Keyakinan dalam Buddhisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 89:
Dalam Kitab Pali menjelaskan beberapa pendekatan berbeda berkenaan dengan keyakinan. Saat mengembangkan keyakinan kepada seseorang atau kepada Buddha, upaya ini memberikan manfaat kecil apalagi terlalu berlebihan berkaitan dengan fitur tidak signifikan seperti tampak fisik, lalu tidak terlalu fokus pada ajaran Buddha. Pendekatan keyakinan seperti ini mengarahkan kepada perasaan sayang dan marah dan juga ada kekurangan lainnya. Hal demikian merupakan penghalang dalam menyusuri jejak Buddha dan pencapaian pencerahan, serupa dengan kasus Vakkali. Keyakinan dan devosi perlu berjalan bersama-sama dengan dibarengi dengan [[upekkha|Ekuanimitas]].{{sfn|Harvey|2013|p=28}}{{sfn|Jayatilleke|1963|p=388}}{{sfn|Werner|2013|page=47}}
 
=== Buddha Mahāyāna ===
[[Berkas:Shakyamuni Buddha with Avadana Legend Scenes - Google Art Project.jpg|jmpl|upright=1.1|[[Buddha Gautama]] dengan adegan-adegan dari legenda [[Awadāna]]]]
Dalam periode [[Ashoka|kaisar Ashoka]] (abad ke-3 sampai ke-2 SM), umat Buddha banyak menitikberatkan pada keyakinan, karena Ashoka membantu mengembangkan agama Buddha sebagai agama populer untuk menyatukan kekuasaanya. Tren baru ini berujung pada peningkatan pemujaan ''stūpa'' dan bertambah banyaknya sastra berlandaskan keyakinan yaitu [[Awadāna]].{{sfn|Harvey|2013|p=103}}<ref>{{cite book|last1=Swearer|first1=Donald K.|title=The Buddhist world of Southeast Asia|date=2010|publisher=[[State University of New York Press]]|location=Albany|isbn=978-1-4384-3251-9|page=77|edition=2nd|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/the%20buddhist%20world%20of%20southeast%20asia_swearer.pdf|archive-url=https://www.webcitation.org/6vADhQmDu?url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/The%20Buddhist%20World%20of%20Southeast%20Asia_Swearer.pdf|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|df=}}</ref> Pada abad ke-2 SM, Buddha semakin lumrah digambarkan dalam bentuk lukisan, dan ada peralihan penekanan pada [[Bhakti|devosionalisme emosional]] dalam [[agama India]]. Ini menuntun pada perspektif baru dalam agama Buddha, seperti yang dirangkum oleh Peter Harvey, seorang cendekiawan studi agama Buddha, dia menyatakan bawah "welas asih, keyakinan, dan kebijaksanaan". Perspektif tersebut membuka jalan lahirnya Aliran [[Mahāyāna]].<!--p=105-->{{sfn|Harvey|2013|pp=103, 105}}{{sfn|Smart|1997|page=282}}
Baris 106:
{{Main|Sūtra Teratai}}
[[Berkas:5th century Lotus Sutra fragment.JPG|jmpl|Fragmen abad kelima dari manuskrip [[Sutra Teratai]] Sansekerta dari [[Kekhaganan Rouran|Rouran]], [[Wei Utara]], yang diangkat dari [[Kabupaten Hetian|Hetian]], provinsi [[Xinjiang]]. Disimpan di&nbsp;[[Museum Mausoleum Raja Nanyue]].]]
[[Sūtra Teratai]] merupakan satu dari sekian teks ({{lang-sa|sūtra|script=Latn}}) yang disanjung tinggi di Asia Tenggara,<!--p.512-->{{sfn|Shields|2013|p=512}} teks ini banyak mengetengahkan konsep ideal keyakinan.{{sfn|Shields|2013|pp=512, 514}} Di abad pertengahan antara Tiongkok dan Jepang, ada banyak legenda ajaib yang berkenaan dengan Sutra Teratai, legenda tersebut juga yang membuat sutra ini semakin populer. Para cendekiawan berpendapat bahwa dalam sutra ini menekankan pada cara pandang bahwa Buddha sebagai seorang ayah, cara pandang demikianlah yang membantu sutra tersebut menjadi populer.<!--p.515-->{{sfn|Shields|2013|pp=512, 514–5}}
 
