Pesanggrahan Warungboto: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 16:
Beberapa sumber seperti ''Tidjschriff voor Nederlandsch Indie'' yang ditulis oleh J.F. Walrofen van Nes pada tahun [[1884]], Serat Rerenggan, dan Babad Momana menjelaskan bahwa Pesanggrahan Rejawinangun mulai dibangun sejak tahun [[1785]], yang merupakan karya putra mahkota dari Gusti Raden Mas Sundara (kelak pada tahun [[1792]] naik tahta dan memiliki gelar Sri Sultan Hamengku Buwono II).<ref>{{Cite web|url=https://kumparan.com/@kumparantravel/situs-warungboto-tempat-mandi-raja-yang-jadi-lokasi-foto-prewedding|title=Situs Warungboto, Tempat Mandi Raja yang Jadi Lokasi Foto Prewedding|last=|first=|date=|website=|publisher=|access-date=3 Maret 2019}}</ref> Dalam Babad Momana sendiri disebutkan bahwa angka tahun pembuatan Pesanggrahan Rejawinangun, yaitu ''1711 tahun Dal, Kanjeng Gusti awit yasa ing Rejawinangun.''<ref name=":0" />
Di dalam Pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air, yang kemudian juga dibuat menjadi tempat pemandian bagi raja dan keluarganya. Sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga pernah dikunjungi dan “diinspeksi” oleh seorang pejabat Belanda bernama Jan Greeve pada tanggal 5-15 Agustus [[1788]]. Inspeksi dan kunjungan terhadap sarana dan prasarana sebagai pertahanan tersebut dilakukan bersamaan dengan inspeksi yang dilakukannya terhadap benteng ''baluwarti'' keraton.<ref name=":0" />{{portal|Indonesia}}Sampai dengan pertengahan tahun [[1935]], kolam pemandian Pesanggrahan Rejawinangun masih ramai digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesanggrahan, tetapi pesanggrahan ini seperti terlupakan begitu saja setelah Indonesia merdeka, padahal fungsi tempat ini sama dan tidak kalah cantiknya dengan Taman Sari. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lokasinya yang agak jauh dari pusat Keraton Yogyakarta.▼
▲Di dalam Pesanggrahan Rejawinangun terdapat sumber air, yang kemudian juga dibuat menjadi tempat pemandian bagi raja dan keluarganya. Sebagai tempat peristirahatan, pesanggrahan ini juga pernah dikunjungi dan “diinspeksi” oleh seorang pejabat Belanda bernama Jan Greeve pada tanggal 5-15 Agustus [[1788]]. Inspeksi dan kunjungan terhadap sarana dan prasarana sebagai pertahanan tersebut dilakukan bersamaan dengan inspeksi yang dilakukannya terhadap benteng ''baluwarti'' keraton.<ref name=":0" />
Sampai dengan pertengahan tahun [[1935]], kolam pemandian Pesanggrahan Rejawinangun masih ramai digunakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesanggrahan, tetapi pesanggrahan ini seperti terlupakan begitu saja setelah Indonesia merdeka, padahal fungsi tempat ini sama dan tidak kalah cantiknya dengan Taman Sari. Hal ini kemungkinan disebabkan karena lokasinya yang agak jauh dari pusat Keraton Yogyakarta.
== Lihat pula ==
▲* [[Taman Sari Yogyakarta]]
== Rujukan ==
Baris 52:
== Pranala luar ==
*[http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=165103&obyek_id=4 Peran Serta Masyarakat Terhadap Pelestarian Situs Warungboto].
|