Kaharingan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan gambar Panaturan, kitab suci umat Kaharingan. |
Squidsushi (bicara | kontrib) Merapikan kalimat-kalimat yang tidak terstruktur dan jempalitan di sana-sini. |
||
Baris 4:
{{Hindu}}
{{Aliran kepercayaan di Indonesia}}
'''Kaharingan''' adalah [[kepercayaan]]
Kaharingan ini pertama kali diperkenalkan oleh [[Tjilik Riwut]] tahun 1944, saat ia menjabat Residen [[Sampit]] yang berkedudukan di [[Banjarmasin]]. Tahun 1945, pendudukan Jepang mengajukan Kaharingan sebagai penyebutan agama Dayak. Sementara pada masa Orde Baru, para penganutnya berintegrasi dengan Hindu, menjadi Hindu Kaharingan.
Lambat laun, Kaharingan mempunyai tempat ibadah yang dinamakan ''[[Balai Basarah]]'' atau ''Balai Kaharingan''. Kitab suci agama mereka adalah ''[[Panaturan]]'' dan buku-buku agama lain, seperti ''Talatah Basarah'' (Kumpulan Doa), ''Tawur'' (petunjuk tatacara meminta pertolongan Tuhan dengan upacara menabur beras), dan sebagainya.
Hingga kini penganut Kaharingan masih memperjuangkan hak, yaitu Kaharingan yang merupakan kepercayaan nenek moyang secara turun-temurun agar diakui sebagai agama di Indonesia. Belum diakuinya Kaharingan sebagai agama menyulitkan masyarakat adat Meratus. Ketika membuat E-KTP masyarakat adat Dayak Meratus harus mengosongkan kolom agama.<ref name="humabetang">[http://www.humabetang.net/kabar-borneo/2014/dayak-meratus-tuntut-dprd-dukung-pengakuan-kaharingan-sebagai-agama Dayak Meratus Tuntut DPRD Dukung Pengakuan Kaharingan Sebagai Agama] humabetang.net. diakses 14 September 2014</ref><ref>[http://kalsel.antaranews.com/berita/8410/dayak-tuntut-pengakuan-kaharingan Dayak Tuntut Pengakuan Kaharingan] kalsel.antaranews. diakses 14 September 2014</ref> Berdasarkan catatan Kedamangan Dayak Meratus, komunitas tersebut hingga 2003 mempunyai 60.000 orang anggota, sekitar dua persen dari penduduk Kalsel yang sekarang berjumlah 3,6 juta jiwa.
<!-- NO CITATION>, suku Dayak sudah diperbolehkan mencantumkan agama Kaharingan dalam [[Kartu Tanda Penduduk]].{{cn}} Dengan demikian, suku Dayak yang melakukan upacara perkawinan menurut adat Kaharingan, diakui pula pencatatan perkawinan tersebut oleh negara. Hingga tahun 2007, Badan Pusat Statistik Kalteng mencatat ada 223.349 orang penganut Kaharingan di Indonesia.{{cn}}<-->
Di [[Malaysia Timur]] ([[Sarawak]] dan [[Sabah]]), kepercayaan Dayak ini tidak diakui sebagai bagian umat beragama [[Hindu]], jadi dianggap sebagai masyarakat yang belum menganut suatu agama apapun.
Pada tanggal 20 April 1980 Kaharingan dimasukan ke dalam agama Hindu Kaharingan.
Organisasi alim ulama Hindu Kaharingan adalah [[Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan]] (MBAHK) yang pusatnya di [[Kota Palangka Raya]], [[Kalimantan Tengah]].
|