Sūtra Teratai ditulis pada abad pertama dan kedua [[Masehi]].<!--p=471--> Di bagian dari "pengkultusan dari buku itu", penganut Mahāyāna menggantikan bagian pemujaan relik dan stupa menjadi pemujaan kepada Dharma sebagai perwakilan dari sutra. Mereka menyanjung dan memuja Sutra Teratai sebagaimana mereka memuja Sutra Mahāyāna lainnya, setara dengan pemujaan kepada stupa sebelum lahirnya aliran Mahāyāna. Di antara semua sutra, mereka paling menyanjung tinggi Sutra Teratai. Sutra Teratai menjelaskan tentang berbagai bentuk devosi seperti menerima dan menjaga, membaca, melafalkan, mengajarkan dan mentranskripkan, dan juga berbagai cara untuk menyanjung tinggi sutra itu. Dalam beberapa salinan, mereka menggambarkan setiap huruf laksana Buddha, lalu ditempatkan di dalam stupa.<!--p=474-->{{sfn|Stone|2004a|pp=471, 474}}{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Saddharmapuṇḍarīkasūtra}}<ref>{{cite encyclopedia|last1=Gummer|first1=Natalie|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Buddhist books and texts: Ritual uses of books|date=2005|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865997-X|edition=2nd|url=https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|volume=2|p=1262|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302073830/https://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%202.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref>
 
Walaupun implikasi teoretis dari Sutra Teratai dipengaruhi oleh cendekiawan tradisional, praktik yang berkenaan dengan devosi dalam sutra tersebut semakin memberikan pengaruh kepada sutra itu sendiri.{{sfn|Stone|2004a|p=474}} Aliran [[Tiantai]] Tiongkok (abad ke-6) dan bentuk Jepang-nya pada masa berikutnya adalah [[Tendai]], semakin mengedepankan pemujaan terhadap Sūtra Teratai, dengan memadukan devosi terhadap Buddha Amitābha.{{sfn|Harvey|2013|p=227}}{{sfn|Stone|2004a|p=475}} Aliran-aliran tesebut meyakini bahwa ''sūtra'' tersebut merupakan ajaran tertinggi di antara semua ajaran Buddha,<!--p=475--> dan menuntun menuju pencerahan dalam kehidupan saat ini.<!--p=476-->{{sfn|Stone|2004a|pp=475–6}} Beberapa aliran dari [[periode Kamakura]] (abad ke-12 sampai ke-14) bahkan menganggap Sutra Teratai merupakan satu-satunya kendaraan atau jalur Dharma (Ekayāna),<!--p.514, 519--> lalu Nichiren (1222-1282) menyakini bahwa hanya praktik ini yang bisa menuntun masyarakat ke Tanah Buddha ideal.<!--p.521-->{{sfn|Shields|2013|pp=514, 519, 521}}
 
