Tiang Bisj: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 4:
Tingginya berkisar antara 12 hingga 26 kaki (3,7 hingga 7,9m). Terdiri dari figur-figur berukir, yang dianggap mewakili [[leluhur]] yang terbunuh oleh musuh. Disusun bertingkat satu per satu diatas [[ukiran]] yang lain. Rangkaian kompleks tersebut berakhir dengan [[Ornamen (arsitektur)|ornamen]] hiasan kerawang yang terbuat dari proyeksi akar datar dari batang pohon yang ditebang. Pohon itu diukir terbalik sehingga akarnya menonjol keluar dari perut tokoh paling atas. Tonjolan seperti sayap atau ' ''tsjemen'' ' ini diukir menjadi [[pola]] seperti bentuk anak-anak dan burung sering dianyam di dalamnya. <ref name=":0" /><ref name=":2">{{Cite web|url=http://jennifersalderson.com/2018/03/14/what-is-a-bis-pole-and-why-were-they-desired-by-collectors/|title=What is a Bis Pole and Why Were They Desired by Collectors? – Jennifer S. Alderson|language=en-US|access-date=2020-01-02}}</ref>
Tiiang-tiang berfungsi sebagai penanda bagi orang-orang mati, dan dinamai berdasarkan ritual yang mereka bentuk sebagai pusatnya, yaitu bisj. Tiang- tiang bisj tersebut diukir dari pohon pala liar oleh pemahat-pemahat agama suku Asmat setelah seorang anggota dibunuh oleh suku lain dari pihak musuh. <ref>{{Cite web|url=https://www.amazon.com/Bisj-Poles-Sculptures-Rain-Forest/dp/9068324780|title=Bisj Poles: Sculptures From the Rain Forest|last=|first=|date=|website=|access-date=}}</ref><ref name=":3">{{Cite web|url=https://enacademic.com/dic.nsf/enwiki/1116864|title=📌 Bisj Pole|website=Academic Dictionaries and Encyclopedias|language=en|access-date=2020-01-03}}</ref>
== Ritual ==
Orang Asmat meyakini bahwa jika ada seorang anggota suku atau komunitas diburu, maka [[arwah]] nya akan tinggal di desa dan akan menimbulkan ketidakharmonisan. Banyak ritual Bisj Pole termasuk menari, menyamar, menyanyi dan mengayau semuanya dilakukan oleh laki-laki. Tiang-tiang bisj tersebut biasanya memiliki pangkalan yang dimaksudkan menahahan kepala musuh yang diambil dari misi mengayau. <ref name=":3" />
Secara [[Tradisi|tradisional]], orang Asmat di barat daya Papua Nugini percaya bahwa tidak ada kematian yang disebabkan karena kecelakaan maupun penuaan. Sebaliknya, setiap kematian yang terjadi dianggap sebagai pekerjaan yang dibawa oleh musuh melalui pertempuran atau melalui [[sihir]], oleh karena itu setiap kematian harus dibalaskan. Dalam daerah Asmat, [[pohon bakau]] yang diumpamakan sebagai musuh, akan ditebang secara seremonial . Ketika kulit dilucuti dari batang dan getah merah merembes dari [[kayu putih]], mengingatkan akan darah prajurit yang ditaklukan. Setelah sebuah [[komunitas]] mengalami sejumlah kematian, mereka akan mengadakan [[pesta]]. Mereka menciptakan dan mendirikan tiang-tiang bisj yang merupakan pusat dari acara-acara seremonial ini. Tiang-tiang bisj adalah sarana untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mati dan, pada saat yang sama, menjanjikan pembalasan atas kematian mereka. <ref name=":0" /> <ref>{{Cite web|url=https://www.metmuseum.org/art/collection/search/313830|title=Bis Pole|last=|first=|date=|website=|access-date=}}</ref>▼
