Galai: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 135:
=== Galai Asia Tenggara ===
[[Berkas:A galley from Banten.PNG|jmpl|Sebuah galai dari [[Banten]], 1598. Galai itu memiliki 'balai' (panggung tempur) seperti kapal perang lainnya di kepulauan Nusantara, dan 4 meriam atau meriam putar dapat terlihat.]]
Maryarakat di kawasan Asia Tenggara memiliki beberapa macam kapal yang mirip dengan galai, yakni [[Lancaran (kapal)|lancaran]], [[kapal Borobudur]], [[Pangajava|penjajap]], [[kelulus]], [[lanong]], [[garay]], [[kora-kora]], dan [[karakoa]]. Pada abad ke-16, kesultanan-kesultanan di Nusantara mulai menerima pengaruh-pengaruh [[Laut Tengah|kawasan Laut Tengah]] melalui [[Kesultanan Utsmaniyah|Kekaisaran Turki Osmanli]]. Sekitar tahun 1453, Kesultanan Malaka membuat sebuah galai rajakerajaan (''royal galley'') atau ''galighali kenaikan raja'' yang diberi nama Mendam Berahi. Galai sepanjang 60 ''gaz'' (54,6 m) dan selebar 6 ''depa'' (11 m) ini pernah digunakan untuk meminang putri Majapahit.<ref>{{Cite book|title=The Epic of Hang Tuah|last=Salleh|first=Muhammad Haji|publisher=ITBM|year=2010|isbn=9789830687100|location=|pages=}}</ref> Mendam Berahi bertiang tiga, dan mampu mengangkut 400 orang, 200 orang di antaranya adalah pendayung dalam 50 baris dayung. Selain hulu pembobol (''ramming beam''), galai ini juga dipersenjatai dengan 5 laras [[rentaka]].<ref name=":02" />
 
Ketika menyerang bangsa Portugis di Malaka pada tahun 1568, [[Kesultanan Aceh]] mengerahkan 4 galai besar dengan panjang 40–50 m, dan berpendayung 190 orang dalam 24 baris dayung, dipersenjatai dengan 12 ''camelo'' besar (3 di kiri dan kanan haluan, serta 4 di buritan), 1 ''basilisk'' (di ujung haluan), 12 ''falcon'', dan 40 laras meriam putar.<ref>{{Cite journal|last=Manguin|first=Pierre-Yves|date=1988|title=Of Fortresses and Galleys: The 1568 Acehnese Siege of Melaka, after a Contemporary Bird's-Eye View|url=|journal=Modern Asian Studies|volume=22|pages=|via=}}</ref> Saat itu meriam, senjata api, dan peralatan perang lainnya datang secara rutin dari Jeddah, dan orang Turki juga mengirimkan ahli militer, ahli galai, dan teknisi.<ref>{{Cite book|title=The Acehnese attack on Malacca in 1629|last=Boxer|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=119-121}}</ref> Rata-rata galai Aceh pada paruh kedua abad ke-16 memiliki panjang sekitar 50 meter, memiliki dua tiang, dengan layar persegi dan layar atas, bukan layar [[lateen]] seperti di galai Portugis.<ref>Augustin de Beaulieu, Mémoire d'un voyage aux Indes orientale (1619-1622). Un marchand normand à Sumatra, édité par Denys Lombard, Pérégrinations asiatiques I (Paris: École française d'Extrême-Orient, 1996).</ref> Ia akan didorong oleh 24 dayung di setiap sisi, membawa sekitar 200 orang di atas kapal, dan dipersenjatai dengan 20 meriam (dua atau tiga yang besar di haluan, sisanya meriam putar yang lebih kecil).<ref name=":0">{{cite book|title=Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past|last=Reid|first=Anthony|publisher=Institute of Southeast Asian Studies|year=2012|isbn=978-981-4311-96-0}}</ref>