Kadipaten Jipang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 75:
Sesudah Jipang direbut, raja Pajang menyerahkan wilayah itu kepada salah seorang anggota keluarganya untuk diperintah sebagai [[tanah/ daerah gaduhan, ‘pinjaman’]]. Sesudah raja mangkat dalam usia lanjut pada tahun 1587, Jipang dijadikan tempat tinggal putranya, [[Pangeran Benawa]], karena kota [[Kerajaan Pajang]] telah diduduki oleh [[Senapati Mataram]].
Pada dasawarsa terakhir abad ke-16 daerah Jipang juga jatuh ke bawah kekuasaan [[raja Mataram]] (1591). Pada tahun 1598, raja bahkan memerintahkan orang-orang dari Pajang membangun kembali ibu kota Jipang dengan kerja rodi. Pada waktu itu Jipang merupakan daerah perbatasan antara daerah raja Mataram dan Surabaya.
Pada abad ke-17 dan ke-18, Jipang dijadikan tempat kedudukan [[bupati]] yang mewakili raja-raja [[Kartasura]] dan [[Surakarta]]. Mereka menganggap dirinya [[keturunan Matahun]]. Dari sinilah berasal para [[patih Surakarta]] yang terkenal dalam abad ke-19, yang memakai nama [[Sasranagara]] dan [[Sasradiningrat]].
Yang masih perlu dijelaskan ialah bahwa menurut daftar tahun kejadian yang disebut babad sangkala, pada tahun 1559 atau 1561 [[raja Pajang telah mengirim ekspedisi bersenjata ke Blora]] yang disebut [[Pamblora]]. Jika diperkirakan kemenangan atas [[Arya Panangsang]] dari Jipang terjadi pada tahun [[1554]], maka lima tahun kemudian di [[Blora]], tidak jauh dari Jipang, masih juga terjadi [[pemberontakan]] melawan kekuasaan raja baru di Pajang. Tidak ada keterangan yang dapat menunjukkan apakah yang berkuasa di Blora adalah anggota-anggota jalur Jipang dari keturunan Demak pula; hal ini tidak mustahil.
=== Hubungan keturunan penguasa Jipang dengan Palembang ===
|