Mangai binu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
k Bot: Perubahan kosmetika
Baris 15:
 
=== Latar Belakang ===
Menurut ''[[hoho]],'' tradisi beburu kepala di Nias pertama kali dilakukan oleh seorang pemuda bernama Awuwukha sekitar seratus lima puluh tahun lalu.{{Sfn|Afif|2018|p=176|ps="Menurut Sonjaya (2008:63), Awuwukha hidup sekitar lima generasi (setiap generasi sama dengan 25 tahun) lalu. Sementara menurut Thomsen (dalam Zebua, 2008), Awuwukha hidup jauh lebih lama, yaitu sekitar tujuh generasi yang lalu."}}
 
Dituturkan bahwa Awuwukha tinggal di [[Börönadu]] bersama ibu dan tujuh orang saudaranya. Pada suatu hari, seorang pemuda dari kampung Susua mengajak warga Börönadu untuk menghadiri pelaksanaan pesta ''owasa'' di kampung mereka. Saat melewati rumah Awuwukha, ibu Awuwukha meneriaki pemuda tersebut dengan menghina kemaluannya. Pemuda tersebut marah dan memukulkan kemaluannya ke tiang rumah. Ia lalu kembali ke Börönadu dengan keadaan masih marah. Beberapa hari kemudian, pemuda tersebut datang lagi ke Börönadu bersama serombongan orang untuk menuntaskan kemarahannya dengan membakar rumah Awuwukha dan saudaranya. Mereka juga membakar lumbung padi milik Laimba, tokoh adat masyarakat Börönadu. Awuwukha hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut tanpa berbuat apa-apa.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://tirto.id/cerita-memburu-kepala-di-nias-cycj|title=Cerita Memburu Kepala di Nias|last=Raditya|first=Iswara N.|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-02-17}}</ref>
 
Di depan ibunya, Awuwukha bersumpah akan menuntut balas dengan memenggal kepala orang-orang yang terlibat dalam pembakaran tersebut. Meski tidak disetujui ibunya dan Laimba, Awuwukha nekat pergi untuk menuntut balas ke Susua. Beberapa hari kemudian, Awuwukha pulang membawa belasan kepala manusia di dalam karung yang kemudian ditunjukkannya pada Laimba. Ternyata Laimba tidak berkenan. Ia sebenarnya menghendaki musuhnya hidup-hidup karena takut jika kejadian tersebut akan memicu pertumpahan darah lanjutan. Penduduk Susua merencanakan pembunuhan terhadap Awuwukha, namun gagal. Kehebatan Awuwukha kemudian tersiar sampai ke seluruh penjuru Nias. Kehebatannya itu kemudian dikukuhkan melalui upacara ''owasa'', upacara tertinggi di masyarakat Nias. Jika seseorang telah menunaikan owasa, setiap perkataannya dengan sendirinya menjadi hukum. Sejak saat itu, setiap perkataan Awuwukha harus diikuti, bahkan sampai menjelang kematiannya.<ref name=":1" />
Baris 34:
 
=== Status sosial ===
Jumlah ''binu'' yang diperoleh oleh seseorang akan menentukan [[Statusstatus sosial|status sosialnya]]nya. Terlebih jika dia ingin meminang seorang wanita, dia harus mempersembahkan kepala musuh kepada keluarga calon mempelai perempuan. Semakin banyak jumlah kepala yang ditunjukkan di depan calon mertua, maka semakin berharga lelaki tersebut. Bahkan, bukan hanya pelaku saja yang layak bangga, tetapi juga leluhur-leluhurnya, karena dianggap berhasil melahirkan keturunan hebat. Kaitan antara kewajiban memuliakan leluhur dan keinginan menyandang identitas sosial tinggi seolah-olah menjadi justifikasi bagi tradisi manguni binu di Nias.<ref name=":0" />
 
=== Fondasi bangunan ===
Baris 50:
<references />
 
== Daftar Pustaka ==
{{Refbegin}}