon telah tinggal di sana selama 500-600 tahun. Juga dinyatakan di dalam manuskrip-manuskrip itu bahwa ada jauh lebih banyak orang Yahudi di [[Hangzhou]].
Baris 27:
Orang-orang Yahudi Eropa yang tinggal di [[Shanghai]] pada awal abad ke-20 dilaporkan pernah mengadakan penelitian di Kaifeng, namun tidak banyak memberikan hasil.
 
Dengan meningkatnya minat terhadap dunia Barat di kalangan para intelektual Tiongkok pada masa ini, kehadiran orang-orang Yahudi, dan Yudaisme, mulai disadari oleh para sarjana di Tiongkok. Pokok ini perlahan-lahan berkembang menjadi suatu bidang penelitian tersendiri ketika [[Republik Rakyat Tiongkok]] dibentuk pada 1949.
<!--Together with the growing interest in Western cultures among Chinese intellectuals during this time, the presence of the Jews, and Judaism, began to be realized by scholars in China. This subject had gradually developed into an independent field of research by the time the [[People's Republic of China]] was founded in 1949.
 
Karena buruknya syarat-syarat untuk penelitian tentang agama (sebagai akibat dari atmosfer politik), penelitian tentang orang-orang Yahudi Kaifeng dan Yudaisme di Tiongkok berhenti hingga permulaan tahun 1980-an, ketika pembaruan politik dan ekonomi dilaksanakan. Pembentukan hubungan diplomatik antara Tiongkok dan [[Israel]] pada [[1992]] mempercepat penelitian dalam bidang ini di kedua negara. Penelitian tentang orang-orang Yahudi di Tiongkok mendapatkan hat baru di seluruh dunia melalui peninjauan kembali terhadap pengalaman-pengalaman sekitar 25.000 pengungsi Yahudi di Shanghai pada masa [[Nazi]].
Due to the poor conditions for research on religions (as a result of the political atmosphere), research on the Kaifeng Jews and Judaism in China came to a standstill until the beginning of the 1980s, when political and economic reforms were implemented. The establishment of diplomatic relations between China and [[Israel]] in [[1992]] accelerated the research work in this field on both nations. Research on the Jews in China gained new attention around the world through the reappraisal of the experiences of around 25,000 Jewish refugees in Shanghai during the [[Nazi]] period.
 
Dalam tahun-tahun belakangan, penelitian tentang sejarah dan budaya orang-orang Yahudi Kaifeng dilakukan tidak hanya di Tiongkok, tetapi juga di negara-negara lain. Minat akademik yang meningkat dalam pokok-pokok terkait akan berlanjut di masa depan yang dapat dibayangkan.
In recent years, research into the history and culture of the Kaifeng Jews has been conducted not only in China, but in other countries as well. Increasing academic interest in related subjects will continue in the foreseeable future.
 
ItTelah hasdikatkaan beenbahwa stateddalam that in appearancepenampilannya, theorang-orang Yahudi Kaifeng Jewstidak weredapat indistinguishabledibedakan fromdari their nontetangga-Jewishtetangganya yang bukan neighborsYahudi. [http://www.aitian.org/Kaifeng%20Jews.htm]
 
Situasi keturunan Yahudi di Kaifeng saat ini sangat kompleks. Di dalam kerangka [[Yudaisme rabinik]] masa kini, hanya garis keturunan Yahudi lewat ibu sajalah yang diakui. Seorang Yahudi adalah seseorang yang berpindah menjadi Yahudi atau yang ibunya adalah seorang Yahudi, sementara orang-orang Yahudi Tiongkok mengakui hanya garis keturunan patrilineal. Oleh karena itu mereka tidak diakui sebagai Yahudi oleh komunitas-komunitas yang lainnya dan dengan demikian tidak berhak mendapatkan [[kewarganegaraan]] Israel secara otomatis di bawah [[Undang-undang Kepulangan ke Israel]]. Oleh karena itu [[kedutaan]] Israel di [[Beijing]] telah menolak permintaan keturunan orang-orang Yahudi Tiongkok untuk melakukan [[aliyah]]. Kebanyakan dari komunitas Yahudi Kaifeng tidak menyadari garis keturunan mereka, namun karena mereka tidak mempunyai sumber-sumber informasi, kebanyakan dari mereka tidak sadar apa arti garis keturunan itu sesungguhnya.
The current situation of Kaifeng Jewish Descendants is complex. Within the framework of contemporary [[rabbinical Judaism]], only matrilineal transmission of Jewishness is recognized ([[Who is a Jew?|a Jew is a convert or someone whose mother is a Jew]]), while Chinese Jews recognized only patrilineal descent. They are not, therefore, recognized as Jews by other communities and are consequently ineligible for automatic Israeli [[citizenship]] under the [[Law of Return]]. The Israeli [[embassy]] in [[Beijing]] has therefore rejected Chinese Jewish descendants requesting to make [[aliyah]]. Most descendants of Kaifeng's Jewish community are vaguely aware of their ancestry, but having no direct sources of information, the vast majority are unaware of what that actually means.
 
