Landok Sampot: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kinamariz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Kinamariz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 4:
Pada zaman dahulu, Tari Landok Sampot dikenal di lingkungan kerajaan dalam. Biasanya ditarikan di khalayak umum pada saat Upacara Pernikahan, Khitan (Sunat) dan upacara adat lainnya, melalui persetujuan Raja-Raja di Kluet, Aceh Selatan. Namun di masa kini, Tari Landok Sampot dapat dilakukan untuk menyambut tamu kenegaraan meski bukan masyarakat asli Kluet. <ref name=":0" />
 
Secara etimologi, Landok Sampot berasal dari bahasa Aceh Kluet, dimana ''Landok berarti "Tari"'' dan ''Sampot berarti "Lecut/Libas"''. Oleh karena itu, tari Landok Sampot bercerita tentang perkelahian dua orang pemuda yang memperebutkan Puteri Raja. Pemenangnya berhak untuk menikahi Sang Puteri.

Tari Landok Sampot dimainkan oleh 8 orang pria dewasa, seorang penyanyi dan alunan suara Gong, Siling, 2 Canang dan 2 Genderang. Maestro Tari Landok Sampot adalah Nailul Autar dan kondisinya hingga saat ini masih bertahan.
[[Berkas:Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 (Buku 1).pdf|jmpl]]