Paludikultur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
|||
Baris 2:
Paludikultur berasal dari bahasa latin, yaitu ''palus'' (rawa) dan ''cultuur'' (budidaya).<ref name=":0">{{Cite web|url=http://pojokiklim.menlhk.go.id/uploads/news/1524105985_Pojok%20Iklim_18418_paludikultur-min.pdf|title=PALUDIKULTUR:
PRAKTIK PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT BERKELANJUTAN|last=Tata|first=Hesti L.|date=18 April 2018|website=Pojok Iklim|access-date=30 Oktober 2019}}</ref> Paludikultur diartikan sebagai pemanfaatan lahan rawa gambut dan gambut yang dibasahi kembali secara produktif, yang dilakukan dengan cara menyimpan karbon stok (gambut) dalam jangka waktu yang panjang, dengan mempertahankan tinggi muka air tanah sepanjang tahun (Wicthmann et al. 2016).<ref name=":0" />
== Sejarah paludikultur di Indonesia ==
Menurut Najiyati et al.,2005 dan Osaki et al., 2016, budidaya di lahan rawa dan gambut tipis secara tradisional dalam skala kecil di Indonesia telah berlangsung sejak jaman dahulu, khususnya pada masyarakat tradisional di Kalimantan (pada umumnya suku Dayak). Akan tetapi, tidak ada laporan yang menyebutkan
== Pengembangan paludikultur ==
Baris 17:
== Manfaat ==
Paludikultur mempunyai beberapa manfaat antara lain, untuk memertahakan tinggi muka air tanah, mencegah kebakaran,
== Referensi ==
|