Kerajaan Wajo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Simpurusia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Simpurusia (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 30:
|footnotes =
}}
'''Kerajaan Wajo''' adalah sebuah kerajaan elektif yang didirikan
Ada tradisi lisan yakni pau-pau rikadong dianggap sebagai kisah terbentuknya <nowiki>[[Wajo]]</nowiki>. yaitu putri dari Luwu, We Tadampali yang mengidap sakit kulit kemudian diasingkan dan terdampar di Tosora. Selanjutnya dia bertemu dengan putra [[Arumpone Bone]] yang sedang berburu. Akhirnya mereka menikah dan membentuk dinasti di [[Wajo]]. Ada juga tradisi lisan lain yaitu kisah La Banra, seorang pangeran [[Soppeng]] yang merantau ke [[Sajoanging]] dan membuka tanah di Cinnotabi.
Baris 36:
== Sejarah Awal ==
Sejarah Wajo berbeda dengan sejarah kerajaan lain yang umumnya memulai kerajaannya dengan kedatangan To Manurung. Sejarah awal [[Wajo]] menurut [[Lontara Sukkuna Wajo]] dimulai dengan pembentukan komunitas dipinggir Danau Lampulung. Disebutkan bahwa orang-orang dari berbagai daerah, utara, selatan, timur dan barat, berkumpul dipinggir Danau Lampulung. Mereka dipimpin oleh seseorang yang tidak diketahui namanya yang digelari dengan Puangnge
Komunitas Lampulung terus berkembang dan memperluas wilayahnya hingga ke Saebawi. Setelah Puang ri Lampulung meninggal, komunitas ini cair. Hingga tiba seseorang yang memiliki kemampuan sama dengannya, yaitu Puang ri Timpengeng di Boli. Komunitas ini kemudian hijrah dan berkumpul di Boli. Komunitas Boli terus berkembang hingga meninggalnya Puang ri Timpengeng.
Setelah itu, putra mahkota kedatuan Cina dan kerajaan Mampu, yaitu La
La Tenritau menguasai wilayah majauleng, La Tenripekka menguasai wilayah
== Wajo sebagai Kerajaan ==
Wajo mengalami perubahan struktural pasca [[Perjanjian Lapadeppa]] yang berisi tentang pengakuan hak-hak kemerdekaan orang Wajo. Posisi Batara Wajo yang bersifat monarki absolut diganti menjadi [[Arung Matowa]] yang bersifat monarki konstitusional. Masa keemasan Wajo adalah pada pemerintahan [[La Tadampare Puangrimaggalatung|La Tadampareq Puang ri Maggalatung]]. Wajo menjadi anggota [[persekutuan Tellumpoccoe]] sebagai saudara tengah bersama [[Bone]] sebagai saudara tua dan [[Soppeng]] sebagai saudara bungsu.
Wajo memeluk Islam secara resmi pada tahun 1610 pada pemerintahan [[La Sangkuru]] Patau Mulajaji Sultan Abdurahman dan Dato Sulaiman menjadi Qadhi pertama Wajo. Setelah Dato Sulaiman kembali ke Luwu melanjutkan dakwah yang telah dilakukan sebelumnya, Dato ri Tiro melanjutkan tugas Dato Sulaiman. Setelah selesai Dato ri Tiro ke Bulukumba dan meninggal di sana. Wajo terlibat [[Perang Makassar]] (1660-1669) disebabkan karena persoalan geopolitik di dataran tengah Sulawesi yang tidak stabil dan posisi Arung Matowa La Tenrilai To Sengngeng sebagai menantu [[Sultan Hasanuddin]]. Kekalahan Gowa tidak menyebabkan La Tenrilai rela untuk menandatangani [[perjanjian Bungaya]], sehingga Wajo diserang oleh pasukan gabungan setelah terlebih dahulu Lamuru yang juga berpihak ke Sultan Hasanuddin juga diserang. Kekalahan Wajo menyebabkan banyak masyarakatnya pergi meninggalkan Wajo dan membangun komunitas sosial ekonomi di daerah rantauannya. La Mohang Daeng Mangkona salah satu panglima perang Wajo yang tidak terima kekalahan merantau ke Kutai dan membuka lahan yang kini dikenal sebagai [[Samarinda]].
Pada pemerintahan La
Pada zaman Ishak Manggabarani, persekutuan <nowiki>[[Wajo]] dengan [[Bone]]</nowiki> membuat keterlibatan Wajo secara tidak langsung pada
<nowiki>[[Wajo]]</nowiki> dibawah [[Republik Indonesia Serikat]], atau tepatnya [[Negara Indonesia Timur]], berbentuk swapraja pada tahun 1945-1949. Setelah [[Konferensi Meja Bundar]], Wajo bersama swapraja lain akhirnya menjadi kabupaten pada tahun 1957. Antara tahun 1950-1957 pemerintahan tidak berjalan secara maksimal disebabkan gejolak pemberontakan [[DI/TII]]. Setelah 1957, pemimpin di Wajo adalah seorang Bupati. Wajo yang dulunya kerajaan, kemudian menjadi ''Onderafdeling'', selanjutnya Swapraja, dan akhirnya menjadi kabupaten.
Baris 93:
{| class="wikitable"
|+
*
* Arung Matoa Wajo bersifat monarki konstitusional. Dipilih oleh Arung PatappuloE
* Arung Matoa yang resmi tercatat adalah nomor 1-45
Baris 119:
||La Patiroi
||40 tahun
||
|-
|colspan=4|'''Arung Matowa'''
|