== Sejarah ==
Pada tahun 1984, dalam percakapan di Jl. Arief Margono 18 Malang (Kampus [[Seminari Alkitab Asia Tenggara]] atau [[SAAT]]), Pdt. Dr. [[Stephen Tong]], Pdt. Dr. [[Caleb Tong]], dan Pdt. [[Yakub Susabda]], Ph.D. mendapattelah suatu bebanbersepakat bersama untuk mendirikan sebuah yayasan yang kemudian disebut [[Lembaga Reformed Injili Indonesia]] (LRII).
Kemudian pada tanggal 18 Agustus 1991 LRII mendirikan Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta.
LRII mencoba merespons tantangan zaman dalam segala bentuknya sebagai manifestasi pertanggungjawaban iman. LRII menyadari munculnya pergeseran pandangan teologi yang semakin meninggalkan "inti iman Kristen," penolakan terhadap Alkitab sebagai firman Allah yang berotoritas dalam berbagai bentuk, serta penolakan terhadap Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dunia. Di tengah arus pascamodernisme dan era informasi digital ini kehadiran gereja dan umat Kristen di tengah dunia menjadi semakin tidak signifikan. Berita serta ajarannya menjadi semakin tidak relevan. Hal-hal yang menggelisahkan ini telah hadir dengan kekuatan pergeseran budaya yang sulit untuk diatasi. Sebagai dampaknya, gereja-gereja cenderung mengubah natur bahkan identitasnya menjadi gereja yang menekankan entertainment untuk dapat menarik minat umat untuk tetap datang sehingga umat Kristiani makin jauh dari apa yang seharusnya.
Pertanyaan yang terus digumulkan LRII adalah: “Apa yang harus dilakukan untuk merespons gejala-gejala ini?” Para pendiri LRII memulainya dengan menyelenggarakan seminar-seminar pembinaan iman Kristen, kebaktian-kebaktian kebangunan rohani, serta pembentukan sekolah-sekolah teologi untuk awam di berbagai kota besar di Indonesia. Seiring bergulirnya waktu dan dinamika yang ada, dengan visi yang semakin jelas maka pada tanggal 18 Agustus 1991 berdirilah Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia (STTRII) di Jakarta.
STTRI yang diresmikan di gedung Granadha (Jakarta) ini memiliki sebuah kampus yang terletak di jalan Kemang Utara IX/10, Warung Buncit, Jakarta Selatan. Gedung sekolah yang dahulunya bernama Ecole International Francaise ini betul-betul merupakan anugerah Tuhan yang dikaruaniakan kepada STTRI melalui kebaikan dan usaha beberapa saudara seiman pendukung LRII yang setia, antara lain bapak Enoch Tjakra, Suwaji Wijaya, Luke Roxas, Joseph Tjakra dan istri, Angsono, dan lain-lain. Pengorbanan dan jerih payah mereka telah memperlancar langkah-langkah pertama STTRI. Dengan fasilitas yang memang sudah tersedia untuk sebuah lembaga pendidikan, kuliah perdana dapat segera dimulai dengan 19 mahasiswa, 13 tenaga pengajar, 3 ruang kelas, 10.000 buku di Perpustakaan H. F. Tan, dan asrama yang dapat menampung 60 mahasiswa dan 2 keluarga dosen.
|