Kota Pariaman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan Dausbisati (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Urang Kamang
Tag: Pengembalian
Delly drs (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 204:
 
== Pariwisata ==
Kota Pariaman fokus membenahi dan mengembangkan sektor pariwisata bahari secara berkesinambungan karena memiliki [[pantai]] landai dengan pesona yang indah. Objek wisata pantai Pariaman di antaranya yang paling terkenal adalah [[pantai Gandoriah]] yang berlokasi di depan stasiun kereta api Pariaman yang dilengkapi dengan sarana prasarana seperti Anjungan, Pujasera, Plaza Gandoriah, Dermaga Apung, Monumen Perjuangan TNI AL, Gandoriah Bridge dan Jembatan Muaro,serta ada perpustakaan mr.h.sutan.moh.rasjid bagi wisatawan untuk beristirahat sejenak sambil membaca buku,buku jendela dunia Pantai Kata dengan Taman Kota (Ex. Astaka MTQ Nasional Provinsi), Air Mancur menari, Anjungan, Resort dan Monumen Ikan di Karan Aua-Taluak, Pantai Pasir Lohong dengan Taman Anas Malik dan Taman Pemuda Asean (Asean Young Park) di Lohong, Pantai Cermin di Karan Aua, Rawa Mati di Mangguang, Pantai Belibis di Nareh dan memiliki Hutan bakau serta Pusat Penangkaran Penyu pertama di Sumatra Barat di Pantai Penyu, Apa, Kec. Pariaman Utara. Selain itu Kota yang bermotto Sabiduak Sadayuang ini juga memiliki 6 (enam) pulau kecil yang tak berpenghuni yang terus dikembangkan sarana dan prasarananya sebagai destinasi wisata oleh Pemerintah Kota setempat di antaranya Pulau Angso Duo, Pulau Bando, Pulau Gosong, Pulau Ujuang, Pulau Tangah dan Pulau Kasiak.
 
Kota ini juga dikenal dengan pesta budaya tahunan ''tabuik''<ref>Berkmoes, Ryan Ver, (2010), ''Lonely Planet Indonesia'', Lonely Planet, ISBN 978-1-74104-830-8.</ref><ref>''Indonesia magazine'', (1994), Yayasan Harapan Kita.</ref><ref>Abidin, Mas'oed, (2005), ''Ensiklopedi Minangkabau'', Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau, ISBN 978-979-3797-23-6.</ref> yang prosesi acaranya diselenggarakan mulai dari tanggal 1 Muharam sampai pada puncaknya tanggal 10 Muharam setiap tahunnya. Saat ini terdapat 2 museum rumah Tabuik yakni Rumah Tabuik Subarang di Jl. Imam Bonjol, Cimparuah Samping Balai Kota dan Rumah Tabuik Pasa di Jl. Syekh Burhanuddin, Karan Aua yang memuat informasi sejarah perkembangan dan pembuatan tabuik beserta replikanya.