Upah-upah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Memperbaiki kata dan paragraf |
merubah beberapa susunan kata dan referensi |
||
Baris 9:
# Guru (guru sekolah dan guru ngaji).
# Cerdik cendekia.
# Kerabat yang dituakan oleh orang yang diupah-upah, seperti kakek, nenek, paman, dan mak cik
Dalam upah-upah, biasanya pengupah-upah yang dipilih tidak lebih dari 10 orang. Waktu pelaksanaan upah-upah ditentukan apabila yang akan diupah-upah sudah siap. Waktu yang dipilih adalah hari Jumat, sebelum waktu sholat. Hari Jumat dipilih karena pada hari ini para lelaki tidak berkerja di ladang maupuan di kebun karet
== Tata cara pelaksanaan upacara upah-upah ==
Pertama, kemenyan dibakar oleh para perempuan yang duduk di dapur. Kemenyan diletakkan di atas wadah berupa dasa (tempurung kelapa yang sudah dikikis hingga licin dan menghitam), atau di atas piring alumunium sebagai tempat bara kayu untuk membakar kemenyan. Kemenyan yang telah menebar aromanya ini kemudian diserahkan kepada tuan rumahsecara estafet, pertanda upah-upah siap dilaksanakan. Kemenyan kemudian diserahkan kepada pengatur upacara yang menyerahkannya kepada pengupah-upah. Kemudian diserahkannya kemenyan kepada orang yang duduk di sebelah kanannya, dan beranting kepada orang di sebelah kanannya hingga berkeliling ke seluruh ruangan, sebanyak tujuh kali putaran dan berakhir di hadapan pengupah-upah. Prosesi ini merupakan pembersihan tempat upacara dari hasrat-hasrat jahat yang mengganggu manusia dan jalannya upacara<ref>{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/upah-upah-tradisi-di-rokan-hulu/|title=Upah Upah Tradisi di Rokan Hulu|last=dediarman|date=2018-08-20|website=Balai Pelestarian Nilai Budaya Kepulauan Riau|language=en-US|access-date=2019-12-04}}</ref>.
Selanjutnya, pengupah-upah bangkit menuju tempat orang yang akan diupah-upah untuk menabur beras kuning ke arahnya. Sebelum melakukannya, pengupah-upah memanjatkan doa dalam hati untuk minta perlindungan kepada yang maha kuasa, agar diberi kekuatan untuk mengupah-upah.Tahap selanjutnya adalah mengupah-upah. Pengupah-upah mengambil nasi upah-upah dan mengangkatnya sejengkal di atas kepala orang yang diupah-upah, kemudian menggoyang-goyangkannya dengan gerakan berputar ke arah kanan, sebanyak tujuh kali. Penghitungannya diucapkan secara jelas: “''oso''” (esa/ satu), “''duo''” (dua), “''tigo''” (tiga), “''ompek''” (empat), “''limo''” (lima), “''onom''” (enam), “''tujuh”'', dengan intonasi datar dan tetap. Setelah itu, pengupah-upah memberikan nasihat yang isinya anjuran untuk menuju kebaikan, yang berdasarkan kondisi dan alasan upah-upah diadakan. Upah-upah diakhiri dengan kembali menguapkan hitungan satu sampai tujuh, kemudian diikuti dengan kalimat, “salangkan kerbau tujuh sekandang, masih dapat dikendalikan, apalagi semangat kalian”. Lalu pengupah-upah meletakkan nasi upah-upah ke tempat semula dan kembali ke tempat duduknya dan menyerahkan kembali kemenyan kepada pengatur acara. Usai upah-upah, tuan rumah menjamu tetamu dengan hidangan sesuai kemampuan. Setelah menikmati hidangan, upacara ditutup dengan doa.<ref>{{Cite web|url=https://lamriau.id/upah-upah/|title=Lembaga Adat Melayu Riau|last=|first=|date=|website=www.riau.go.id|access-date=2019-12-01}}</ref>
== Referensi ==
<references />
[[Kategori:Upacara adat di Indonesia]]
|