Atapers: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Farrell010427 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Farrell010427 (bicara | kontrib)
Baris 14:
 
== Latar belakang ==
Indonesia, khususnya [[Jabodetabek]] sempat memiliki masalah besar dengan atapers, terutamaatau sejakpenumpang akhiryang tahunnaik 1990-andi atap kereta api. Meskipun demikian, sejak jaman Belanda hingga awal kemerdekaan dan berlanjut hingga sebelum krisis ekonomi tahun 1997-1998, penumpang yang naik di atap kereta sudah ada pada saat itu, baik di wilayah Jabodetabek maupun wilayah lainnya. Mulai awal dekade 90-an, atapers belum terlalu banyak namun penumpang yang bergelantungan di pintu kereta dan mengganjal pintu sudah sering terlihat. Sejak akhir dekade 1990-an, atapers semakin banyak terlihat terutama pada KRL Jabodetabek.
 
Hal tersebut terjadi karena kota metropolis dengan penduduk 30 juta jiwa ini tidak memiliki sistem metro tunggal. Lalu lintas Jakarta adalah yang paling parah se-[[Asia Tenggara]], dan mungkin juga salah satu yang terburuk di dunia.
Baris 38:
 
<gallery widths="220px" heights="160px">
FileBerkas:Roofride kyiv.JPG|Kabel listrik di atas KRL.
FileBerkas:Why London Underground is nicknamed The Tube.jpg|Terowongan kereta yang sempit.
</gallery>
 
Baris 50:
 
== Buntut kejadian ==
SaatSeiring iniwaktu, karena meningkatnya jumlah korban jiwa dari nge-atap di atas KRL, jumlah atapers pun telah menurun secara signifikan. NamunAkhirnya, ataperssejak masihJuli bisa2013 terlihatdan seterusnya, tidak ada penumpang yang naik di atap kereta dieseldi Indonesia, karena sistem pengamanan yang murahlebih danbaik padatuntuk menghindari pengendara bebas naik kereta seenaknya. Itu karena sebagian besar para atapers adalah penumpang gratisan, alias tidak memiliki tiket untuk naik kereta.
 
Sejak Juli 2013 dan seterusnya, tidak ada penumpang yang naik di atap kereta di Indonesia, karena sistem pengamanan yang lebih baik untuk menghindari pengendara bebas naik kereta seenaknya. Itu karena sebagian besar para atapers adalah penumpang gratisan, alias tidak memiliki tiket untuk naik kereta.
 
== Lihat pula ==