Sewaktu muda BurhanBurham terkenal nakal dan gemar judi. Ia dikirim kakeknya untuk berguru [[agama Islam]] pada Kyai Imam Besari pemimpin [[Pesantren Tegalsari|Pesantren Gebang Tinatar]] di desa [[Tegalsari, Jetis, Ponorogo|Tegalsari]] ([[Ponorogo]]). Pada mulanya ia tetap saja bandel, bahkan sampai kabur ke [[Madiun]]. Setelah kembali ke [[Ponorogo]], konon, ia mendapat "pencerahan" di Sungai Kedungwatu, sehingga berubah menjadi pemuda alim yang pandai mengaji.
Ketika pulang ke [[Surakarta]], BurhanBurham diambil sebagai cucu angkat Panembahan BuminotoBuminata (adik [[Pakubuwana IV]]). Ia kemudian diangkat sebagai Carik Kadipaten Anom bergelar Mas Pajanganom tanggal [[28]] [[Oktober]] [[1819]].
Pada masa pemerintahan [[Pakubuwana V]] ([[1820]] – [[1823]]), karier BurhanBurham tersendat-sendat karena raja baru ini kurang suka dengan Panembahan BuminotoBuminata yang selalu mendesaknya agar pangkat Burham dinaikkan.
Pada tanggal [[9 November]] [[1821]] BurhanBurham menikah dengan Raden Ayu Gombak dan ikut mertuanya, yaitu Adipati Cakradiningrat di [[Kediri]]. Di sana ia merasa jenuh dan memutuskan berkelana ditemani Ki Tanujoyo. Konon, BurhanBurham berkelana sampai ke [[Pulau Bali]] untuk mempelajari naskah-naskah sastra [[Hindu]] koleksi Ki Ajar Sidalaku.