Revisi per 7 Desember 2019 13.02 sunting Pierrewee (bicara \| kontrib) Pengurus 41.610 suntingan →‎Referensi ← Revisi sebelumnya		Revisi per 7 Desember 2019 17.38 sunting balikkan AABot (bicara \| kontrib) Bot, Pengecualian blokir IP 887.939 suntingan k Bot: Perubahan kosmetika Tag: PAWS [1.2] Revisi selanjutnya →
Baris 1: '''Insiden Jindandao''' mengacu pada pemberontakan oleh sebuah organisasi rahasia Tiongkok bernama Jindandao ({{linktext\|金\|丹\|道}}), yang bangkit dalam pemberontakan di [[Mongolia Dalam]] pada November 1891 dan membantai 150.000-500.000 orang Mongol sebelum ditumpas oleh pasukan pemerintah pada akhir Desember.<ref>[https://books.google.com/books?id=Y2B5DwAAQBAJ&pg=PT42]</ref><ref name="hyer1977">Paul Hyer, ''The Chin-tan-tao Movement -- A Chinese Revolt in Mongolia (1891)'', Altaica, pp. 105--112, 1977.</ref><ref>[[Inner Mongolian People's Party]]</ref> Pemberontakan ini menghancurkan komunitas Mongol di perbatasan tenggara dan memaksa banyak orang Mongol mengungsi di [[Panji Mongolia Dalam\|panji-panji]] utara.<ref name="burensain2004">Borjigin Burensain, ''The Complex Structure of Ethnic Conflict in the Frontier: Through the Debates around the ‘Jindandao Incident’ in 1891'', Inner Asia, Vol. 6, No.1, pp. 41-60, 2004.</ref> Pembantaian ini kemudian dijuluki insiden oleh para pejabat Tiongkok. == Latar belakang == Daerah yang terlibat adalah [[Liga Mongolia Dalam\| Liga]] [[Liga Josutu\|Josutu]] dan [[Liga Juu Uda\|Juu Uda]] di Mongolia Dalam pada masa [[Dinasti Qing]] [[Manchu]]. Mereka menetap di ujung selatan negeri Mongol dan menghadapi banjir yang menghancurkan di kolonisasi Tiongkok. Meskipun migran awal jumlahnya tidak signifikan dan dengan cepat berasimilasi dengan masyarakat Mongol, para petani Tionghoa dari Hebei utara kemudian menetap secara massal dan mengalahkan jumlah penduduk asli Mongol. Pertanian skala besar membuat bangsa Mongol tidak dapat melanjutkan pastoralisme. Bangsa Mongol menjadi petani pertanian dan mengadopsi sistem kepemilikan tanah Tiongkok.<ref name="burensain2004" /> Kehadiran banyak orang Tionghoa di Mongolia Dalam menghasilkan sistem administrasi yang kompleks. Orang Tionghoa berada di bawah yurisdiksi prefektur dan kabupaten Tiongkok, yang dibentuk sebagai daerah kantong di negeri Mongol. Panji-panji Mongol secara nominal mempertahankan kepemilikan tanah dan tanpa henti memperebutkan berbagai hak atas para pemukim Tionghoa. Ketika Dinasti Qing secara bertahap kehilangan kemampuan untuk menjaga ketertiban sosial, orang-orang Tionghoa mulai menantang pemerintahan orang Mongol minoritas. Para penyewa Tionghoa menunda atau bahkan menolak pembayaran pajak tanah, dan menghalangi survei tanah oleh pihak berwenang Mongol dengan kekerasan.<ref name="burensain2004" /> Konflik utama lain antara penduduk asli dan imigran meliputi akses terhadap sumber-sumber daya alam. Orang Mongol dengan tegas melarang orang Tionghoa menebang pepohonan di tanah orang Mongol terutama karena alasan agama. Para pelanggar dihukum berat oleh petugas panji, yang memicu permusuhan Tionghoa terhadap orang Mongol.<ref name="hyer1977" /> Baris 15: [[Kategori:Misi Kristen di Tiongkok]] [[~~Category~~Kategori:Konflik tahun 1891]] [[~~Category~~Kategori:Sejarah Mongolia Dalam]] [[~~Category~~Kategori:Pembantaian kelompok etnis]] [[~~Category~~Kategori:Pemberontakan dalam Dinasti Qing]] [[~~Category~~Kategori:Perkumpulan rahasia Tiongkok]] [[~~Category~~Kategori:Tiongkok dalam tahun 1891]] [[~~Category~~Kategori:Peristiwa November 1891]]

Insiden Jindandao: Perbedaan antara revisi