Long March Siliwangi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
k Bot: Perubahan kosmetika |
||
Baris 78:
Di tengah proses pembentukan BKR Jawa Barat ini, muncul seorang mantan
pimpinan Seinendan daerah Cigelereng bersama 200 anggotanya yang kemudian
menggabungkan diri dengan BKR. Pimpinan Seinendan ini yang kemudian diangkat menjadi penasihat BKR Priangan.
Perkembangan BKR
Baris 128:
Judakusumah, KH Sam’un, Husein Sastranegara dan Sastraprawira untuk
berkumpul di Tasikmalaya pada 20 Oktober 1945 dalam usaha pembentukan TKR
Jawa Barat.
Pertemuan di Tasikmalaya itu berjalan lancar menghasilkan TKR
Baris 144:
Baru pada tanggal 20 Mei 1946 bertepatan dengan hari Kebangkitan
Nasional formasi itu kemudian dilebur dalam satu divisi dengan nama Divisi
Siliwangi.
Tanggal 20 Mei ini kemudian diperingati sebagai hari jadi Divisi
Siliwangi. Tiga hari kemudian tanggal 23 Mei dalam rapat seluruh komandan
Jawa dan Madura A.H.Nasution terpilih sebagai Panglima Divisi Siliwangi
dengan pangkat Jendral Mayor.
Formasi ini menjadi susunan awal terbentuknya
Baris 159:
Mayjen S.De Waal dan Divisi C pimpinan Mayjen H.J.J.W. Durt Britt, kedua
divisi ini mengandalkan mobilitas tinggi dengan dukungan pasukan artileri dan
bantuan udara..
Pasukan Belanda berhasil menerobos pertahanan TNI di sektor Bandung
Timur, setelah dilakukan pergantian pertahanan oleh Divisi II/Sunan Gunung Jati dari Jawa Tengah.
Gempuran dalam
Baris 195:
Soemantri, Kapten Sugilar, Lettu Ace Kapten Zen dan Lettu Abas Herwan.
Pertemuan tersebut guna menyampaikan instruksi
setiap kesatuan dari Divisi Siliwangi yang berisi tentang pembentukan kantong- kantong pertahanan bagi kesatuan TNI. Kantong pertahanan ini kemudian
dinamakan Wehrkreise. yang merata dibentuk di semua distrik. Untuk itu
Baris 205:
Strategi perang gerilya ini dalam prakteknya mampu mengacaukan barisan
pertahanan Belanda, bahkan gerakan anti gerilya yang dilancarkan Belanda tak
mampu membendung serangan gerilya TNI.
Di Jawa Barat perang gerilya oleh
pasukan Siliwangi mampu melumpuhkan usaha perkebunan yang merupakan
sektor ekonomi penting bagi Belanda hingga para pengusaha partikelir menuntut
jaminan keamanan dari pihak Belanda.
Kondisi ini kemudian membawa Indonesia dan Belanda dalam sebuah perundingan di bawah pengawasan Komisi Tiga Negara (KTN) yang dibentuk oleh PBB pada 27 Agustus 1947.
dari negara Australia sebagai wakil pihak Indonesia, Belgia sebagai wakil pihak
Belanda dan Amerika Serikat sebagai penengah yang dipilih oleh kedua negara.
Baris 223:
Syarifudin dan juga bagi TNI yaitu dengan menarik pasukan ke dalam wilayah
republik yang kemudian dikenal dengan hijrahnya pasukan Siliwangi dari Jawa
Barat.
Peristiwa hirjah ini kemudian menjadi babak baru perjuangan Siliwangi
Baris 267:
penandatanganan dan perjanjian gencatan senjata..
Berdasarkan pasal-pasal tersebut, tidak hanya Divisi Siliwangi yang harus
melakukan hijrah. Divisi Brawijaya dari Jawa Timur yang terdiri dari Brigade Narotama, Suropati dan Ronggolawe pun juga harus meninggalkan markasnya.
Baris 291:
Susunan panitia hijrah yang dibentuk adalah sebagai berikut :
Ketua
Wakil Ketua I
Wakil Ketua II
Ketua Sekertaris : Dr. Hutagalung (Kementrian Pertahanan)
Baris 318:
Pasukan ini kemudian berkumpul di Tasikmalaya untuk kemudian
diberangkatkan ke Yogyakarta. Melalui jalur darat proses hijrah ditempuh dengan
tiga cara yaitu :
- Dengan kereta api, dengan truk dan dengan jalan kaki. Jalur kereta
api dilakukan oleh tiga Brigade yang sebelumnya telah dikumpulkan di
Tasikmalaya kemudian melalui stasiun Parujakan Cirebon, Gombong menuju
Yogyakarta.
- Perjalanan dengan truk ditempuh pasukan Brigade IV/Guntur I dan
Baris 329:
Cibeurem Tasikmalaya mengangkut sekitar 2.000 prajurit yang sebelumnya telah
ditanya tentang kesediaannya untuk berhijrah dibawa menuju stasiun Kutoarjo
kemudian melanjutkan perjalanan dengan kereta api..
Sekitar 2.000 prajurit
Baris 356:
Bupati Rembang, Sukardji dan Jendral Mayor Djatikusumo Panglima Divisi
V/Ronggolawe kemudian diberangkatkan ke Yogyakarta dengan Truk setelah
sebelumnya mendapatkan jamuan di pendopo kabupaten Rembang.
Pemberangkatan prajurit hijrah Siliwangi secara teknis militernya dilakukan dalam dua eselon yaitu eselon I dibawah pimpinan A.E.Kawilarang dan
Baris 362:
batalyon-batalyon yang dipimpin Mayor Kemal Idris, Mayor A.Kosasih, Mayor
Daeng dan Mayor Ahmad Wiranata Kusumah yang menempatkan basis
pasukannya di Yogyakarta.
