Salya: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
k →Salya dalam pewayangan: Dewi Madrim |
||
Baris 22:
== Salya dalam pewayangan ==
Dalam [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]], Salya sering pula disebut dengan nama '''Prabu Salyapati''', sedangkan negeri yang ia pimpin disebut dengan nama [[Kerajaan Mandaraka]]. Secara garis besar, versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] tidak berbeda dengan versi ''Mahabharata''. Dalam versi ini raja Kerajaan Mandaraka semula bernama Mandrapati yang memiliki dua orang anak bernama Narasoma dan [[Madri|Madrim]]. Narasoma kemudian menjadi raja bergelar Salya, sedangkan
Versi [[wayang|pewayangan]] [[Jawa]] menyebut perkawinan Salya dan Setyawati melahirkan lima orang anak. Yang pertama adalah Erawati, istri [[Baladewa]]. Yang kedua adalah Surtikanti, istri [[Karna]]. Yang ketiga adalah Banowati, istri [[Duryudana]]. Yang keempat adalah [[Burisrawa]], sedangkan yang terakhir adalah Rukmarata. Tokoh Burisrawa dalam ''Mahabharata'' dan ''Bharatayuddha'' merupakan putra [[Somadata]]. Dalam pewayangan, Somadata disebut Somadenta, dan dianggap sama dengan Salya. Maka, Burisrawa versi Jawa pun dianggap sebagai putra Salya.
Baris 30:
Salya yang sewaktu muda bernama Narasoma pergi berkelana karena menolak dijodohkan oleh ayahnya. Di tengah jalan ia bertemu seorang [[brahmana]] [[raksasa]] bernama [[Resi Bagaspati]] yang ingin menjadikannya sebagai menantu. Bagaspati mengaku memiliki putri cantik bernama [[Pujawati]] yang mimpi bertemu Narasoma dan jatuh hati kepadanya. Narasoma menolak lamaran Bagaspati karena yakin Pujawati pasti juga berparas raksasa. Keduanya pun bertarung. Narasoma kalah dan dibawa Bagaspati ke tempat tinggalnya di Pertapaan Argabelah. Sesampainya di Argabelah, Narasoma terkejut mengetahui bahwa Pujawati ternyata benar-benar cantik. Ia pun berubah pikiran dan bersedia menikahi putri Bagaspati tersebut.
Narasoma yang sombong merasa jijik memiliki mertua seorang raksasa. Pujawati yang lugu menyampaikan hal itu kepada Bagaspati. Bagaspati menyuruh putrinya itu memilih antara ayah atau suami. Ternyata Pujawati memilih suami. Bagaspati bangga mendengarnya dan mengganti nama Pujawati menjadi Setyawati. Setyawati menyampaikan kepada Narasoma bahwa ayahnya siap mati daripada mengganggu keharmonisan rumah tangga mereka. Bagaspati rela dibunuh asalkan Setyawati tidak dimadu. Setelah Narasoma bersedia, ia menusuk Bagaspati namun tidak mempan. Bagaspati sadar kalau memiliki ilmu kesaktian bernama ''Candabirawa''. Ia pun mewariskan ilmu tersebut kepada Narasoma terlebih dulu. Narasoma kemudian menusuk siku Bagaspati, titik kelemahannya sehingga Bagaspati tewas seketika. Narasoma kemudian membawa Setyawati pulang ke Mandaraka. Mandrapati menyambut kedatangan Narasoma dan Setyawati dengan gembira. Namun, ia berubah menjadi sedih begitu mendengar kematian Bagaspati yang ternyata merupakan sahabat baiknya. Mandrapati pun marah dan mengusir Narasoma pergi dari istana. [[Madri|Madrim]] yang masih rindu segera menyusul kepergian kakaknya itu.
Narasoma dan
=== Raja Mandaraka ===
Narasoma kembali ke Mandaraka dan dikejutkan oleh kematian ayahnya. Konon, Mandrapati sangat sedih atas kematian Bagaspati yang tewas dibunuh Narasoma. Ia merasa telah gagal menjadi ayah yang baik dan memutuskan untuk bunuh diri menyusul sahabatnya itu. Narasoma kemudian menggantikan kedudukan Mandrapati sebagai [[raja]], bergelar Salya. Pemerintahannya didampingi Tuhayata sebagai [[patih]]. Dalam masa pemerintahannya, ia langsung menerima lamaran [[Duryodana]], raja [[Hastinapura]] —yang merupakan raja terkaya di dunia saat
== Salya dalam ''Bharatayudha'' ==
|