Genetika perilaku: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Helena Ang (bicara | kontrib) penambahan media |
Helena Ang (bicara | kontrib) Edify konten |
||
Baris 15:
Namun jika dilihat dari sudut pandang negative, penerapan eugenic tersebut dipakai untuk mengurangi dan mencegah kelahiran generasi yang dinilai tidak fit sehingga terjadi pembatasan untuk mengontrol tingkat kesuburan pada angka kelahiran di kategori tertentu. Hal ini diikuti dengan dilakukannya pemisahan dan pengurangan hak untuk berkeluarga. Perkembangan yang telah terjadi melalui metode ini kemudian telah menyebabkan penderitaan yang hebat dan rasa frustasi atas nilai kemanusiaan yang semakin berkembang pesat. Hal ini terjadi setelah adanya berbagai pelajaran kemanusiaan yang diikuti pemahaman dari berbagai pihak. Adapun penerapan ''eugenic'' tersebut dinilai tidak meningkatkan kehidupan generasi yang sudah ada, tidak menerima [[pluralisme]] dan pemahaman [[idealisme]] kesempurnaan manusia. Rangkaian kejadian ini disertai peraturan terburuk yang muncul pada masa itu akibat usaha untuk meningkatkan kualitas populasi manusia melalui [[ideologi]] [[Rasialisme|rasial]] [[Nazisme|Nazi]] atau pun [[Rekayasa sosial (keamanan)|rekayasa sosial]] [[Stalinisme|Stalinist]]. Sepanjang tahun bergulir, pandangan dan pemikiran ''eugenic'' di dunia kemudian berakhir setelah masa [[Perang Dunia I|perang dunia I]] dan [[Perang Dunia II|II]] karena adanya dorongan yang kuat akan keadilan atas kekejaman dan keyakinan yang bermasalah atas dasar kemanusiaan itu sendiri. Setelah masa perang berakhir, pandangan ini pun kemudian hanya didukung oleh kaum politik minoritas yang masih didukung oleh kalangan ilmuwan tertentu.<ref name=":1" />
Dari apa yang telah terjadi selama setengah abad sebelumnya, pemikiran ''eugenic'' telah secara mendalam mempengaruhi perkembangan [[psikologi]] untuk menjadi pengembangan studi genetika perilaku selama beberapa dekade selanjutnya. Adapun tradisi awal dalam pemahaman psikologi individu yang didasarkan pada teknik kuantitatif genetik, dikembangkan ulang di [[Amerika Serikat]] pada tahun 1960-an. Studi spesifik pertama dipublikasikan oleh [[Arthur R. Jensen|Arthur Jensen]] dalam penulisan studi, terutama dalam hal seberapa jauh manusia dapat meningkatkan potensi IQ terkait prestasi pendidikan. Dari perkembangan ini kemudian tidak ada hasil studi yang dapat diterima secara menyeluruh dan diikuti munculnya berbagai pendekatan lain ke perkembangan psikologi individu.<ref name=":1" />
Sebagai bagian dari reaksi keras di era 1950 hingga 1960-an, pendekatan selanjutnya lebih dikembangkan dari sisi [[biologi]] secara signifikan. Dimana salah satu yang terpopuler adalah [[psikologi evolusioner]]. Studi diinspirasikan dari teori seleksi alam [[Darwinisme]] dan bertujuan umum untuk melihat bagaimana pola perilaku saat ini dapat dipahami masa perkembangannya. Studi menunjukkan bahwa pola perilaku tertentu telah tersebar luas dan terlihat di berbagai tempat budaya yang berbeda, dimana seringkali diasumsikan bahwa selalu ada tekanan seleksi yang kuat untuk mendukung pembangunan perilaku dan pemilihan varian genetik tertentu ('''genes''<nowiki/>') selalu bertanggung jawab atas perkembangan ini.<ref name=":1" /> Oleh karena itu studi telah menyimpulkan secara umum tentang proses perkembangan individu ([[ontogeni]]) dari proses evolusi yang dianggap ([[filogeni]]) telah menyebabkan penyebaran pola perilaku secara luas. Selama dua dekade hingga tahun 1980-an, prinsip-prinsip [[psikologi evolusioner]] ini telah diterapkan secara luas dalam studi tentang perilaku manusia terlepas dari berbagai kritik yang ada. Secara garis besar, studi genetika perilaku telah dikukuhkan semenjak era kebijakan dan praktik ''eugenic'' terjadi. Ketetapan tersebut telah membentuk fondasi utama dari dasar ilmiah dan diklaim sebagai dasar pengembangan dari ilmu psikologi perilaku yang telah dipicu dari keprihatinan terhadap praktek ''eugenic'' di masa lampau. Namun, fakta perkembangan ini tidak serta-merta menyiratkan penelitian kontemporer lainnya untuk dapat langsung dikaitkan sebagai pertimbangan pandangan ''eugenic''.<ref name=":1" />
Pada akhirnya, yang menjadi dasar penolakan utama terhadap peraturan ''eugenic'' adalah riset [[Ilmu|sains]] yang telah menunjukkan bahwa peraturan pemisahan dan [[Sterilisasi paksa|sterilisasi]] pada kategori tertentu adalah sangat tidak layak, dan dianggap tidak akan pernah mencapai tujuan yang dinyatakan sebagai misi di awal era tersebut. Oleh karena itu, pertentangan dari banyak negara telah terjadi semenjak tahun 1930-an dan resmi berakhir di tahun 1960-an. Namun dari banyak riset dan publikasi yang ada setelah pandangan eugenic berakhir, hasil karya tulis paling signifikan dalam studi genetika perilaku ditandai sejak publikasi buku ''Behavior Genetics'', yang ditulis oleh John. L Fuller dan William Robert Thompson pada tahun 1960. Genetika perilaku mulai diakui sebagai bidang yang teridentifikasi dengan baik setelah buku ini resmi dipublikasikan dan kemudian memicu pertumbuhan besar yang diikuti kemajuan pesat dalam penelitian yang menggunakan DNA selama dekade selanjutnya.<ref>{{Cite web|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5206393/|title=Publication Trends Over 55 Years of Behavioral Genetic Research|last=|first=|date=18/03/2018|website=|access-date=}}</ref> Seiring perkembangan hingga tahun 1980-an, penelitian moden saat ini menjadi lebih berfokus terhadap pemahaman tingkat heritabilitas pada IQ dan karakteristik perilaku lainnya untuk meningkatkan pengetahuan proses pewarisan sifat-sifat lain dengan menyentuh banyak disiplin ilmu.<ref name=":1" />
== '''Referensi''' ==
|