Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''[[Kaharingan]] Dayak Maanyan Hiang Piumpang'''<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/424338489|title=Ensiklopedi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.|date=2006|publisher=Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa|others=Indonesia. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.|isbn=9789791607117|location=[Jakarta]|oclc=424338489}}</ref> atau '''Organisasi Hiang Piumpang''' adalah organisasi kemasyarakatan bagi penghayat Hiang Piumpang di kalangan masyarakat [[suku Dayak Maanyan]]. Berlokasi di Kataut Ngaweng, Desa Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan, berdasarkan data terakhir (1980) jumlah warga yang bergabung dalam organisasi ini adalah 40 orang. Walau sekretariat dari organisasi ini terletak di Kataut Ngaweng, anggota organisasi tersebar di seluruh wilayah Desa Tamiang Layang, Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Selatan.
 
Belum ada sumber yang menjelaskan mengenai berdirinya organisasi ini.
 
Sementara itu, kegiatanKegiatan spiritual yang dilakukan oleh para anggota Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang adalah berupa pelaksanaan ritual menuju Hyang Piumpang atau Tuhan Yang Maha Esa, dimana anggota menyampaikan maksud dan kehendak perorangan atau kelompok. Ritual ini dapat dilaksanakan di berbagai tempat, antara lain tempat kediaman, balai, hutan, lapangan, kebun, dsb.—pada dasarnya ritual ini dapat dilakukan di mana saja, sesuai dengan kebutuhan upacara. Perlengkapan yang dibutuhkan untuk ritual ini antara lain hewan potong (ayam, babi, kerbau), peti tempat tulang yang dibongkar, beras, dan sesaji lainnya. Sementara pakaian yang digunakan saat ritual disesuaikan dengan upacaranya. Sedangkan untuk pelaksanaan doa bisa dilakukan sewaktu-waktu, jadi bisa kapan saja dan di mana saja, baik perseorangan maupun didampingi [[balian]].
Pengamalan dalam kehidupan pribadi seorang penghayat Hiang Piumpang adalah dengan mewariskan kebudayaan leluhur dari nenek moyang, dalam wujud meneladani sikap dan perbuatannya serta menghindari pantangan/larangan atau sesuatu yang dianggap tabu.
 
PengamalanSementara itu pengamalan dalam kehidupan pribadi seorang penghayat Hiang Piumpang adalah dengan mewariskan kebudayaan leluhur dari nenek moyang, dalam wujud meneladani sikap dan perbuatannya serta menghindari pantangan/larangan atau sesuatu yang dianggap tabu. Bagi penghayat Hiang Piumpang, nilai-nilai luhur tersebut sampai ke manusia melalui perantara. Perantara antara manusia dengan Sang Pencipta itu mereka sebut sebagai ''Sahabat''. Para ''Sahabat'' itulah yang banyak melindungi para penghayat dari berbagai masalah.
Sementara itu, kegiatan spiritual yang dilakukan oleh para anggota Kaharingan Dayak Maanyan Hiang Piumpang adalah berupa pelaksanaan ritual menuju Hyang Piumpang atau Tuhan Yang Maha Esa, dimana anggota menyampaikan maksud dan kehendak perorangan atau kelompok. Ritual ini dapat dilaksanakan di berbagai tempat, antara lain tempat kediaman, balai, hutan, lapangan, kebun, dsb.—pada dasarnya ritual ini dapat dilakukan di mana saja, sesuai dengan kebutuhan upacara. Perlengkapan yang dibutuhkan untuk ritual ini antara lain hewan potong (ayam, babi, kerbau), peti tempat tulang yang dibongkar, beras, dan sesaji lainnya. Sementara pakaian yang digunakan saat ritual disesuaikan dengan upacaranya. Sedangkan untuk pelaksanaan doa bisa dilakukan sewaktu-waktu, jadi bisa kapan saja dan di mana saja, baik perseorangan maupun didampingi [[balian]].
 
Penghayat Hiang Piumpang memiliki sejumlah pantangan, antara lain anak kecil tidak boleh tidur di sore hari. Mereka juga memiliki tanda atau isyarat khusus, misalnya bunyi ''sinui'' (bunyi binatang) tandanya hari akan menjelang malam, sedangkan bunyi pipit masuk rumah pada malam hari artinya rumah tersebut untuk sementara dikosongkan.
 
Nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh para penghayat juga mencakup hubungan manusia dengan alam, yang mana pelestariannya sangat bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Aktivitas keseharian yang meliputi bekerja di sawah, ladang, dan perkebunan menjadikan para penghayat mengenal ilmu perbintangan dan bulan-bulan mujur. Misalnya:
 
* Bulan terbaik untuk ''menugal'' (menyemai padi) adalah bulan ketiga-kelima, saat bintang ''Awahat'' berada tepat di atas kepala. BIntang ini adalah permulaan ''manunggal'', maka pekerjaan menyesuaikan.
* Pada bulan ''Kapitu'' (bulan ke-7), hewan-hewanseperti ikan dan burung akan sangat sulit dicari, dan tanaman yang akan banyak tumbuh hanya
 
== Susunan pengurus ==
Baris 12 ⟶ 19:
* Ketua : Gambu Ngiut
* Sekretaris : Kataut Ngaweng
* Bendahara : Gampit Nyiker<br />
 
== Rujukan ==
<references />
[[Kategori:Aliran kepercayaan]]
[[Kategori:Budaya]]
[[Kategori:Dayak]]
[[Kategori:Kepercayaan tradisional Indonesia]]