Kelong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Labbiri (bicara | kontrib)
k Menambah Kategori:Budaya Lokal Makassar menggunakan HotCat
Labbiri (bicara | kontrib)
k POINTER PENTING
Baris 235:
Jika isi Kelong di atas dirangkum, paling tidak ada empat masalah yang paling mendasar yang dikemukakan di dalamnya. Masalah-masalah itu adalah makrifat, proses perjalanan manusia, taubat, dan tugas pokok manusia. Penjelasan keempat masalah pokok tersebut adalah sebagai berikut.
 
== 1)         Makrifat ==
 
Makrifat termasuk salah satu istilah yang sangat popular di ilmu tasawuf. Makrifat berarti pengenalan. Jadi, pengenalan kepada Allah disebut makrifatullah yang merupakan jenjang tertinggi yang dicapai manusia di dalam mengesakan Allah. Orang-orang yang sudah sampai ke taraf yang demikian, dinding penghalang atau yang dalam ilmu tasawuf disebut “hijab”, sudah diangkat baginya. Akibatnya, dengan izin Allah, hal-hal yang bersifat abstrak atau trasendental merupakan sesuatu yang amat mudah bagi mereka untuk diketahui. Bait pertama, kedua, ketiga, kelima, dan ketujuh menggambarkan bahwa manusia harus mencari dan menemukan Tuhan yang pasti adanya.
 
Baris 266 ⟶ 267:
Jika demikian makrifatmu kepada Allah dan pengenalanmu terhadap dirimu, lalu bagaimana pula wujud pengabdianmu.
 
== 2) Proses perjalanan hidup manusia ==
 
Bait Kelong yang menggambarkan proses perjalanan manusia, dapat dilihat pada bait keempat, khususnya larik ketiga dan keempat, berbunyi sebagai berikut.
 
Baris 336 ⟶ 338:
Alam akhirat merupakan terminal terakhir dari seluruh rangkaian perjalanan kehidupan manusia. Akhirat diawali dengan kebangkitan dari kubur. Setelah manusia dibangkitkan, diperlihatkanlah kepada mereka seluruh amal dan perbuatannya. Segala tabir rahasia dibongkar sehingga tidak ada yang tersembunyi sedikit pun. Besar kecilnya atau baik buruknya perbuatan seeorang, semuanya dibuka. Rekaman perjalanan sejarah hidup manusia ditayangkan secara utuh. Keadaan ini disebut Yaumul ard/Yaumul hisab hari penayangan/perhitungan. Di alam ini hanya terdapat dua perkampungan, yaitu surga yang  penuh dengan kenikmatan dan neraka yang penuh dengan azab Tuhan
 
== 3) Tobat ==
 
Manusia dibekali dengan akal dan nafsu. Dalam kegiatan operasionalnya keduanya selalu bertentangan dan selalu berebut untuk mengendalikan manusia. Akal mempunyai kecenderungan kepada hal-hal yang positif, sebaliknya nafsu (nafsu ammarah) selalu membawa kepada hal-hal yang negatif. Jika nafsu yang berkuasa, manusia cenderung melakukan pelanggaran, baik pelanggaran agama maupun pelanggaran susila. Pelanggaran atau dosa itu akan menggerogoti jiwa manusia. Semakin kerap dosa itu dilakukan, semakin kotor pula jiwa itu.
 
Baris 352 ⟶ 355:
''(Dosa terbayang-bayang, bagi yang teguh iman, karena tahu, menyembah Zat Yang Esa.)''
 
== 4) Salat ==
 
Tugas pokok manusia adalah mengabdi kepada Allah Swt. Salah satu bentuk pengabdian itu tercantum dalam Kelong di atas, bait kedua belas.
 
Baris 620 ⟶ 624:
''Nanampa niak''
 
''Sannang lani pusakai (TangdilintinTandilintin, 1989:18)''<ref>{{Cite book|title=Ungkapan Tradisional yang ada Kaitannya dengan SilaaSila-sila Dalamdalam Pancasila Provinsi Sulawesi selatanSelatan|last=Tandilintin|first=Tandilintin|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|year=1984|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
 
''Terjemahan:''
Baris 656 ⟶ 660:
           Konsep ''kuttu'' ‘malas’ dan ''erok ande tea eco'' ‘mau makan, tetapi tidak mau kerja’  pada Kelong  (10) di atas sama saja. Keduanya merupakan sikap mental yang perlu dihindari. Bukan itu saja, sikap seperti itu sangat memalukan di kalangan orang-orang Makassar. Oleh karena itu, untuk mencapai ''empo ri sunggu'' ‘jenjang kebahagiaan’ sikap ''kuttu'' dan ''elok ande tea eco'' harus dibuang jauh-jauh.
 
== 3.     Teguh dalam pendirian ==
 
Teguh dalam pendirian dalam bahasa Makassar disebut tokdopuli yang dapat diartikan dengan tegas, berani, dalam kebenaran, setia pada keyakinan, dan taat asas. Kata lain yang dapat dipadankan dengan keteguhan adalah tantang atau istiqomah dalam bahasa agama.
 
Baris 870 ⟶ 875:
Pernyataan Kelong di atas, khususnya larik ketiga dan keempat, yaitu tassampe tompi parrukku ri simbolennu ‘nanti ususku tersangkut pada sanggulmu’ menggambarkan keberanian dan keteguhan hati di dalam memperjuangkan cita-cita suci, walaupun harus berhadapan dengan resiko yang berat (lange-lange ri cerak‘berenang dengan darah’).
 
== 4. Memiliki tanggung jawab yang tinggi ==
 
Dalam Kelong banyak ditemukan anjuran agar setiap orang memiliki tanggung jawab yang tinggi, dalam arti sanggup mengemban tugas yang dipercayakan kepadanya.
 
Baris 1.267 ⟶ 1.273:
Penyampaian Kelong seperti ini selalu mengandung tawa ria, terutama jika pihak pria tidak dapat menjawab dengan baik pertanyaan yang disampaikan pihak wanita, atau memberikan jawaban yang ngaur dan tidak sesuai dengan Kelong yang sebenarnya
 
== D. Kelong sebagai Pembangkit Semangat Juang ==
 
Semangat juang yang dimaksudkan dalam tulisan ini tidak hanya terbatas pada suasana perang, tetapi semangat juang dalam arti yang seluas-luasnya.Misalnya, dalam bidang usaha, membekali diri dengan ilmu pengetahuan, bahkan di dalam menghadapi liku-liku kehidupan ini, semangat juang sangat diperlukan. Tanpa semangat yang membara, usaha apapun yang dilakukan pasti tidak akan membawa hasil yang maksimal. Kenyataan telah membuktikan bahwa hanya dengan semangat juang yang membara yang disertai dengan kesadaran yang tinggi dan keterampilan yang memadai, seseorang dapat berhasil dalam segala hal.