Eselon II dibawah pimpinan Letnan Kolonel
Baris 368:
Mayor Syamsu dengan membawa batalyon-batalyon yang dipimpin Mayor Umar,
Mayor Rukman, Mayor Sambas, dan Mayor Sentot Iskandardinata yang
menempatkan basis pasukannya di Surakarta.
Brigade cadangan Siliwangi di
Baris 374:
Sesuai perintah awal dari Jendral Sudirman bahwa untuk tidak
menghijrahkan semua prajurit Siliwangi dan menyisakan sebagian kesatuan unuk
tetap melakukan gerilya di wilayah Republik Indonesia di Jawa Barat.
Pasukan yang masih bertahan adalah Brigade I/Tirtayasa yang menduduki wilayah Banten
di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sukanda Bratamenggala, yang kemudian
digantikan oleh Mayor dr. Eri Sudewa yang ditugaskan langsung oleh
Muhammad Hatta untuk menyiapkan pertahanan daerah Banten.
Dokter Eri
Baris 385:
berikrar akan membuat seluruh Banten menjadi neraka bagi Belanda. kemudian
Batalyon 22 Mayor Sugiharto yang memutuskan untuk tidak ikut hijrah juga menggabungkan diri dengan Brigade I/ Tirtayasa dibantu juga oleh pasukan dari
laskar Hizbullah dan Sabilillah..
Panglima Divisi Siliwangi juga turut
Baris 391:
menempuh rute Deudel-Tasikmalaya-Ciamis-Kuningan-Cirebon kemudian
menuju Rembang dan tiba di Yogyakarta pada 12 Februari 1948 setelah
sebelumnya rombongan pertama tiba di stasiun Tugu pada 11 Februari 1948.
A.H.Nasution bersama para komandan brigadenya kemudian melaporkan diri
kepada Panglima Besar Jendral Sudirman.
Laporan itu kemudian ditindaklanjuti
Baris 402:
diminta menyusun konsep rekonstruksi teritorium yang menjadi bagian dari
rencana rasionalisasi untuk persiapan perang gerilya dan pertahanan dengan
mendayagunakan pengalaman Divisi Siliwangi.
Panglima Siliwangi mengajukan rancangan konsep tentang pertahanan dan gerilya yang berisi antara lain :
Penyerbuan Belanda tidak mungkin ditahan, paling banyak hanya diperlambat
dengan gangguan serta bumi hangus, untuk memperoleh waktu dan ruang yang
sebanyak mungkin untuk mengungsikan pasukan-pasukan,alat-alat,pegawai- pegawai dan rakyat ke kantong pedalaman.
Pokok perlawanan adalah perang
gerilya, yang disatu pihak agresif terhadap musuh dan di lain pihak bersifat
konstruktif dapat menegakkan de facto RI dalam arti militer dan sipil di kantong kantong yang sebanyak mungkin.
Diperlukan dukungan dari setiap lapisan untuk
Baris 419:
Militer daerah dan Panglima pulau. Dewan Pertahanan Nasional (DPN) dan
Dewan Pertahanan Daerah (DPD) harus ditiadakan, Politik nonkooperasi dan
nonkontak yang tegas.
Menempatkan pasukan dalam porsi ideal di wilayah- wilayah Republik dengan perbandingan komposisi batalyon mobil, lebih kurang
Baris 452:
"Divisi Siliwangi memindahkan kedudukan ke Jawa Tengah, atas
dasar perintah petunjuk pimpinan tentara sebagai pemenuhan
persetujuan pemerintah Republik dengan pihak Belanda.
Semua ini
Baris 460:
tetap, nama divisi tetap, karena itu kehormatan divisi tetap
dipertahankan. Di mana kita berada dalam daerah tanggung jawab
divisi lain, yang menjadi teman kawan seperjuangan kita.
Dengan ini
Baris 468:
mengindahkan tanggung jawab mengenai ketentaraan, keamanan, dan
ketertiban daerah. Jangan memberatkan kewajiban pimpinan sendiri.
Perlihatkan bahwa tempat dalam hati rakyat untukmu tidak sia-sia diadakannya.
Amanat yang kami berikan padamu ialah melihat ke
Baris 482:
bawah Mayor Rukman berkedudukan di Tasikmadu, Batalyon II/Tarumanegara
di bawah Mayor Sentot Iskandardinata berkedudukan di Delanggu bersama satu
kompi Cokrotulung,
Batalyon III/ Ciremai di bawah Mayor Umar berkedudukan
Baris 527:
Syarifudin dan mengangkat Muhammad Hatta untuk menyusun kabinet baru
dengan program Rasionalisasinya yang mengancam posisi golongan komunis
dalam pemerintahan maupun dalam kemiliteran.
Kebijaksanaan politik
pemerintah Muhammad Hatta ditentang oleh golongan oposisi, PKI dan Partai
Sosialis Amir Syarifudin dengan membentuk FDR yang berusaha menggalang
kekuatan sebanyak-banyaknya untuk menentang Rasionalisasi.
Pasukan Siliwangi dibujuk oleh FDR untuk memperkuat dukungan kekuatan FDR, namun bujukan
Baris 568:
di Jawa Tengah maupun Jawa Timur apabila Belanda melancarkan agresinya.
Pasukan Siliwangi akan kembali ke Jawa Barat dengan tiga Brigade yang telah
disiapkan dalam penempatannya selama hijrah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta.
Hasil rapat ini kemudian menjadi pedoman bagi rekonstruksi Divisi
|