Ebeg: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Masihterjaga (bicara | kontrib)
Menghapus konten duplikat dan kurang relevan.
Baris 2:
[[Berkas:Gelaran budaya Ebeg.jpg|jmpl|Ebeg atau Kuda lumping banyumasan|273x273px]]
'''Ebeg''' merupakan bentuk kesenian tari daerah [[Banyumas]] yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman [[bambu]] dan kepalanya diberi [[ijuk]] sebagai rambut. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan [[prajurit]] [[perang]] yang sedang menunggang [[kuda]]. Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg.<ref name=":0">{{Cite book|title=Kesenian Daerah dan Lagu-Lagu Daerah|last=Yuliana|first=Cendi|publisher=PT WIDYA DUTA GRAFIKA|year=2008|isbn=9795175319|location=Surakarta|page=44}}</ref>
 
Diperkirakan, [[kesenian]] Ebeg ini sudah ada sejak zamanabad purba9, tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentuk ''in trance'' (kesurupan) atau ''wuru''. Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman [[animisme]] dan [[dinamisme]].
 
Selain itu, Ebeg dianggap sebagai seni budaya yang benar-benar asli dari Jawa Banyumasan mengingat didalamnya sama sekali tidak ada pengaruh dari budaya lain. Berbeda dengan [[Wayang]] yang merupakan apresiasi budaya Hindu India dengan berbagai tokoh-tokohnya. Ebeg sama sekali tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruhi agama tertentu, baik Hindu maupun Islam. Bahkan dalam lagu-lagunya justru banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri. Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya. Jarang ada lagu Ebeg yang menggunakan lirik bahasa Jawa Mataraman dan bahasa selain Banyumasan. Beberapa contoh lagu-lagu dalam Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga dan lain-lain.
Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu dan kepalanya diberi ijuk sebagai rambut.
 
Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda.
 
Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg.
 
Diperkirakan kesenian Ebeg ini sudah ada sejak zaman purba tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme.
 
Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentukin trance(kesurupan) atau wuru.
 
Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme.
 
Selain itu Ebeg dianggap sebagai seni budaya yang benar-benar asli dari Jawa Banyumasan mengingat didalamnya sama sekali tidak ada pengaruh dari budaya lain.
 
Berbeda dengan Wayang yang merupakan apresiasi budaya Hindu India dengan berbagai tokoh-tokohnya.
Ebeg sama sekali tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruhi agama tertentu, baik Hindu maupun Islam.
 
Bahkan dalam lagu-lagunya justru banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional,terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri.
 
Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya.
Jarang ada lagu Ebeg yang menggunakan lirik bahasa Jawa Mataraman dan bahasa selain Banyumasan.
 
Beberapa contoh lagu-lagu dalam Ebeg yang sering dinyanyikan adalah Sekar Gadung, Eling-Eling, Ricik-Ricik Banyumasan, Tole-Tole, Waru Doyong, Ana Maning Modele Wong Purbalingga dan lain-lain. (Sumber: Wikipedia)
 
"Yuk Uri-Uri Budaya"
 
Penasaran dengan kesenian ebeg banyumas, saat ini Oemah Bejo juga mewadahi para penggiat seni yang tergabung dalam kesenian ebeg "Panca Krida Budaya" Randegan, ciarus, babakan loh.
 
Bukan hanya itu di Oemah Bejo management kita juga menampilkan kreasi gending baru dan tarian yang lebih menarik karena di ikuti oleh beberapa anak-anak Oemah Bejo...
 
Penasaran?
 
Buruan kabari saudara, teman, tetangga dan semua pencinta seni di Banyumas dan sekitarnya, yang mau punya hajat khitanan, nikahan, haul, ultah dll.
 
# Yuk nanggap Ebeg Oemah Bejo.
 
# Yuk uri-uri budaya
# YukShare
 
# note project Oemah Bejo dibidang seni dan budaya dimana 10% dari nilai tanggapan akan masuk untuk donasi kegiatan sosial.
 
== Atraksi ==
[[Berkas:Barongan ebeg.JPG|jmpl|297x297px|Barongan Ebeg, salah satu karakter topeng macan sebagai pendukung pementasan seni ebeg di pasar Kroya. Mungkin masih berkaitan erat dengan barongsai, singo barong dan leak.]]
Di dalam suatu sajian Ebeg akan melalui satu adegan yang unik yang biasanya menjadi acara pamungkas dalam pertunjukan Ebeg. Atraksi tersebut sebagaimana dikenal dalam bahasa Banyumasan dengan istilah Babak Janturan. Pemain akan "Mendem" atau "Wuru" (kesurupan dalam [[Bahasa Banyumasan]]) dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik. Bentuk atraksi tersebut seperti halnya: makan ''Beling'' atau pecahan kaca, makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak seperti monyet, ular, dan lain-lain.
Atraksi in trance ini hanya dimainkan oleh pemain yang memiliki "indang" atau "pembantu". Masing-masing pemain memiliki varian indang yang berbeda. Di antaranya indang kethek, yang mengantarkan pemain pada kondisi in trance meniru perilaku monyet. Indang jaran, indang mayid, indang macan dan lain-lain.
 
Baris 78 ⟶ 38:
== Perkembangan terkini ==
[[Berkas:ebeg2.jpg|jmpl|Seorang gadis ''janturan'' dalam pementasan Ebeg Banyumasan.]]
Akibat perkembangan budaya di Banyumas dan orentasi suatu seni pertunjukan juga yang dalam tahap awal merupakan saran'''Teks tebal'''asarana ritual telah bergesear pada bisnis seni pertunjukan, pembenahan dalam Ebeg pun segera dilakukan. Penataan pada Ebeg yang dapat meliputi bentuk iringan, penghalusan gerak tari, kostum ataupun propertinya banyak dilakukan oleh seniman Banyumas. Ebeg biasanya dipentaskan pada acara hajatan baik acara khitanan maupun pernikahan. Selain itu pada awal Sura atau tahun baru Jawa, Ebeg juga sering dipentaskan diberbagai daerah Banyumas, Cilacap, Kroya, Kebumen, Purbalingga dan Banjarnegara. Masih ada beberapa perkampungan yang masih sering mengadakan pertunjukan Ebeg di wilayah karisidenan Banyumas seperti Banjarwaru, Adipala, Pesanggrahan, Bajing, Jepara, Somagede, Wangon, Ajibarang, Sumpiuh, Padamara, Kebasen, Jatilawang, Binorong, Jetis, Sempor Gombong, dan lain-lain.
 
ebeg merupakan kesenian tradisional,sudah ada sejak abad 9 sekitar 1000 tahun yang lalu.
 
== Referensi ==
{{reflist}}
<references />
<references />
 
[[Kategori:Tarian dari Jawa Tengah]]