Nichiren menyampaikan bahwa keyakinan dalam dan pemujaan sutra atas alasan tersebut di atas, ia mengkritik keras aliran dan tipe pemujaan berbeda.{{sfn|Harvey|2013|pp=233–4}}{{sfn|Araki|1987|p=1244}} Ia menganggap sutra itu sebagai prediksi atas misi dari pergerakannya,{{sfn|Stone|2004a|p=476}}{{sfn|Irons|2008|p=366}} Nichiren yakin bahwa melalui devosi terhadap sutra itu maka Tanah Murni di bumi bisa direalisasikan, sebuah tanah yang merupakan penggambaran dari pencerahan ideal dalam aliran Māhayāna.{{sfn|Stone|2004a|p=477}}<ref>{{cite encyclopedia|last1=Kotatsu|translator-first=Kenneth K.|translator-last=Tanaka|first1=Fujita|editor1-last=Jones|editor1-first=Lindsay|encyclopedia=Encyclopedia of religion|title=Pure and Impure Lands|date=1987|publisher=[[Thomson Gale]]|location=Detroit|isbn=0-02-865743-8|page=7502|edition=2nd|url=http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|volume=11|deadurl=bot: unknown|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170302005458/http://www.politicalavenue.com/PDF/ENCYCLOPEDIAS/The%20Gale%20Encyclopedia%20of%20Religion%202nd%20Ed%20Vol.%2011.pdf|archivedate=2017-03-02|df=}}</ref> Ia mengajarkan bahwa pemujaan kepada sutra ini akan menuntun seorang praktisi bermanunggal dengan [[Sanghyang Adi Buddha|Buddha primordial]], ia menyakini bahwa Buddha Primordial merupakan manifestasi dari semua Buddha..{{sfn|Stone|2004a|p=474}} Nichiren menyatakan bahwa melalui pelantunan judul sutra itu hanya berlandaskan "keyakinan" saja.{{sfn|Stone|1998|p=123}} Walaupun memiliki kekuatan devosi kuat kepada Sutra Teratai, Nichiren tidak begitu menekankan pada studi atas sutra itu, ia percaya bahwa hanya melafalkan judul sutra itu saja merupakan cara praktik paling efektif bagi banya orang yang hidup di "[[Kaliyuga|masa kemunduran]]".<ref>{{cite encyclopedia|last1=Cabezón|first1=José Ignacio|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Scripture|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=757|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref> {{See below|Buddhisme Tanah Murni}}
 
Saat ini, lebih dari empat puluh organisasi meneruskan tradisi Nichiren, beberapa diantaranya adalah organisasi awam.<ref>{{cite encyclopedia|last1=Stone|first1=Jacqueline I.|editor1-last=Buswell|editor1-first=Robert E.|editor1-link=Robert Buswell Jr.|title=Nichiren|encyclopedia=Encyclopedia of Buddhism|date=2004|publisher=Macmillan Reference USA, [[Thomson Gale]]|location=New York [u.a.]|isbn=0-02-865720-9|url=http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|page=595|deadurl=no|archiveurl=https://web.archive.org/web/20170614204648/http://www.ahandfulofleaves.org/documents/Encyclopedia%20of%20Buddhism_2%20Vols_%20Buswell.pdf|archivedate=2017-06-14|df=}}</ref>{{sfn|Stone|2004b|page=595}}
 
==== BuddhaAliran Tanah Murni ====
{{Main|BuddhaAliran Tanah Murni|Shinjin}}
[[Berkas:Chinesischer Maler des 8. Jahrhunderts 001.jpg|jmpl|Buddha [[Amitābha]]]]
''Sūtra''-''sūtra''Tampaknya sutra dari aliran "Tanah Murni" diyakiniyang menyatakan bahwamenjadi keyakinan dan devosi mencapaimenjadi sebuahhal puncakpaling daripenting tertinggi darlam pengaruhkonteks [[soteriologi]]. SaatKetika devosi kepada emanasi para Buddha kelestialdi tanah murni muali berkembang dalam Buddha Mahāyāna, gagasan yang berkembang menyatakan bahwa para Buddha tersebut dapat menciptakan 'ladang-ladangSetra Buddha' {{lang-sa|buddha-kṣetra|italic=yes}}), atau Tanah-Tanah Murni ({{lang-sa|sukhāwatī|italic=yes}}).{{sfn|Smart|1997|p=282}} Dalam BuddhaAliran Tanah Murni, ini adalah keyakinan seseorang dalam kesalehanwelas terhadapkasih dari Buddha Amitābha,{{sfn|Green|2013|p=122}} dipasangkandidukung dengan kombinasi permintaan terawaltulus untuk memasuki Tanah Murni-nyaNya yang dikatakandijelaskan memberikanbahwa akan merealisasi pembebasan disanadi sana. Aliran Tanah Murni tersebut mempersiapkan penganutpara penganutnya untuk masuk kepadamerealisasi kesadaranpencerahan dan Nirwana.{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} BuddhaAliran Tanah Murni berbeda dalammemiliki beberapa caraperbedaan daridengan sebagianagama besarBuddha bentukpada Buddhismeumumnya pada masanyamasa itu, yang berdasarkanmana pada zaman itu pada umumnya agama Buddha mengandalkan upaya sendiripribadi dan teknik pengendalian diri.{{sfn|Irons|2008|p=394}}
 
