Genetika perilaku: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Helena Ang (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Helena Ang (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Penggunaan metode ''[[:en:Selective_breeding|selective breeding]]'' dan [[domestikasi]] pada hewan dan tumbuhan merupakan bukti paling awal bahwa manusia menganggap gagasan bahwa perbedaan individu dalam perilaku dapat disebabkan oleh sebab alami. Perihal ini menjadi semakin nyata untuk dibuktikan selama abad ke-19, baik secara fisik maupun karakteristik perilaku dapat diubahkan dari generasi ke generasi melalui seleksi sehingga terpisahkan karakteristik yang relevan, atau setidaknya hingga taraf tertentu, yaitu dapat diwariskan. Tidak mengherankan bahwa faktor iklim di mana pembiakan hewan yang telah tampak dibahas efektif pun kemudian menjadi diperdebatkan ulang. Materi bahasan sudah termasuk kemungkinan perlakuan ''[[:en:Selective_breeding|selective breeding]]'' terhadap manusia, yang kemudian menjadi tertuju pada perbaikan kumpulan gen tertentu.
Pada mulanya [[Francis
Selama tahun 1920 hingga 1960-an, pertanyaan dan pemikiran mengenai ''nature and nurture'' telah sangat mendominasi perkembangan penerapan teori yang ada di masa ini. Setelah dipionirkan oleh Francis Galton, perkembangan dari studi ini kemudian berkembang menjadi gerakan ''[[:en:Eugenics|eugenic]]'' sebagai bagian dari pandangan politik di masa itu. Dari sudut pandang positive, penerapan teori ''eugenic'' telah dipakai untuk meningkatkan tingkat kesuburan populasi untuk kalangan masyarakat yang lahir dengan kondisi baik, atau yang lebih kentara disebut sebagai ''well born''. Oleh karena itu, tingkat kecerdasan genetis masyarakat secara umum telah dapat ditingkatkan melalui seleksi ''eugenic''. Pengembangan diawali dari studi sejarah keluarga menggunakan ''[[:en:Pedigree_chart|pedigree chart]]'' dimana observasi menekankan pada faktor keturunan dan pengembangan IQ yang kemudian diadaptasi dan dikembangkan untuk melacak mutasi gen tunggal pada keturunan keluarga, atau lebih sering disebut penyakit ''[https://www.sciencedirect.com/topics/biochemistry-genetics-and-molecular-biology/mendelian-inheritance Mendelian]''. Selain metode tersebut, teknik seperti metode kuantitatif tetap dianggap perlu untuk kepentingan observasi sifat ''[[:en:Polygene|polygenic]]'' individu, yaitu karakter perilaku.
Namun jika dilihat dari sudut pandang negative, penerapan eugenic tersebut dipakai untuk mengurangi dan mencegah kelahiran generasi yang dinilai tidak fit sehingga terjadi pembatasan untuk mengontrol tingkat kesuburan pada angka kelahiran di kategori tertentu. Hal ini diikuti dengan dilakukannya pemisahan dan pengurangan hak untuk berkeluarga. Perkembangan yang telah terjadi melalui metode ini kemudian telah menyebabkan penderitaan yang hebat dan rasa frustasi atas nilai kemanusiaan yang semakin berkembang pesat. Hal ini terjadi setelah adanya berbagai pelajaran kemanusiaan yang diikuti pemahaman dari berbagai pihak. Adapun penerapan ''eugenic'' tersebut dinilai tidak meningkatkan kehidupan generasi yang sudah ada, tidak menerima [[pluralisme]] dan pemahaman [[idealisme]] kesempurnaan manusia.
Sepanjang tahun bergulir, pandangan dan pemikiran ''eugenic'' di dunia kemudian berakhir setelah masa [[Perang Dunia I|perang dunia I]] dan [[Perang Dunia II|II]] karena adanya dorongan yang kuat akan keadilan atas kekejaman dan keyakinan yang bermasalah atas dasar kemanusiaan itu sendiri. Setelah masa perang berakhir, pandangan ini pun kemudian hanya didukung oleh kaum politik minoritas yang masih didukung oleh kalangan ilmuwan tertentu.
Dari apa yang telah terjadi selama setengah abad sebelumnya, pemikiran ''eugenic'' telah secara mendalam mempengaruhi perkembangan [[psikologi]] untuk menjadi pengembangan studi genetika perilaku selama beberapa dekade selanjutnya. Adapun tradisi awal dalam pemahaman psikologi individu yang didasarkan pada teknik kuantitatif genetik, dikembangkan ulang di [[Amerika Serikat]]
Sebagai bagian dari reaksi keras di era 1950 hingga 1960-an, pendekatan selanjutnya lebih dikembangkan dari sisi [[biologi]] secara signifikan. Dimana salah satu yang terpopuler adalah [[psikologi evolusioner]]. Studi diinspirasikan dari teori seleksi alam [[Darwinisme]] dan bertujuan umum untuk melihat bagaimana pola perilaku saat ini dapat dipahami masa perkembangannya. Studi menunjukkan bahwa pola perilaku tertentu telah tersebar luas dan terlihat di berbagai tempat budaya yang berbeda, dimana seringkali diasumsikan bahwa selalu ada tekanan seleksi yang kuat untuk mendukung pembangunan perilaku dan pemilihan varian genetik tertentu ('''genes''<nowiki/>') selalu bertanggung jawab atas perkembangan ini.
|