▲Secara [[Tradisi|tradisional]], orang Asmat di barat daya Papua Nugini juga percaya bahwa tidak ada kematian yang disebabkan karena kecelakaan maupun penuaan. Sebaliknya, setiap kematian yang terjadi dianggap sebagai pekerjaan yang dibawa oleh musuh melalui pertempuran atau melalui [[sihir]], oleh karena itu setiap kematian harus dibalaskan. Dalam daerah Asmat, [[pohon bakau]] yang diumpamakan sebagai musuh, akan ditebang secara seremonial . Ketika kulit dilucuti dari batang dan getah merah merembes dari [[kayu putih]], mengingatkan akan darah prajurit yang ditaklukan. Setelah sebuah [[komunitas]] mengalami sejumlah kematian, mereka akan mengadakan [[pesta]]. Mereka menciptakan dan mendirikan tiang-tiang bisj yang merupakan pusat dari acara-acara seremonial ini. Tiang-tiang bisj adalah sarana untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mati dan, pada saat yang sama, menjanjikan pembalasan atas kematian mereka. <ref name=":0" /> <ref>{{Cite web|url=https://www.metmuseum.org/art/collection/search/313830|title=Bis Pole|last=|first=|date=|website=|access-date=}}</ref>
Bisj Pole ditafsirkan sebagai, bentuk lain dari "Kapal Jiwa" dalam sebuah seremonial [[upacara]] besar penuh dengan tokoh berukir, yang dikatakan memiliki kekuatan khusus. Tiang-tiang bisj didirikan menghadap [[sungai]] dan yang diumpamakan secara [[Metafora|metaforis]] sebagai [[kano]], untuk membawa [[arwah]] orang-orang mati menyeberangi lautan ke alam leluhur. Sementara bagian bawah tiang diumpamakan secara [[harfiah]] berbentuk [[sampan]], yang bagian vertikal tiang terdiri dari angka-angka yang mewakili orang-orang mati tersebut. Setiap tiang bisj diukir menjadi satu bagian dari satu pohon bakau terbalik. [[Elemen]] proyeksi di bagian atas setiap tiang, dibuat dari salah satu akar pohon yang lebar dan rata, sedangkan akar lainnya dihilangkan. Tiang tersebut diukir dengan [[referensi]] lingga, [[simbol]] kesuburan, dan [[motif]] lain yang menggugah tradisi [[pengayauan]]. Kapal itu dimaksudkan untuk membawa jiwa-jiwa orang yang baru saja meninggal jauh dari desa dan untuk memberikan kekuatan magis kepada para pemula selama upacara dilakukan. Ritual yang mengelilingi tiang-tiang bisj menunjukan bahwa mereka bermaksud melindungi jiwa-jiwa orang mati, dan menjauhkanya dari desa. <ref name=":0" /><ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.learner.org/series/art-through-time-a-global-view/death/bis-pole/|title=Art: Bis Pole|website=Annenberg Learner|language=en-US|access-date=2020-01-02}}</ref>▼
▲Bisj Pole ditafsirkan sebagai, bentuk lain dari "Kapal Jiwa" dalam sebuah seremonial [[upacara]] besar penuh dengan tokoh berukir, yang dikatakan memiliki kekuatan khusus. Tiang-tiang bisj didirikan menghadap [[sungai]] dan yang diumpamakan secara [[Metafora|metaforis]] sebagai [[kano]], untuk membawa
Di [[masa]] sebelumnya, upacara tiang-tiang bisj Asmat disertai dengan kunjungan pengayauan. Seperti dalam banyak [[budaya]] di seluruh [[dunia]], bagi orang Asmat, kepala dianggap mengandung jiwa dan, karenanya, adalah bagian tubuh yang paling suci. Mengambil kepala orang lain adalah cara untuk memperbaiki ketidakseimbangan yang diciptakan oleh kematian dalam suatu komunitas. Meskipun pengayauan berhenti di kalangan Asmat pada pertengahan [[abad]] ke-20, langkah-langkah yang terlibat dalam [[produksi]] Bisj Pole menggemakan elemen praktik itu. Pembuat tiang pertama-tama menebang pohon dan kemudian mengupasnya, melepaskan [[getah]] merah seperti [[darah]] dalam prosesnya. Selanjutnya, pohon itu dibawa ke desa, di mana ia diterima dengan antusiasme yang sama yang akan menyertai kedatangan mayat musuh. Akhirnya, setelah diukir, tiang yang lengkap didirikan di luar rumah [[pria]], sama seperti kepala musuh yang dipenggal mungkin ditampilkan. Sesuai dengan anggapan bahwa dunia harus dijaga keseimbangannya, begitu upacara bisj selesai, tiang-tiang dipindahkan ke [[kebun]] [[kelapa sawit]], di mana mereka dibiarkan membusuk. Saat membusuk, tiang-tiang tersebut memberi makan [[bumi]], berkontribusi terhadap [[panen]] [[sagu]] yang melimpah, [[makanan pokok]] orang Asmat.<ref name=":1" />
|