Umat BuddhaPenganut Mahāyāna menganggap Amitābha ([[Sansekerta|Sanskerta]], 'terang tanpa batas') sebagai salah satu Buddhaemanasi kelestialBuddha.{{sfn|Smart|1997|page=282}}{{sfn|Gómez|2004a|p=14}} [[Sūtra Sukhāvatīvyūha Panjang]] mendeskripsikan Buddha Amitābha sebagai seorang biksu yang, berpraktik di bawah bimbingan seorang Buddha pada masa sebelumnya, bersumpahberkomitmen untuk membuatmenciptakan sebuah tanaharea melalui kekuatan spiritualnya. MeskipunMelalui gagasanarea ideal tersebut, menyatakan bahwa iaAmitabha akan dengan mudah dapatmenuntun memandubanyak beberapa [[makhluk hidup (Buddha)|makhluk hidup]] menujumerealisasikan pencerahan akhirfinal.{{sfn|Harvey|2013|p=173}} Sehingga,Dengan iademikian bersumpahIa bahwabertekad saatseketika iamencapai mencapaipencerahan ''[[Buddhabhāva]]''sebagai seorang Buddha, cukupmelalui memanggilpenjapaan namanya saja akan mendorong para makhluk hidupcukup untuk lahirterlahir dike Tanah Murni tersebutitu.{{sfn|Buswell|Lopez|2013|loc=Dharmākara}} TersebarPraktik bakti kepada Amitabha tersebar di Jepang, Korea, ChinaTiongkok, dan Tibet,<!--Smart--> devosiyang kepadamana Buddhatradisi Amitābhaini awalnya berkembang di India pada sekitaran permulaan Era Masehi.<!--Gomez-->{{sfn|Gómez|2004a|p=14}}{{sfn|Smart|1997|page=284}} Inti dari BuddhaAliran Tanah Murni adalah gagasan bahwa manusia masa sekarang hidup dalam Zaman PenurunanKemunduran Dharma (''[[bahasa Tionghoa|Tionghoa:]] mofa'', ''[[bahasa Jepang|Jepang:]] mappō''), tahap akhir dari dispensasiperiode [[Buddha Gautama|Buddha saat ini]].{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} Umat Buddha penganut Aliran Tanah Murni meyakini bahwa pada periode ini, orangkemampuan rata-rata orang sangat dibatasiterbatas dalam kemampuan mereka untuk meraih keselamatanpembebasan. Sehingga, merekaMereka harusperlu memegangmengandalkan kekuatan eksternal (Buddha Amitābha) untuk meraihmencapai keselamatanpembebasan, dan menunda perhatian mereka terhadapperealisasian Nirwana kepada kehidupan lain (yaitu merealisasi Nirwana pada kelahiran kembali mereka dike Tanah Murni).{{sfn|Hsieh|2009|pp=236–7}}{{sfn|Green|2013|p=123}} IniKepercayaan adalahserupa sentimenini karenaterjadi konflikbarangkali disebabkan oleh kekerasan, bersaudara,konflik bencanasipil, kelaparan, kebakaran dan keretakankehancuran lembaga-lembagainstitusi monastik.{{sfn|Andrews|1987|p=4119}} Namun, gagasan kelayakantentang mengandalkan kekuatan eksternalekstenal bisa dapatsaja juga menjadimerupakan konsekuensi dari ajaran-ajaran Mahāyāna tentang alamhakikat Buddha, yang membuatmana perbedaankonsep tersebut membedakan antara ketidaktercerahanyang belum tercerahkan dan ''[[Buddhabhāva]]''pencapaian Buddha yang lebih besartinggi.{{sfn|Williams|2008|page=247}}
[[Berkas:Two Patriarchs - Shandao (Otani University Museum).jpg|jmpl|upright=1.3|Lukisan pendeta dan penulis Tionghoa [[Shandao]]]]
 
