Sweet Bean: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan |
Menambah alur |
||
Baris 23:
}}
Sweet Bean (2015) merupakan film Jepang yang disutradarai oleh [[Naomi Kawase]], yang bercerita tentang seorang nenek penderita kusta atau [[Penyakit Hansen|leprosi]] yang bekerja di sebuah toko kue [[dorayaki]]. Film ini dibintangi oleh [[Kirin Kinki]] dan [[Masatoshi Nagase]]. Film ini terpilih
== Alur ==
Film ini menyorot kehidupan Sentaro ([[Masatoshi Nagase]]), seorang pria paruh baya eks narapidana yang baru saja memulai toko kue dorayaki di pinggiran kota Tokyo.
Suatu ketika, ia membutuhkan karyawan dan memasang pengumuman lowongan pekerjaan. Seorang nenek berusia 70-an tahun bernama Tokue ([[Kirin Kinki]]) mendatanginya untuk melamar posisi tersebut. Semula, Sentaro enggan untuk menerima Tokue. Ia khawatir pekerjaan yang cukup berat akan menambah beban bagi Tokue yang sudah lanjut usia. Ditambah lagi dengan kondisi tangan Tokue yang tampak kurang sempurna. Namun, Tokue bersikeras untuk membantu. Ia meramu pasta isian dorayaki dan berhasil membujuk Sentaro untuk mencicipi. Sentaro menyadari bahwa pasta kacang merah yang dimasak Tokue lebih enak dari pada pasta yang dilanggannya. Tokue pun akhirnya diterima bekerja sebagai pemasak pasta. Jika toko sedang ramai, Tokue juga turun tangan membantu Sentaro untuk melayani para pembeli. Berkat pasta buatan Tokue, toko pun lebih ramai dikunjungi pembeli.
Lambat laun para pembeli menyadari kondisi tangan Tokue yang tampak cacat akibat kusta yang dideritanya. Pembeli akhirnya mulai berhenti berdatangan. Sentaro pun terpaksa harus memberhentikan Tokue. Wakana, seorang anak SMP yang dikenalnya di toko, mengajak Sentaro untuk mengunjungi sanatorium tempat Tokue tinggal selama ini. Tokue merupakan salah satu penderita kusta yang menjadi sasaran Undang Undang Pencegahan Kusta tahun 1953 yang kemudian dicabut pada tahun 1996. Sentaro mengungkapkan penyesalannya karena merasa tidak bisa melindungi Tokue dari prasangka para pelanggan. Namun, Tokue meyakinkannya bahwa ia bersyukur telah sempat diizinkan untuk bekerja di tokonya.
Ketika Tokue meninggal karena pneumonia beberapa bulan kemudian, ia meninggalkan peralatan pembuatan pasta kacang miliknya untuk Sentaro, beserta rekaman kaset untuknya dan Wakana. Di dalamnya, Tokue menekankan bahwa nilai seseorang tidak terletak pada pekerjaan mereka, tetapi hanya pada keberadaan mereka, dan juga bahwa suka cita datang dari kesediaan untuk selalu sadar dan mengamati lingkungan sekitar.
Dalam film ini tergambar bahwa Sentaro adalah seorang pria yang terbebani oleh masa lalu. Ketika Tokue tidak lagi bekerja untuk toko, dia mengiriminya surat yang mengungkapkan bahwa dia pernah serius melukai seorang pria dalam keributan pub, sesuatu yang masih membuatnya malu. Dia kemudian dipenjara dan diperintahkan untuk membayar ganti rugi yang besar kepada korban. Secara fisik, Sentaro terikat dengan toko dorayaki yang dimiliki oleh rentenir yang menyediakan uang untuk perbaikan. Sentaro belum dapat mengembalikan uang tersebut secara penuh. Namun, di akhir film, Sentaro terlihat menjual dorayaki dari kiosnya dan ia tampak telah belajar untuk hidup dengan keadaannya.
[[Kategori:Film-film berbahasa Jepang]]
[[Kategori:Film Jepang]]
|