Pembicaraan:Bahasa Jawa: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
→Saran: bagian baru |
|||
Baris 136:
Artikel ini kok berantakan sekali ya... Sepertinya perlu dirombak besar-besaran. [[wikt:salam|ꦱꦭꦩ꧀]] ‑[[User:Bennylin|<span style="font:small-caps 1.3em Garamond,Times,serif;color:#442244;letter-spacing:0.1em;">Bennylin</span>]] <sup><small>「[[Pembicaraan pengguna:Bennylin|diskusi]]」</small></sup> 10 Maret 2019 01.18 (WIB) 9 Maret 2019 18.18 (UTC)
::@{{u|Bennylin}} sudah dirombak tuh sama @{{u|Masjawad99}}, tapi masih belum selesai pengembangannya. [[Pengguna:Mimihitam|'''<small><span style="background:#999999;color:#fff"> Mimihitam </span></small>''']] 25 Desember 2019 11.07 (UTC)
== Saran ==
Saran untuk artikel yang sudah sangat bagus ini:
* Di antara bahasa-bahasa Austronesia, bahasa Jawa merupakan bahasa dengan komunitas penutur jati paling besar: Di paragraf ini, saran untuk sebagai perbandingan disebutkan juga jumlah penutur jati bahasa Indonesia. Mungkin disebutkan juga bahwa bahasa Jawa bisa lebih besar dari bahasa Indonesia (statistik ini kadang membingungkan pembaca awam) karena banyak penutur bahasa Indonesia bukan penutur jati.
* Di bagian fonologi, di awal disebutkan bahwa notasi yang dipakai adalah IPA dan diberi pranala yang cocok sebagai perkenalan (mungkin [[Bantuan:Pengucapan]] tapi kalau ada yang lebih bagus lagi bisa juga).
* Di bagian fonologi, diperjelas apa bedanya fonem vs alofon. (agar jelas kenapa i dan ɪ dianggap fonem yang sama tetapi alofon yang berbeda dan apa maksudnya ketika sebagian ahli menganggap ɛ dan e sebagai fonem mandiri sementara yang lainnya menganggapnya digabung)
* Penutur bahasa Jawa memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengubah morfem dengan satu suku kata menjadi morfem dengan dua suku kata: Mungkin bisa diberi contoh
* Untuk kemudahan awam, memang bagian #Fonologi dan #Tata bahasa sering jadi dilema karena penjelasannya banyak membutuhkan istilah teknis, sedangkan definisinya banyak yang rumit sehingga kalau hanya diberi penjelasan singkat dalam tanda kurung malah jadi berpotensi salah arti/kurang tepat.
* Penambahan akhiran -i dan -aké umumnya menandakan valensi yang lebih tinggi: mungkin bisa diberi contoh kalimat yang berubah karena verbanya diberi imbuhan ini. Misal "aku menanam jagung" vs "aku menanami kebunku dengan jagung", atau apalah yang cocok.
* "Bentuk propositif merupakan bentuk imperatif yang digunakan untuk memerintahkan diri sendiri atau mengekspresikan keinginan untuk melakukan sesuatu.": ini mungkin dipindahkan ke bagian selanjutnya yang membicarakan prepositif?
* Di bagian Sistem penulisan, disebukan kondisi saat ini, aksara mana yang paling sering digunakan. Misalnya kalau ada sumber yang menyebutkan untuk konteks sehari-hari digunakan aksara latin sedangkan aksara jawa hanya untuk konteks sastra atau sangat resmi.
* Dialek: Usul untuk ditambahkan dialek-dialek "khas" (misalnya Ngapak/Banyumasan dan disebutkan kekhasannya). Selain itu apakah ada informasi mengenai dialek bahasa Jawa di Suriname, atau tempat-tempat lain di luar Pulau Jawa?
* Tingkat tutur: karena kosa kata krama sangat terbatas, apa yang dilakukan penutur untuk membicarakan konsep yang tidak ada kosa katanya?
* Apa ada penjelasan mengenai asal usul tingkat tutur ini? Sebelumnya disebutkan kalau ini inovasi zaman Mataram, tetapi tidak disebutkan penjelasan kenapa/tujuannya apa.
-- [[Pengguna:HaEr48|HaEr48]] ([[Pembicaraan Pengguna:HaEr48|bicara]]) 31 Desember 2019 18.46 (UTC)
|