Muwaqqit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
HaEr48 (bicara | kontrib)
Baris 17:
 
=== Hubungan dengan muazin ===
Tugas para ''muwaqqit'' di masjid terkait dengan para muazin yang mengumandangkan azan untuk menandai dimulainya waktu salat.{{sfn|Pedersen|1991|p=677}}{{sfn|King|1996|p=286}} Tak seperti ''muwaqqit'' yang membutuhkan keahlian khusus di bidang astronomi, jabatan [[muazin]] yang biasanya dipilih berdasarkan kesalehan dan keindahan suaranya. Tidak semua masjid memiliki ''muwaqqit'', bahkan masjid-masjid besar pun banyak yang hanya mengandalkan muazin untuk menentukan waktu salat berdasarkan metode-metode tradisional.{{sfn|King|1989|p=534}} Brentjes berspekulasi bahwa bisa jadi posisi ''muwaqqit'' muncul dari spesialisasi posisi muazin,{{sfn|Brentjes|2008|p=139}} dan bisa jadi tidak ada batasan mutlak antara kedua posisi ini.{{sfn|Brentjes|2008|p=141}} Beberapa ''muwaqqit'' terkemuka seperti Syamsuddin al-Khalili dan Ibnu asy-Syatir juga pernah menjabat sebagai muazin, dan terdapat tokoh-tokoh yang memegang dua jabatan ini sekaligus.{{sfn|Brentjes|2008|pp=139–140}} Ilmuwan terkemuka [[Al-Biruni]] (yang aktif di Asia Tengah abad ke-11, sebelum tercatatnya posisi ''muwaqqit'') menyebutkan ada dua sikap di kalangan muazin: ada yang berusaha memperkirakan waktu salat dengan melihat bayangan, dan ada yang menurutnya "jijik mendengar kata bayangan, ketinggian, atau sinus dan merinding begitu melihat adanya perhitungan atau alat ilmiah". Al-Biruni mencatat percekcokannya dengan seorang muazin yang tidak mengizinkannya membawa peralatan astronomi ke dalam masjid karena adanya simbol-simbol [[zodiak]] dan penggunaan [[kalender Masehi]] dalam peralatan tersebut.{{sfn|King|1996|p=292}}
 
== Sejarah==