Orde Baru: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 19:
Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar [[Seskoad]] II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung [[Ali Moertopo]]. Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwitujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan [[Golkar]], [[TNI]], dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi.
Untuk melanggengkan kekuasaannya, soeharto menggunakan metode yang sama dengan hitler dan musolini, yaitu perkuat militer, miskinkan rakyat dan perkaya diri dengan begitu rakyat akan takut dan ketergantungan. Salah satu cara yang ditempuh pada awal pemerintahaannya adalah shock terapi yang luar biasa kepada rakyatnya. Dengan melakukan pemerkosaan dan pembantaian kepada wanita-wanita yang dianggap anggota "Gerwani" serta pembantaian jutaan jiwa nyawa manusia (yang dianggap anggota PKI) dengan cara di gorok lehernya, di tusuk, di tembak yang dilaksanakan di tempat umum. Melihat kengerian peristiwa itu membuat rakyat indonesia pada saat masa orde baru seperti di kebiri keberaniannya, hidup dalam ketakutan (takut di bilang makar, takut di bilang menghina pemerintah dan lain sebagainya).
Soeharto juga membangun kekuatan militer yang tak tersentuh hukum. Tentara sewenang-wenang kepada rakyat, polisi menganiaya tersangka saat introgasi meskipun belum tentu dia bersalah, penculikan dan pembunuhan para aktifis yang dilakukan aparat terjadi tanpa pernah di usut. Penyerangan terhadap kantor kelompok politik tertentu yang dianggap membahayakan dan membunuh orang-orang yang ada di dalamnya dengan sadis. Pejabat negara memposisikan diri sebagai dewa, tak tersentuh hukum, sewenang-wenang bahkan anak sekolah wajib menghafal nama-nama menteri.
=== Eksploitasi sumber daya ===
|