Kedudukan akal dalam Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
{{Cquote|''Barangsiapa berkata tentang Al Qur’an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.'' (HR. Imam Tirmizi, No.2951)}}
Kelompok ini biasanya berasal dari golongan [[Salafiyah]], meski tidak semua orang yang beraliran ini melarang penggunaan akal. Lebih umumnya, kelompok ini diwakili oleh mereka yang berpaham [[Jabariyah]], dan [[Khawarij]]. [[Ahlul Hadits]] merupakan sebutan oleh mereka yang lebih mengutamakan [[hadits]] daripada akal, bahkan cenderung untuk menjauhi akal. Jarang sekali ada tokoh yang mewakili kelompok ini, meski pun secara kuantitas, kelompok ini banyak diikuti oleh kebanyakan umat Islam sebelum zaman pembaruan Islam maupun untuk saat ini.
 
== Dampak ==
 
=== Terhadap Ilmu Pengetahuan ===
Perdebatan panjang tentang kedudukan akal dalam agama [[Islam]] membawa dampak yang besar bagi sendi-sendi kehidupan [[umat Islam]]. Salah satunya terhadap pandangan mereka kepada [[Ilmu pengetahuan Islam abad pertengahan|Ilmu Pengetahuan]]. Bagi sebagian [[umat Islam]], [[ilmu pengetahuan]] adalah momok terbesar bagi agama, apalagi ketika gencarnya stigma yang dihembuskan bahwa ilmu pengetahuan itu bertentangan dengan agama dan tak mungkin untuk dipersatukan. Ilmu pengetahuan bagi beberapa orang di umat Islam dianggap sebagai produk budaya dari Barat yang berasal dari perlawanan mereka terhadap gereja, maka dari itu Haram hukumnya untuk memasukkan ilmu pengetahuan dalam urusan keagamaan. Namun bagi sebagian umat Islam yang lainnya, ilmu pengetahuan banyak membantu membuktikan kebenaran [[Al-Qur'an]] serta dapat membuat keimanan mereka semakin bertambah. Menurut kelompok ini, ilmu pengetahuan dipandang secara positif, sebab salah satu hal yang membuat Islam meraih kejayaannya adalah dengan keberadaan ilmu pengetahuan.
 
=== Filsafat ===
Filsafat yang juga produk dari akal budi manusia juga tak luput dari polemik dalam agama Islam. Filsafat yang asalnya dari Yunani ini bagi beberapa orang dianggap bagian dari kekafiran. Contoh paling nyata dari pengharaman filsafat ini bermula dari buku ''Tahafut Al-Falasifah'' karya [[Al-Ghazali|Imam Al-Ghazali]] yang kemudian membuat tidak populernya filsafat di kalangan Islam belahan Timur. Akan tetapi, banyak juga dari umat Islam yang memandang filsafat sebagai suatu jalan untuk memperkukuh keimanan dan membawa kebaikan. Hal itu dapat dilihat dari buku ''Tahafut At-Tahafut'' karangan [[Ibnu Rusyd]] yang bertujuan untuk membantah buku ''Tahafut Al-Falasifah'' milik [[Al-Ghazali|Imam Al-Ghazali]].
 
== Catatan kaki ==