Angulimala: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
What a joke (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Baris 61:
{{Buddhisme}}
 
'''Aṅgulimāla''' ([[Bahasa Pāli]]; <small>artinya</small> 'kalung jari')<ref name="Buswell 2013">{{cite book|last1=Buswell|first1=Robert E. Jr.|author1-link=Robert Buswell Jr.|last2=Lopez|first2=Donald S. Jr.|author2-link=Donald S. Lopez Jr.|title=Princeton Dictionary of Buddhism|date=2013|publisher=[[Princeton University Press]]|isbn=978-0-691-15786-3|url=http://www.daophatngaynay.com/vn/files/file-nen/Princeton_Dictionary_of_Buddhism_890707662.pdf|chapter=Aṅgulimāla}}</ref>{{sfn|Gombrich|2006|p=135 n.1}} adalah salah satu tokoh penting dalam agama Buddha, terutama dalam tradisi [[Theravada|Buddha Theravāda]]. Aṅgulimāla digambarkanDigambarkan sebagai perampok ulungbengis yang sepenuhnya berubahbertobat setelah mengikuti ajaran sang Buddha, ia dipandangmenjadi sebagaicontoh contohterkemuka daridalam kekuatanhal penebusan darikesalahan ajarandan Buddha danmenunjukkan kemampuankecakapan Buddha sebagai guru. Aṅgulimāla dipandang oleh umat Buddha sebagai "pelindung suci"bagi dariwanita kelahiranyang anaksedang melahirkan, dan diasosiasikan dengan kesuburanfertilitas di Asia Selatan dan Tenggara.
 
Cerita Aṅgulimāla dapat ditemukan dipada sejumlah sumber dalampustaka bahasaberbahasa [[Pāli]], [[SansekertaSanskerta]], Tibet dan Tionghoa. Aṅgulimāla lahir dengan nama Ahiṃsaka. Ia dibesarkantumbuh sebagai pemuda cerdik di [[Sawati]], dan saat di sekolahbersekolah, ia menjadi murid kesayangan gurunyaguru. Namun, hal tersebut membuat iriKarena teman-temannya iri, sehinggaia paradijebak temannyaagar membuatnya bermusuhan dengandiusir gurunya. Dalam upaya untuk menyingkirkan Aṅgūlimāla, gurunyasang mengirimnyaguru padamemberinya misi mematikanberbahaya, untukyaitu menemukanmengumpulkan seribu jari manusia untuksebagai syarat menyelesaikanmenamatkan sekolahnyapendidikan. BerniatDalam untukupaya menjalankanmenuntaskan misi tersebut, akhirnya Aṅgulimāla menjadi perampok ulungkeji, membunuh banyak orang, dan menyebabkan seluruh warga desa berpindahmengungsi. Kemudian, peristiwaPeristiwa tersebut menyebabkan [[Pasenadi|sang raja]] mengirim tentara untuk menangkap pembunuh tersebutmenangkapnya. Sementara itu, ibu Aṅgulimāla berniat untuk turun tangan untuk menyadarkan putranya, tetapiyang karenamembuatnya hal itu, hampir saja ibu Aṅgulimālanyaris dibunuh oleh putranyaAṅgulimāla. Namun, sang Buddha memutuskanmencegah untukhal menghindarkannyaitu terjadi, dan memakai kekuatankesaktian dan ajarannya untuk membawa Aṅgulimāla ke jalan yang benar. Aṅgulimāla kemudian menjadi pengikut Buddha, dan menjadi seorang [[biksu|bhikkhu] di bawah bimbingan sang [[Buddha]], sehingga mengejutkan raja dan orang-orangmasyarakat. Meskipun telah bertobat, para penduduk desa masih marah dengan apa yang telah dilakukan oleh Aṅgulimāla, tetapi rasakeadaan marah tersebut terhapuskanmembaik saat Aṅgulimāla menolong seorang ibu saatyang sedang melahirkan anak melaluidengan sebuah [[:en:sacca-kiriya|tindak kebajikan]].
 
Para cendekiawan berteori bahwa Aṅgulimāla adalah bagian dari kultus kekerasan sebelum ia bertobat. IndologisIndolog, Richard Gombrich, menyatakan bahwa ia adalah pengikut alirandari bentuk awal darialiran [[Tantra]], namun klaim tersebut telah dibantah. Umat Buddha menganggap Aṅgulimāla sebagai lambang transformasi spiritual, dan ceritanya adalah sebuah pelajaran yang dapat mengubahbahwa kehidupan setiap orang dapat menjadi lebih baik, bahkan setidaknya padabagi orang-orang yang sepertitampaknya tidak memiliki kemungkinan itubegitu. Selain itu, cerita Aṅgulimāla menjadi bahan diskusi keadilan dan [[rehabilitasi (penologi)|rehabilitasi]] di kalangan cendekiawan, dan dipandang oleh teolog John Thompson sebagai contoh yang baik untuk ditiru mengenai bagaimana menumbuhkan kepedulian terhadap sesama serta mengatasi kerusakan moral. Aṅgulimāla menjadi subjek film dan sastra, seperti film Thailand yang berjudul [[:en:Angulimala (2003 film)|Angulimala (2003)]], dan buku ''The Buddha and the Terrorist'' karya Satish Kumar mengadaptasi cerita tersebut sebagai tanggapan [[ahimsa|non-kekerasan]] terhadap [[Perang melawan terorisme]].
 
== Sumber tekstual dan temuan epigrafi ==