Penghapusan bertahap bahan bakar fosil: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariyanto (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 5:
 
Bahan bakar fosil merupakan sumberdaya yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat bumi saat ini, penggunaannya menghasilkan dampak carbon. Adapun bahan bakar fosil meliputi batubara, minyak bumi dan gas alam.<ref>{{Cite journal|date=2019-11-12|title=Bahan bakar fosil|url=https://wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Bahan_bakar_fosil&oldid=16170636|journal=Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas|language=id}}</ref> Saat ini konsumsi bahan bakar fosil dunia mencapai 82 persen menurut International Energy Agency (IEA) atau Badan Energi Internasional.<ref>{{Cite web|url=https://republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/13/11/14/mw8f2s-iea-penggunaan-bahan-bakar-fosil-global-tetap-dominan|title=IEA: Penggunaan Bahan Bakar Fosil Global Tetap Dominan|date=2013-11-14|website=Republika Online|access-date=2019-11-13}}</ref> Tingginya penggunaan energi fosil menurut IEA dapat memicu suhu bumi merangkak menyentuh 3,6 derajat celcius bila tanpa ada langkah antisipasi, seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
<br />{{nocat}}
 
 
 
Wacana Penghapusan bertahap bahan bakar fosil dunia muncul berkat laporan para peneliti iklim terkemuka di dunia yang tergabung dalam Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim ([[Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim|Intergovernmental Panel on Climate Change]]/IPCC). Ratusan peneliti itu berkesimpulan bahwa kenaikan suhu bumi maksimal harus di bawah 1,5 derajat celcius. Para ahli menemukan pada 2016 terdapat 52 gigaton emisi [[Gas rumah kaca|Gas Rumah Kaca]] (GRK)/52 GtCO2e akan mencapai 58 gigaton pada 2030. Untuk memenuhi target menahan suhu pada 1,5 derajat celcius diperlukan usaha maksimal untuk mengurangi GRK. Jumlah itu harus dikurangi rata-rata per tahun sekitar 25-35 gigaton GRK. Perilaku manusia dan pendekatan teknologi diperlukan untuk memenuhi target ambisius tersebut. Salah satunya dengan cara mengurangi penggunaan energi fosil dan memperbanyak penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti tenaga matahari, angin, dan sejenisnya. Setidaknya 85 persen EBT hingga 2050. untuk tetap memenuhi target 1,5 derajat celcius pada suhu bumi.<ref>{{Cite web|url=https://wri-indonesia.org/id/blog/8-hal-yang-perlu-diketahui-tentang-laporan-ipcc-15%CB%9Ac|title=8 Hal yang Perlu Diketahui tentang Laporan IPCC 1.5˚C {{!}} WRI Indonesia|website=wri-indonesia.org|access-date=2019-11-13}}</ref>