Kalau Tak Untung: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Inighozali (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Inighozali (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
Novel '''''Kalau Tak Untung'''''<ref>{{Cite book|title=Kalau Tak Untung|last=Ismail|first=Sariamin|publisher=Balai Pustaka|year=1933|isbn=978-979-407-086-4|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref> (''Kalau Ta' Oentoeng)'' ditulis oleh Selasih (nama samaran dari [[Sariamin Ismail]]) pada tahun 1933<ref>{{Cite book|title=Biografi Sejarah Selasih dan Karyanya|last=Mujiningsih|first=Erlis Nur|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1995|isbn=979-459-486-5|location=Jakarta|pages=27-32|url-status=live}}</ref>. Novel tersebutdan diterbitkan oleh PN [[Balai Pustaka]] dengan ketebalan buku 188 halaman. Novel tersebut merupakan novel pertama yang ditulis oleh perempuan penulis Indonesia yang memberikan jejak tersendiri dalam perkembangan sastra Indonesia. baik dari aspek struktur cerita hingga latar belakang pengarang sebagai perempuan penulis pertama di Indonesia. Realitas sosial yang dibangun dalam cerita tersebut juga merefleksikan secara semu dengan kondisi kenyataan sosial masyarakat pada masa kepenulisannya, yaitu masa sebelum kemerdekaan.
 
== Sinopsis ==
'''''Kalau Tak Untung''''' bercerita tentang kisah hidup seorang perempuan muda bernama Rasmani. Ia yang berasal dari keluarga yang mementingkan pendidikan ketika masyarakat di sekitarnya masih menuruti aturan yang konservatif, terutama tentang hak perempuan untuk memperoleh pendidikan. Pertentangan dengan lingkungannya tersebut tidak menghalangi usaha Rasmani hingga mampu menjadi guru. Ia juga mencintai Masrul, seorang pemuda yang mendukung pula hak pendidikan untuk perempuan. Baik Rasmani maupun Masrul juga menentang aturan pernikahan sedarah dalam budaya Minangkabau.
 
Masrul sempat dijodohkan dengan Aminah, anak mamaknya yang belum berpendidikan, kemudian meminta Rasmani untuk mengajarinya. Masrul akhirnya menikah dengan Muslina yang lebih berpendidikan, kaya, dan tidak sekaum dengannya. Namun, Muslina justru bersifat jahat dan tidak menghargai suaminya sendiri sehingga mengakibatkan mereka bercerai. Rasmani semakin menderita dengan sakitnya dan sejak tidak bersama dengan Masrul yang dicintainya. Di akhir cerita, Rasmani sudah mengetahui bahwa Masrul mencintainya dan hendak memperistrinya, namun nasibnya tak beruntung karena kematian lebih dahulu menjemputnya.{{sedang ditulis}}