Suku Karo: Perbedaan antara revisi
[revisi tidak terperiksa] | [revisi tidak terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 125.162.53.137 (Pembicaraan) dikembalikan ke versi terakhir oleh 125.164.4.23 |
|||
Baris 11:
Kerajaan Haru identik dengan suku Karo,yaitu salah satu suku di [[Nusantara]]. Pada masa keemasannya, kerajaan Haru-Karo mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau. Eksistensi Haru-Karo di Aceh dapat dipastikan dengan beberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya [[Kuta Raja]] (Sekarang Banda Aceh), [[Kuta Binjei]] di [[Aceh Timur]], [[Kuta Karang]], [[Kuta Alam]], [[Kuta Lubok]], [[Kuta Laksmana Mahmud]], [[Kuta Cane]], [[Blang Kejeren]], dan lainnya. (D.Prinst, SH: 2004)
Terdapat suku Karo di [[Aceh Besa]]r yang dalam logat Aceh disebut [[Karee]]. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Beliau menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarikh Aceh dan Nusantara" (1961) dikatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping Kerajaan Islam ada kerajaan
Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau [[kaum tiga ratus]]. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus.
|