Industri elektronik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (- di tahun + pada tahun)
Baris 12:
Indonesia pada masa Orde Baru yang mengeluarkan kebijakan larangan impor produk-produk elektronik yang sudah jadi dan menarik perusahaan-perusahaan asing masuk ke Indonesia sebagai join venture partners dari perusahaan-perusahaan lokal. Pada akhir tahun 1978, ekspor elektronik Indonesia meningkat dan mengambil 15% dari total ekspor manufaktur Indonesia. Pada tahun 1990, melalui kebijakan May Package, ekspor elektronik meningkat setelah kebijakan deregulasi tersebut berhasil menarik masuk investor dari Jepang, Korea Selatan dan Taiwan ke Indonesia. Indonesia pun menjadi layer atau lapisan ke empat dari industri elektronik dan masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara Asia tenggara lainnya seperti Filipina, Malaysia, dan Thailand.
 
Perkembangan industri elektronik di Indonesia pun tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan perkembangan ekonomi global dimana pabrik-pabrik direlokasi ke tempat-tempat atau negara-negara dengan upah yang lebih murah (globalGlobal factoryFactory). Kebijakan pintu terbuka oleh negera yang mengurangi intervensi negara dan halangan struktural untuk masuknya modal asing menjadikan industri elektronik sebagai prioritas ke dalam industri sejak tahun 2008. Insentif yang diberikan pemerintah berupa tersedianya buruh murah di Indonesia menarik 250 perusahaan elektronik dengan 10 perusahaan besar elektronik (4 diantaranya merupakan perusahaan dari Jepang, 2 dari Korea Selatan dan 1 perusahaan dari Cina) untuk beroperasi di Indonesia. Perusahaan-perusahaan pemasok komponen elektronik pun berada dalam satu kawasan yakni di Cikarang – Bekasi, untuk membentuk rantai pasokan yang terintegrasi sehingga dapat mengurangi ongkos distribusi.
 
Di India, perkembangan industri elektroniknya tidak bisa dilepaskan dari perkembangan ekonomi India dimana fase terpenting dari pembentukan industri elektronik di India terjadi pada fase liberalisme dan globalisasi setelah tahun 1990. Kebijakan Zona Ekonomi Khusus yang hanya mendorong sektor jasa (dalam bidang IT&ITES) dan tidak mendorong sektor manufaktur mempengaruhi perkembangan industri elektronik di negara yang merupakan kekuatan ekonomi terbesar ke empat di dunia tersebut. India hanyalah pemain kecil di Industri elektronik global. Nilai tambah di industri elektronik India tidak besar, yakni hanya berkisar 5-10%. Industri manufaktur yang menyerap lapangan paling banyak di India ialah industri makanan, rokok, tekstil, serta kimia dan bahan-bahan metal. Sementara sektor elektronik sendiri hanya memperkerjakan 1,6% dari total pekerja di sektor manufaktur. Sebuah fakta menarik bahwa meskipun India bukan pemain yang signifikan di industri elektronik dalam perbandingan dengan Korea Selatan dan Cina, sehingga pertumbuhan pabrik elektronik di India pun tergolong tidak tinggi, namun India memiliki problem e-waste atau sampah elektronik yang sangat mempeihatinkan. Problem e-waste atau sampah elektronik yang mengancam lingkungan ini memang menjadi salah satu masalah penting di India karena setidaknya, pada tahun 2012, sebanyak 800.000 ton sampah elektronik berada di India.