Sementara sikap resmi terhadap keturunan komunitas Yahudi Kaifeng cukup baik, perlakuan yang mereka terima dari sesama warga negara mereka tidak selalu demikian. Di Kaifeng juga terdapat suatu komunitas [[Muslim]] yang dinamik, yang sangat kohesif, setelah bertahan selama 50 tahun menghadapi isolasi dan perlakuan bermusuhan yang didukung resmi oleh negara (pada umumnya, dapat diduga, karena hubungan antara etnis [[Hui]], [[Uyghur]], dan [[Kazakh]] dengan pemerintah Tiongkok). Pada masa itu, keturunan Yahudi Kaifeng dilindungi dan ditolong oleh orang-orang Muslim, sehingga mereka umumnya sulit dibedakan dari komunitas Muslim. Hal ini berubah dengan dibukanya Tiongkok, ketika kaum Muslim Kaifeng memulihkan hubungannya dengan orang-orang Muslim di negara-negara lain. Komunitas itu menerima bantuan dari negara-negara Muslim dan mengambil sikap [[Anti Zionisme|Anti Israel]], [[Anti Semitisme|anti Yahudi]] yang berlaku di tempat lain. [[Masjid]] Kaifeng menyebarkan [[propaganda]] anti Israel “Yerusalem yang direbut”, sementara penduduk Muslim setempat mengembangkan sikap yang kian bermusuhan terhadap orang-orang Yahudi. Karena sedikit orang Yahudi di luar Kaifeng yang pernah berkunjung ke kota itu, sikap kebencian ini ditujukan kepada para keturunan orang-orang Yahudi Kaifeng. Ada desas-desus tentang rencana [[pogrom]], dan informasi tentang hal ini konon [[sensor|disensor]] oleh pemerintah Tiongkok. Karena situasi ini, banyak keturunan orang Yahudi Kaifeng yang lebih suka mengaku sebagai etnis [[Han]].
While the official attitude toward the descendants of Kaifeng's Jewish community is comfortable, their treatment by their fellow-citizens is not always so. Kaifeng is home to a dynamic [[Muslim]] community, which is very cohesive, having survived 50 years of isolation and officially-sanctioned hostility (largely, presumably, because of the relationship between the [[Hui people|Hui]], [[Uyghur]], and [[Kazakh]] ethnicities and the Chinese government). In that period, Kaifeng Jewish descendants were protected and helped by Muslims, to the point that they became largely indistinguishable from the Muslim community. That changed with the opening up of China, when Kaifeng's Muslims reëstablished links with Muslims elsewhere. The community received assistance from Muslim nations, and adopted much of the prevailing [[Anti-Zionism|anti-Israeli]], [[Anti-Semitism|anti-Jewish]] attitude. The Kaifeng [[mosque]] propagates "Conquered Jerusalem" anti-Israeli [[propaganda]], and local Muslim population has developed an increasingly hostile attitude toward Jews. Since few outside Jews ever visit Kaifeng, this hostility is channeled toward the descendants of the Kaifeng Jewish community. There are rumors of [[pogrom]]s, information about which is reportedly [[censorship|censored]] by the Chinese government. Because of this situation, many descendants of the Kaifeng Jewish community prefer to pass as ethnic [[Han Chinese|Han]].
 
<!--The last [[census]] revealed about 400 official Jews in Kaifeng, but that number may be suspect. It is difficult to estimate the number of Jews in any country, but in China it is nearly impossible. Numbers may change simply because of a change in official attitudes. For example, the number of ethnic [[Manchu]]s during the last [[Manchu Empire|Manchu emperor]] was estimated at 2 million; after the fall of the Manchu Empire, Manchus&mdash;fearing persecution&mdash;virtually disappeared and only 500,000 were counted in the succeeding census. When official policies regarding minorities were changed, affording them protective rights, the number of ethnic Manchus jumped to 5 million. There are potentially hundreds of thousands in Kaifeng and its environs that may claim Jewish ethnicity. Thus far, most overseas Jewish communities have been indifferent toward the putative descendants of the Kaifeng Jews.
 
Kaifeng Jewish Descendants are befriended by local Christians and protected by them. [[Christian]]s are a growing power in China, and show interest and kindness toward Jews. Remains from the [[synagogue]] and the Jewish Street are collected and built into new Christian [[church]]es. -->