Mohammad Hatta: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 36.79.59.158 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Mas Haryo Pekik Pradipto
Tag: Pengembalian
Baris 122:
Saat-saat mendekati Proklamasi pada 22 Juni 1945, [[Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (BPUPKI) membentuk panitia kecil yang disebut Panitia Sembilan dengan tugas mengolah usul dan konsep para anggota mengenai dasar negara Indonesia. Panitia kecil itu beranggotakan 9 orang dan diketuai oleh [[Soekarno|Ir. Soekarno]]. Anggota lainnya Bung Hatta, [[Mohammad Yamin]], [[Achmad Soebardjo]], [[Alexander Andries Maramis|A.A. Maramis]], [[Abdoel Kahar Moezakir|Abdulkahar Muzakir]], [[Wahid Hasyim]], [[Agus Salim|H. Agus Salim]], dan [[Abikusno Tjokrosujoso]].<ref>Amini, Aisyah (2004). Pasang surut peran DPR-MPR, 1945-2004. University of Michigan Press. ISBN 979-982-524-5, ISBN 978-979-9825-24-7</ref>
 
Kemudian pada 9 Agustus 1945, Bung Hatta bersama Bung Karno dan [[Radjiman Wedyodiningrat]] diundang ke DalatDalaat (Vietnam) untuk dilantik sebagai Ketua dan Wakil Ketua [[Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia]] (PPKI). Badan ini bertugas melanjutkan hasil kerja BPUPKI dan menyiapkan pemindahan kekuasaan dari pihak Jepang kepada Indonesia. Pelantikan dilakukan secara langsung oleh Panglima Asia Tenggara [[Hisaichi Terauchi|Jenderal Terauchi]]. Puncaknya pada 16 Agustus 1945, terjadilah [[Peristiwa Rengasdengklok]] hari dimana Bung Karno bersama Bung Hatta diculik kemudian dibawa ke sebuah rumah milik salah seorang pimpinan PETA, [[Djiaw Kie Siong]], di sebuah kota kecil [[Rengasdengklok Utara, Rengasdengklok, Karawang|Rengasdengklok]] (dekat Karawang, Jawa Barat).<ref>{{cite web|url=https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-penculikan-soekarno-dan-hatta.html|title=Kisah penculikan Soekarno dan Hatta|publisher=Merdeka.com|date=12 Agustus 2012|access-date=14 Juni 2017}}</ref>
 
Penculikan itu dilakukan oleh kalangan pemuda, dalam rangka mempercepat tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia. Malam hari, mereka mengadakan rapat untuk persiapan proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediaman Laksamana [[Tadashi Maeda]] di Jalan Imam Bonjol 1 Jakarta. Sebelum rapat, mereka menemui ''somabuco'' (kepala pemerintahan umum) Mayjen Nishimura untuk mengetahui sikapnya mengenai pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pertemuan tersebut tidak menghasilkan kesepahaman sehingga tidak adanya kesepahaman itu meyakinkan mereka berdua untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan itu tanpa kaitan lagi dengan Jepang.<ref>Kebudayaan-Depdiknas: [http://www.kebudayaan.depdiknas.go.id/BudayaOnline/SeniBudaya/Sejarah/PERANG/n_jabar.htm Peristiwa Rengasdengklok]</ref>