BuddhaAliran Tanah Murni berdiri sebagai sebuah lembagainstitusi oleh guruMaster [[Huiyuan (Buddha)|Huiyuan]] (334–416 Masehi) di [[Gunung Liu]] dengan pendirian [[Sekte Teratai Putih]].{{sfn|Barber|2004|p=707}} [[Shandao]] (613–681) mulai berniatmenekankan mengutippada lagipenjapaan mantra-mantra yanguntuk menghormatimenyanjung Buddha Amitābha (''[[bahasa Tionghoa|Tionghoa]]'': ''[[nianfo]]''; ''[[bahasa Jepang|Jepang]]'': ''[[nembutsu]]''), berpadudipadukan dengan beberapa praktik lainlainnya.{{sfn|Getz|2004|page=701}}{{sfn|Harvey|2013|p=255}} IniTampaknya tampaksejak merupakanawal, aliran ini sudah menimbulkan paradoks dalam keyakinan terhadap Tanah Murni dari permulaan, dimana dua gagasan diadvokasikanitu dibabarkan secara simultan: di satu sisi, para gurumaster dari aliran Tanah Murni mengajarkan bahwa para ''bodhisatwa'' yang menciptakan Tanah Murni-nya merekasendiri adalahmerupakan contoh dalamdari upaya mereka sendiri untukdalam membuatmenggunakan jasa kebajikan sebagai energi untuk menciptakan Tanah Murni darinya, menginspirasi penganutpengikutnya untuk mengikutimeneladani contoh iniitu. Di sisi lain, para praktisionerpraktisi diajarkan harushanya melakukanperlu membangkitkan devosi sendiri kepada para Buddha di Tanah Murni, utamanya Amitābha, yang akan memberikandatang keselamatan kepadamenyelamatkan mereka, suatu gagasan inilah yang banyak diikuti.{{sfn|Getz|2004|pages=698–9}} NamunGagasan bahkanyang kedua yang berhasil menyebar di Jepang,. terdapatTernyata di Jepang juga banyak perdebatan besar tentang apapenekanan tujuanseperti apa yang diberikan kepada [[Jiriki|upaya-upaya {{em|aktif}} dari penganut]] di satu sisi, dan [[tariki|sikap {{em|pasif}}]] terhadap Buddha Amitābha dan sumpahnyatekadnya di sisi lain.<ref name="Hirota">{{cite encyclopedia|url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/|archive-url=https://www.webcitation.org/6vAEpCKMW?url=https://plato.stanford.edu/entries/japanese-pure-land/|archive-date=22 November 2017|dead-url=no|encyclopedia=The Stanford Encyclopedia of Philosophy|edition=Winter 2016|title=Japanese Pure Land Philosophy|date=19 November 2012|access-date=18 August 2017|first=Dennis|last=Hirota|editor-first=Edward N.|editor-last=Zalta|publisher=Metaphysics Research Lab, [[Stanford University]]|df=}}</ref>{{sfn|Dobbins|2002|page=19}}{{refn|group=note|Cendekiawan kajian agama Allan A. Andrews menekankan bahwa selain penganut aliran utama Buddha Tanah Murni, aliran-aliran berorientasi monastik juga berdiri. Ini menempatkan visualisasi ketimbang pengutipan kembali nama Buddha [[Amitābha]], dan mendorong pencerahan dalam kehidupan saat ini ketimbang mendatangi Tanah Murni setelah kematian.<ref>{{cite journal|last1=Andrews|first1=Allan A.|title=Lay and Monastic Forms of Pure Land Devotionalism: Typology and History|journal=[[Numen (jurnal)|Numen]]|date=1993|volume=40|issue=1|doi=10.2307/3270396|pages=passim.|nopp=yes|jstor=3270396}}</ref>}}
 
BuddhaAliran Tanah Murni sekarang masih menjadi salah satu bentuk agamaaliran paling populer di Asia Timur, dan dipraktikkan oleh sebagian besar biksu Asia Timur.{{sfn|Hsieh|2009|p=236}}{{sfn|Welch|1967|p=396}}{{sfn|Hudson|2005|page=1293}} Pada 1990an, generasi lama dari masyarakat Tiongkok masih memakai matramantra Amitābha dalam penyambutan umumsalam sehari-hari.{{sfn|Robinson|Johnson|1997|page=198}}
 
===== Jepang =====