Peksi Moi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{copypaste|https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=708}}
 
'''PEKSI MOI''' Merupakanadalah tarian yang diperkenalkan oleh seorang ulama yang bernama KH. Nahrowi pada tahun 1954. Beliau berasal dari Ploso Kuning, Minomartani, Ngangglik [[Sleman]]. Ia juga merupakan salah satu ulama yang ikut serta dalam membangun Masjid Pathok Negoro di Ploso Kuning, dan mendapatkan tugas menyiarkan agama islam di wilayah utara, yaitu daerah Tempel dan Dusun Soka Wetan merupakan tempat tugasnya.
 
Persatuan Kesenian Islam Main Olahraga Bela Diri di singkat menjadi ''Peksimoi'', yang berasal dari Dusun Soka Wetan, Kelurahan Merdikorejo Kecamatan Tempel, [[Kabupaten Sleman]], hal ini digunakan untuk menunjukkan bahwa tarian merupakan kumpulan gerakan bela diri yang diiringi dengan [[Instrumen keuangan|instrumen]]. Setiap instrumen dan lagu yang dimainkan memiliki gerkaan yang berbeda-beda. Berupa tari latar, sehingga dapat dimainkan di mana saja berdurasi pendek, kurang lebih 2-3 menit, atau bahkan ada yang sampai satu jam. Syair atau lagu yang mengiringimeupkanamengiringi meupkana syair tentang ajakan beribadah kepada Allah SWT dan menunjukkan persatuan [[NKRI]] (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
 
Pemain Peksimoi terdiri dari atas:penari, pemusik, dan penyanyi. Penari terdiri dari 12-16 orang , empat orang pemusik yang memainkan alat musik berupa tiga terbang (rebana) dan satu gendang, serta dua orang penyanyi. Pementasan tari terdiri dari laki-laki dan perempuan dnengan 35 lagu yang mengiringi, lagu hanya berupa syair-syairu ajakan, dan tidak memiliki alur cerita. Terdapat tiga jenis bahasa dan satu rangkaian nada yang digunakan dalam syair Peksimoi, yaitu Bahasa Arab (8bait). Jenis-jenis syair yang dilagukan antara lain : ''Ya Rasululloh, Lekas Main, Baru datang, Negara, Manusia, Ya Mauhaimin ya salam, Sunguh kami sekalian, Thalat naba, lasol, Tidak jadi apa, Minta berhenti, marhaban, Rupa jalma, Selamat sempurna, Atur sembah aken, Do mi sol, Hormat kami, Minala, Shalatulloh, Ini mana, Kalau ada, Kinclong, Memberitahu, Naik sepeda, Salendang, Mintalah ampun, Tabik encik, Kami anak pengajian, Ayam kate, Jangan sampaii lama, Assalamu’alaikum, dan Sumu''r dalam (Rubito, 1997). Kostum  yang digunakan baju berwarna putih dibalut rompi berwarna biru, jingga dan ungu. Di bagian perut memakai stagen; ikat kepala dengan variasi bulu, celana berwarna hitam dibalut dengan jarik motif parang. Kostumseragamnya dimodifikasi secara berkala danserta mengalami perubahan dari dulu sampai sekarang, kostum didesain menarik dan menyesuaikan perkembangan zaman.
 
''Peksimoi'' menjadi bagian penting dari masyarakat Dusun Soka Wetan, karena merupakan seni tradisi Islam yang menjadi sendi dan nilai-nilai keislaman yang dipegang oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Peksimoi menjadi identitas masyarakat dalam menyalurkan ekspresi keberagaman, juga menjadi ajang silaturahmi warga masyarakat, bahkan mampu menghasilkan pendapatan ekonomi bagi para pemainnya. Karena Peksimoi ini tidak memiliki gerakan yang rumit, maka dapat dipelajari oleh berbagai kalangan usia. Sering dimainkan oleh anak SMP dan SMA di lingkungan desa dan tampil saat diadakan festival desa atau [[festival]] Peksimoi. <ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia|last=Dwiari Ratnawati|first=Iien|publisher=Direktorat Jendral Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia|year=2018|isbn=|location=JAKARTA|pages=182-183|url-status=live}}</ref>