Śri Wijaya Mahadewi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Angayubagia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 3:
Satu-satunya prasasti sebagai sumber sejarah ratu ini adalah prasasti Gobleg, Pura Desa II (905 Saka). Ratu ini memberi izin kepada penduduk desa Air Tabar, yang merupakan pamong kuil Indrapura di Bukittunggal di wilayah desa Air Tabar, untuk memperbaharui prasastinya (mabharin pandaksayan na). Ratu ini tidak menggunakan identitas dinasti Warmadewa.
 
Keadaan ini mengundang timbulnya sejumlah pendapat. Berdasarkan terpakainya kata Sri''Śri Wijaya'' dalam gelar sang ratu, P.V. van Stein Callenfels (1924:30) berpendapat bahwa kemungkinan ratu itu berasal dari [[Sriwijaya|kerajaan Sriwijaya]] di Sumatra. Dengan kata lain, hal itu menunjukkan adanya perluasan kekuasaan Sriwijaya ke Bali. Pada tahun 1950, dalam artikelnya yang berjudul ''”De Stamboom van Erlangga”'', J.L. Moens menghubungkan ratu itu dengan kerajaan Jawa Timur.
 
[[Damais]] secara lebih tegas mengemukakan bahwa ratu itu adalah putri PuMPu Sindok yang bernama [[Sri Isyana Tunggawijaya|Sri Isana Tunggawijaya]]. Pendapatnya itu didasarkan pada adanya jabatan-jabatan wadihati, makudur, dan pangkaja yang disebutkan dalam prasasti ratu itu, di samping sejumlah jabatan tinggi yang telah lazim di Bali. Ketiga jabatan itu adalahsangat khas dalam kerajaan di Jawa.
 
Ratu Sri Wijaya Mahadewi diduga mangkat pada tahun 911 Saka (989 M). Tampuk pemerintahan di Bali kemudian dipegang oleh pasangan [[Mahendradatta|Sri Gunapriyadharmapatni]] dan [[Udayana|Sri Dharmodayana Warmadewa]].<ref>{{Cite web|url=http://sejarah-puri-pemecutan.blogspot.com/2011/05/sri-wijaya-mahadewi.html|title=ŚRI WIJAYA MAHADEWI|last=Dawan|first=Lanang|date=Sabtu, 14 Mei 2011|website=PEMECUTAN-BEDULU-MAJAPAHIT|access-date=2019-11-19}}</ref>