Kelong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika |
tambahan referensi |
||
Baris 386:
''(Dalam bertajalli, khusyuklah kepada-Nya, ibadahmu akan sia-sia, jika berpaling dari Dia.)''
Selain faktor niat dan khusyuk yang menentukan kualitas salat adalah ingatan kepada Allah. Ingatan atau yang lazim disebut dzikrullah adalah jiwa salat. Ini berarti bahwa salat tanpa zikir kepada Allah laksana manusia tanpa roh. Itulah sebabnya, di dalam Kelong di atas sangat ditekankan pentingnya salat itu diwarnai dengan khusyuk dan zikir betul-betul kepada Allah. Jika tidak demikian, salat itu dianggap kurang berkualitas.
Baris 455 ⟶ 453:
''(Dan puasamu, jadikanlah laras pembicaraan)''
Salah satu makna yang terkandung dalam kata puasa adalah pengendalian diri, sedangkan lampang kana adalah tuturan. Oleh karena itu, pernyataan dalam Kelong di atas dapat ditafsirkan bahwa puasa di samping fungsinya sebagai kegiatan yang berbentuk ritual keagamaan, juga mempunyai fungsi kemasyarakatan. Fungsi itu adalah sebagai alat pengendali dalam segala hal, khususnya di dalam bertutur.
Baris 474 ⟶ 470:
''Kodi gauknu''
''Kodi todong balasakna
''Terjemahan:''
Baris 496 ⟶ 492:
''Tallangko sallang''
''Nanasakkokko alimbukbuk'' <ref>{{Cite book|title=Taman Sastra Makassar|last=Basang|first=Djirong|date=1986|publisher=|isbn=|location=Ujung Pandang|pages=|url-status=live}}</ref>
''Terjemahan:''
Baris 516 ⟶ 512:
''Manna mabauk''
''Teai mabauk dudu'' <ref>{{Cite book|title=Beberapa Etika dalam sastra Makassar|last=B.F.|first=Matthes|date=1985|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|location=Jakarta|pages=42|url-status=live}}</ref>
''Terjemahan:''
Baris 527 ⟶ 523:
''Jangan terlalu semerbak''
''Bunga eja,'' ‘kembang merah’ pada Kelong (6) berarti gadis cantik, pada umumnya, selalu menjadi dambaan para pemuda. Oleh karena itu, sang gadis harus memelihara kehormatannya (nanakatutui rasanna). Jika kehormatan sudah tercemar, namanya akan tercemar dan seluruh keluarganya akan mendapat aib.Hal lain yang diungkapkan dalam Kelong di atas adalah sebagai berikut. Di dalam bergaul si “Kembang Merah” tidak boleh takabur karena kecantikannya.Sebab, hal itu dapat mengundang masalah yang serius.
Baris 605 ⟶ 599:
''Nanampa niak''
''Sannang lani pusakai'' <ref>{{Cite book|title=Ungkapan Tradisional yang Ada Kaitannya dengan Sila-sila dalam Pancasila Provinsi Sulawesi Selatan|last=Author|first=Tandilintin|date=1984|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|isbn=|location=Jakarta|pages=18|url-status=live}}</ref>
''Terjemahan:''
Baris 660 ⟶ 654:
'' Tamammeloka''
'' Punna teai labuang ''<ref>{{Cite book|title=Menggali Nilai Sejarah Kebudayaan Sulselra Sirik dan Pacce|last=A.|first=Moein MG.|date=1977|publisher=SKU Makassar Press|isbn=|location=Ujung Pandang|pages=36|url-status=live}}</ref>
Terjemahan:
Baris 692 ⟶ 686:
''Takminasayak''
''Toali tannga dolangang'' <ref>{{Cite book|title=Taman Sastra Makassar|last=Basang|first=Djirong|date=1986|publisher=Percetakan Offset CV Alam|isbn=|location=Ujung Pandang|pages=7|url-status=live}}</ref>
Baris 745 ⟶ 740:
'' Karampuanta''
'' Kiparek tope kalimbu'' <ref>{{Cite book|title=Sastra kelong Merupakan salah satu Pencerminan Ppribadi Masyarakat Makassar|last=Aburaerah|first=Arief|date=1986|publisher=IKIP|isbn=|location=Ujung Pandang|pages=67|url-status=live}}</ref>
''Terjemahan:''
|