Pada 2004, para wartawan yang mengkritik Aristide mengalami serangan-serangan dan ancaman. Suasana teror berlanjut dengan dibebaskannya para pelaku pembunuhan dua orang wartawan. Aristide memperluas kontrolnya terhadap televisi, namun radio tetap menjadi media berita yang paling populer.
<!--TheSituasi situationterus deterioratedmerosot steadilysepanjang throughouttahun the yearitu. Aristide clungbertahan todengan powermengandalkan byanggota-anggota relyinggeng onyang gang-members knowndikenal assebagai ''chimères,'' organisedyang intodiorganisasi militiamenjadi knownmilisi asyang dikenal sebagai "popularorganisasi organisationsrakyat" withyang theditugasi taskmempertahankan forsuasana sustainingteror adi climatekalangan ofoposisi terrordan in the ranks of the opposition and the presspers. His regime was furtherRezimnya discreditedsemakin byburuk thenamanya appearancedengan ofmunculnya "SpecialBrigade BrigadesKhusus," asebuah parallelpasukan policepolisi forceparalel whichyang, like theseperti "Tontons Macoutes" underdi thebawah Duvaliersrezim Duvalier (1957–86) and thedan "Attachés" underdi Generalbawah Jenderal [[Raoul Cédras]] (1991–94), didmelakukan thepekerjaan regime’skotor dirty workrezimnya (torturepenyiksaan anddan executionspembunuhan) and extorteddan moneymemeras fromuang thedari populationpenduduk.
Aristide cracked down in response to protests. Several dozen people were killed or wounded by ''chimères'' during demonstrations calling for his departure that steadily increased in size. The press was also the victim of violence. Reporters Without Borders registered some 30 cases of attacks or threats against journalists in 2003, and this was not exhaustive.
Sebagai balasan Aristide mengambil tindakan terhadap protes-protes itu. Beberapa puluh orang dibunuh atau dilukai oleh ''chimères'' dalam berbagai demonstrasi yang menuntutnya pergi yang semakin bertambah besar. Pers pun menjadi korban kekerasan. "Wartawan Tanpa Perbatasan" mencatat sekitar 30 kasus penyerangan atau ancaman terhadap wartawan pada 2003, dan jumlah itu belum tuntas.
Aristide's opponents continued to accuse him of being corrupt and of using violence to attack political opponents. He maintained close ties not only to the Haitian police force, but also to street gangs such as the "[[Cannibal Army]]"[http://customwire.ap.org/dynamic/stories/H/HAITI?SITE=DCTMS&SECTION=HOME]. His government built parks and facilities for the gangs in exchange for cooperation with his government. After the assassination of the leader of the Cannibal Army, [[Amiot Metayer]], who had begun committing excessive acts of violence, that gang turned solidly against Aristide and joined the opposition.
Lawan-lawan Aristide terus menuduhnya korup dan menggunakan kekerasan untuk menyerang lawan-lawan politiknya. Aristide mempertahankan hubungan yang erat bukan hanya dengan polisi Haiti, tetapi juga dengan geng-geng jalanan, seperti "[[Tentara Kanibal]]"[http://customwire.ap.org/dynamic/stories/H/HAITI?SITE=DCTMS&SECTION=HOME]. Pemerintahnya membangun taman-taman dan berbagai fasilitas untuk geng-geng itu sebagai ganti kerjasama mereka dengan pemerintah. Setelah pembunuhan pemimpin Tentara Kanibal, [[Amiot Metayer]], yang telah mulai melakukan tindak kekerasan yang berlebihan, geng itu berbalik melawan Aristide dan bergabung dengan oposisi.
In [[January 2004]], political violence between Aristide supporters and supporters of the opposition escalated sharply, and on [[February 5]], [[2004]], a rebel group calling itself the [[Revolutionary Artibonite Resistance Front]] (of which the Cannibal Army formed part) seized control of Haiti's fourth-largest city, [[Gonaïves]], marking the beginning of a [[2004 Haiti Rebellion|major revolt]] against Aristide. By [[February 22]], the rebels had captured Haiti's second-largest city, [[Cap-Haïtien]], and effectively split Haiti between a rebel-held north and a government-held south. The rebellion, led by former [[Cap-Haïtien]] police chief [[Guy Philippe]], has been referred to as a "military coup" by Aristide's lawyer, who claimed that the heavy weaponry used by the rebels were shipped in from the [[Dominican Republic]].[http://www.democracynow.org/article.pl?sid=04/02/25/1613200]
Pada [[Januari 2004]], kekerasan politik antara pendukung-pendukung Aristide dengan pendukung-pendukung kubu oposisi meningkat tajam, dan pada [[5 Februari]] [[2004]], sebuah kelompok pemberontak yang menamai dirinya [[Front Perlawanan Artibonite Revolusioner]] (di antara anggotanya adalah Tentara Kanibal) merebut kekuasaan di kota keempat terbesar Haiti, [[Gonaïves]], menandai permulaan [[Pemberontakan Haiti 2004|pemberontakan besar]] melawan Aristide. Pada [[22 Februari]] para pemberontak telah merebut kota kedua terbesar Haiti, [[Cap-Haïtien]], dan secara efektif membagi dua Haiti antara bagian utara yang dikuasai kaum pemberontak dan bagian selatan yang dikuasai pemerintah. Kaum pemberontak, yang dipimpin oleh bekas kepala polisi [[Cap-Haïtien]] [[Guy Philippe]], disebut sebagai "kudeta militer" oleh pengacara Aristide, yang mengklaim bahwa persenjataan berat yang digunakan oleh kaum pemberontak telah dikirim dari [[Republik Dominika]].[http://www.democracynow.org/article.pl?sid=04/02/25/1613200]
As the end of [[February 2004|February]] approached, rebels continued to advance to within miles of the capital, [[Port-au-Prince]]. -->
Menjelang akhir [[Februari 2004|Februari]], kaum pemberontak terus maju hingga hanya beberapa kilometer dari ibukota, [[Port-au-Prince]].
== Meninggalkan Haiti ==
[[pt:Jean-Bertrand Aristide]]
[[fi:Jean-Bertrand Aristide]]
[[sv:Jean-Bertrand Aristide]]-->
|