Bollangi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Oemar Sabri (bicara | kontrib)
Menambah pranala dalam
Oemar Sabri (bicara | kontrib)
Baris 7:
Dusun Bollangi merupakan daerah di lereng Gunung Bollangi dengan ketinggian sekirar 1000-1500 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi alam yang berada di lereng bukit, maka sebahagian besar penduduknya lebih mengandalkan hasil tanah sebagai sumber penghidupan yaitu bertani dan berkebun. Pekerjaan pertanian sawah mereka merupakan sawah tadah hujan sehingga praktis dalam setahun penduduk Dusun Bollangi hanya memperoleh hasil pertanian sawah sekirta 1 sampai 2 kali saja. Sedangkan untuk hasil perkebunan mereka mengandalkan hasil membuat gula merah yang berbahan nira enau, selain itu mereka juga mengadalkan buah-buah musiman seperti buah Dukuh, Langsat dan Rambutan.<ref>{{Cite web|url=portalriset.uin-alauddin.ac.id|title=Potret Masyarakat Suku Bugis di Dusun Bollangi Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan|last=Muslim|first=Asrul|date=28 Oktober 2013|website=Potret Masyarakat Suku Bugis di Dusun Bollangi Desa Timbuseng Kecamatan Pattallassang Kabupaten Gowa Propinsi Sulawesi Selatan|access-date=08 Januari 2020}}</ref>
 
== Asal Usulusul Bugisbugis di Bollangi ==
Ketika Raja Gowa IX [[I Taji Barani Daeng Marompa Karaeng Data Tunibatta]] berkuasa sekitar tahun 1565, upeti [[kerajaan Bone]] tidak kunjung datang. Sehingga, meyuruh 6 suro (orang suruhan) ke Bone untuk mengambil upeti tersebut. Setelah mendapatkan upeti dari Arung Pone ke-6 suro itu pamit untuk kembali ke tanah Gowa. dalam perjalanan salah satu suro itu mempengaruhi suro yang lainnya agar upeti tersebut dibagi rata saja dan diganti dengan pasir. Setelah sampai di Kerajaan Gowa, alangkah kagetnya raja ketika membuka upeti tersebut yang hanya berisikan pasir.