Fauzan Misra el-Muhammady: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 3:
== Lahir Setelah Ibu Baca Al Qur’an ==
 
Drs. H. Fauzan Misra El Muhammady, dilantik menjadi Kepala Kanwil Departemen Agama Propinsi Sumatera Barat 12 Oktober 1992 menggantikan Drs. H. Bachtiar Ilyas yang memperoleh jabatan Sekretaris Ditjen Binbaga Islam Depag.<ref name=kemenag>{{cite web|url=https://sumbar.kemenag.go.id/v2/kakanwil-sumbar-dari-masa-ke-masa|title=Kakanwil Sumbar dari Masa ke Masa|publisher=Kantor Wilayah Kementerian Agama RI Provinsi Sumatera Barat|access-date=13 Januari 2020}}</ref>
 
Fauzan lahir di Tanjung Rumpanai, Pitalah Tanah Datar, Sumatera Barat, 6 Juli 1939. Orangtuanya Abdul Mun’im El Muhammady (ayah) Asra (Ibu) memberi nama ''Fauzan'' yang berarti kemenangan (dan memeang membawa keberuntungan) mempunyai latar historis pada saat-saat kelahirannya.<ref name=kemenag/>
Baris 49:
Akhir tahun 1971 ditunjuk sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol, menggantikan Baharuddin Syarif yang meninggal dalam kecelakaan jatuhnya pesawat di Pulau Nyamuk 10 Nopember 1971. H. [[Baharuddin Syarif]] tamatan Al Azhar University 1963, Fauzan 1964. Tahun 1972 diangkat pula menjadi Ketua Jurusan Perbandingan Agama dan Filsafat, merangkap Dekan Fakultas Ushuluddin, Mei 1972 diangkat sebagai Wakil Rektor IAIN Imam Bonjol merangkap Dekan Fakultas Ushuluddin. Tahun 1974 terpilih sebagai anggota Presidium Rektor IAIN Imam Bonjol, dan pada gilirannya kemudian tahun itu juga sampai tahun 1976 terpilih menjadi ketua presidium Rektor IAIN Imam Bonjol Padang.<ref name=kemenag/>
 
Pengabdiannya dalam pembinaan masyarakat bangsa, banyak pula bergerak dalam berbagai lapangan dan wadah yang ada. Tahun 1972-1975 menjadi asisten III Bappemdam (Bappeda-kini) yang ketuanya ketika itu Drs. Mawardi Yunus. Tahun 1976-1978 menjadi Wakil Rektor IAIN Imam Bonjol merangkap Dekan Fakultas Ushuluddin. Tahun 1978 melepaskan jabatan Wakil Rektor I, dan kembali sebagai anggota [[DPRD Sumatera Barat|DPRD Tk. I]] yang dipegangnya sejak tahun 1977 sampai 1987. Sementara tahun 1971 ikut membentuk Kokar IAIN Imam Bonjol bersama Drs. Kamaruttaman, Drs. Aguslir Nutr, Drs. Ruslan Lathief, dan ia terpilih sebagai wakil ketua. Kokar IAIN Imam Bonjol selanjutnya pada tahun 1972 ditunjuk menjadi anggota DPD Golkar Tk. I Sumatera Barat sampai sekarang. Tahun 1973 sampai 1980 memangku jabatan wakil ketua KORPRI Sumatera Baratdan Wakil Ketua KORPSI unit IAIN Imam Bonjol. Tahun 1975 unsur pimpinan (ketua) [[Majelis Ulama Indonesia]] Sumatera Barat sampai sekarang. Tahun 1978 Wakil Ketua Majelis Dakwah Islamiyah Sumatera Barat. Tahun 1976- 1980 Ketua GUPPI Sumatera Barat. Tahun 1976-1983 Ketua PAI (Pecinta Anggrek Indonesia) Padang. Tahun 1976 mewakili Sumatera Barat The Scond Asean Orched Congres. Tahun 1975-1982 unsur pimpinan LKAAM Sumbar, kini sebagai Anggota Dewan Pertimbangan LKAAM Sumatera Barat.<ref name=kemenag/>
 
Fauzan (juga sarjana jurusan Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol tahun 1982) disamping sebagai Wakil Rektor I IAIN Imam Bonjol juga sebagai dosen senior yang memiliki bidang pengetahuan dengan disiplin Ilmu Filsafat dan Perbandingan Agama.<ref name=kemenag/>
Baris 67:
 
== Kontroversi ==
Badan Pelaksana Kegiatan Mahasiswa (BP KM) IAIN Imam Bonjol Padang mempertanyakan keabsahan sidang tertutup ''munaqasah''/ujian skripsi doktorandus H. Fauzan pada jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol, 17 September 1982. Sidang dilakukan tertutup tanpa diketahui mahasiswa lainnya. Timbul kecurigaan berkaitan dengan jabatannya sebagai Pembantu Rektor I IAIN Imam Bonjol Padang. Fauzan juga mendapat dispensasi untuk tidak menghadiri kuliah. Ujian skripsi hanya didasarkan pada paper yang harus dibuatnya sebelum menempuh ujian.<ref name=tempo>https://majalah.tempo.co/read/48612/munaqasah-tertutup-khas-padang</ref>
 
Sejak kedatangannya di [[Padang]] (1969) dari [[Kairo]], Fauzan mengaku dirinya lulus dari [[Universitas Al-Azhar]] dengan gelar [[Master of Arts]] (MA). Zaman Menteri Agama [[Mukti Ali]], gelar MA dari Universitas Al-Azhar itu diteliti. Ternyata MA itu berasal dari kepanjangan nama orang tuanya Misra Al-Muhammady. Namun, ia menjadi penasaran. MA yang katanya diraih sambil bekerja pada kantor perwakilan penerbangan [[Garuda Indonesia|Garuda]] di Kairo tidak diakui pemerintah. Maka ia menemui Rektor IAIN ketika itu Drs. M. [[Sanusi Latief]] dan mendaftarkan diri untuk kuliah pada Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab. Tapi karena kesibukannya, ia meninta keringanan untuk tidak mengikuti kuliah secara penuh. Rektor waktu itu (1979) mengizinkan wakil rakyat itu menempuh 60% mata kuliah, namun ia mesti menutupi kekurangannya dengan membuat paper sebelum menempuh ujian mata kuliah masing-masing.<ref name=tempo/>